Dalam
proses produksi gula penggunaan bahan bakar berupa minyak itu berperan penting
maka dari itu untuk menghemat bahan bakar disiasati dengan bakar lain, seperti:
kayu, residu, daun tebu kering (dhadhuk), dan sabut kelapa. Dalam operasi normal residu hanya digunakan pada waktu
mulai penyalaan ketel.
Namun dalam beberapa tahun belakangan ini pemakaian residu menjadi sangat tinggi, sehingga meningkatkan biaya operasional pabrik.Dalam rangka menurunkan biaya operasional pabrik di pabrik gula, maka telah dilakukan audit . Audit energi ini difokuskan pada upaya peningkatan efisiensi pemakaian energi di PG, khususnya pengurangan residu sebagai bahan bakar ketel, Audit energi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan potret penggunaan energi, mengidentifikasi peluang penghematan energi, dan memberikan rekomendasi perbaikan guna meningkatkan efisiensi peralatan konversi energi yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya produksi.
Namun dalam beberapa tahun belakangan ini pemakaian residu menjadi sangat tinggi, sehingga meningkatkan biaya operasional pabrik.Dalam rangka menurunkan biaya operasional pabrik di pabrik gula, maka telah dilakukan audit . Audit energi ini difokuskan pada upaya peningkatan efisiensi pemakaian energi di PG, khususnya pengurangan residu sebagai bahan bakar ketel, Audit energi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan potret penggunaan energi, mengidentifikasi peluang penghematan energi, dan memberikan rekomendasi perbaikan guna meningkatkan efisiensi peralatan konversi energi yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya produksi.
Melalui
kegiatan audit energi ini telah dilakukan kajian penurunan biaya produksi
melalui penghematan energi. Dari sisi energi, penghematan biaya energi dapat
dicapai dengan melakukan perbaikan, modifikasi ringan sampai dengan penambahan
peralatan.Audit energi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penggunaan energi serta rasional dalam pemakaian dan pengoperasiannya. Dengan
penggunaan energi yang efisien, efektif, dan rasional tersebut tentunya tanpa
mengurangi: kualitas dan jumlah produk di industri, dan produktivitas dan
kenyamanan kerja karyawan. Karenanya tujuan dari audit energi di pabrik gula
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Memperoleh
gambaran secara lengkap dan
menyeluruh
tentang neraca energi (khususnya
uap)
•
Mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan
Didalam
sebuah pabrik juga dibutuhkan pencahayaan dan untuk penghematan dan pemanfaatan
tata surya agar lebih alami dan penghematan energi. Umumnya, ruangan memiliki
jendela kaca, yang merupakan media transparan yang dapat melewatkan cahaya
siang hari dari luar ruangan masuk ke dalam ruangan. Cahaya siang hari ini
terdiri dari cahaya yang berasal dari sinar matahari langsung, cahaya difus
langit, dan cahaya pantulan dari lingkungan.memperoleh cahaya alami sehingga
membutuhkan cahaya lampu listrik walaupun pada siang hari. Untuk dapat
memanfaatkan cahaya alami siang hari, ruang-ruang “tak berjendela” ini dapat
memanfaatkan seperangkat perangkat optik yang dapat menyalurkan cahaya alami
(cahaya langsung maupun difus) dari luar bangunan ke ruangan tersebut. Berbagai
cara dapat ditempuh untuk menyalurkan cahaya alami ini ke ruangan, seperti
memanfaatkan cermin pemantul secara langsung atau dengan menggunakan
lorong pemandu cahaya.
Pemandu
cahaya matahari yang dirancang memanfaatkan sifat pantul (refleksi) cermin,
yang dikonstruksi saling berhadap-hadapan dengan bentuk penampang persegi.
Matahari Penyalur cahaya alami yang
dirancang difokuskan untuk menyalurkan
cahaya matahari langsung karena iluminansi cahaya langsung ini amat tinggi.
Cahaya langit, yang pada sistem jendela
amat diinginkan, justru pada sistem penyalur cahaya ini tak banyak manfaatnya
mengingat iluminansi yang rendah dan luas apertur sistem penyalur cahaya
umumnya tidak besar, meski pada prakteknya cahaya langit ini termanfaatkan juga
namun dalam perhitungan .
Pipa cahaya berbentuk terowongan yang bagian
dalamnya dilapisi dengan cermin, terdiri dari permukaan cahaya masuk,
komponen penyalur, komponen pembelok dan
komponen permukaan keluar cahaya. Konfigurasi dan dimensi modul ini ditunjukkan
pada gambar 1. Modul berpenampang persegi dengan dimensi permukaan masuk dan
keluar 21.5cm X 21.5cm. Komponen-komponen lorong dan pembelok cahaya dapat
dipasang dan dilepas menjadi sistem modular (knock down). Cermin yang digunakan
adalah cermin yang banyak ditemui di
pasaran, yaitu cermin dengan lampisan pemantul pada permukaan belakang, dengan
faktor pantul rata-rata sekitar 96%. Pada permukaan penerima dipasang kubah
kaca berbentuk setengah bola untuk mengurangi
efek pantulan jika cahaya datang pada sudut yang besar, sekaligus mengumpulkan
cahaya masuk. Kubah menggunakan kaca
transparan dengan ketebalan 1 mm, dengan faktor transmisi rata-rata 99%. Kubah
diletakkan pada dudukan terbuat dari stainless steel mengkilat, yang
diinstalasi di atas permukaan masuk. Diinginkan cahaya masuk dapat ‘dijebak’
dengan model belokan 45 o tersebut
sehingga pada sudut datang yang besar, cahaya yang berbalik arah dapat
diminimasi. Panjang lintasan cahaya dengan sudut datang 0o adalah 112.5cm.
Modul pemandu cahaya ini akan dipasang pada
rumah model, yang akan digunakan Prinsip
dasar penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) ini bertujuan untuk
menekan investasi awal yang tinggi dari penggunaan modul fotovoltaik sebagai
salah satu sumber energi alternatif yang merupakan potensi energi yang cukup besar di Indonesia. Sistem
hibrida yang terpasang terdiri atas gabungan fotovoltaik dan diesel sebagai
sumber energi dan baterai sebagai
penyimpan energi sekaligus berfungsi
melakukan keseimbangan energi (energy balance).Dibandingkan energi konvensional
pada umumnya, energi matahari dengan menggunakan fotovoltaik terkesan rumit,
mahal dan sulit dioperasikan. Namun pengalaman lebih dari 15 tahun
operasional di beberapa kawasan di
Indonesia, sistem fotovoltaik merupakan suatu sistem yang mudah
pengoperasiannya, handal serta memerlukan biaya pemeliharaan dan operasi yang rendah sehingga menjadikan sistem
fotovoltaik mampu bersaing dengan teknologi
konvensional pada sebagian besar kondisi
Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan
tergolong sebagai kawasan terpencil. Disain PLTH ini, menggunakan kontribusi
energi antara konservatif dan energi alternatif, sehingga menghasilkan optimasi
yang memungkinkan, baik terhadap penggunaan fotovoltaik, efisiensi diesel
maupun pemakaian BBM. Seperti yang direncanakan
maka kontribusi energi fotovoltaik sekitar 70% dan kontribusi diesel
sekitar 30 % dengan operasi diesel
sekitar 2 jam per hari. Dengan adanya kapasitas inverter dan diesel yang lebih besar dari daya puncak beban yang
direncanakan semula maka memungkinkan adanya pertamnbahan beban tanpa merubah
sistem pembangkit.
DAFTAR ISI
1. PEMANDU CAHAYA MATAHARI UNTUK PENCAHAYAAN ALAMI DI BANGUNAN
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=61856
2. STUDI PENGHEMATAN ENERGI PADA UNIT KETEL UAP DI PABRIK GULA
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=61858
3. ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK GEDUNG LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI SERPONG
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=61859
informasinya sangat bermanfaat
BalasHapus