Sel surya adalah sebuah alat
konversi energy yang mengubah bentuk energy surya menjadi energy listrik.
Energy yang dihasilkan oleh sel surya adalah yang paling ramah lingkungan,
namun lahan instalasi yang diperlukan sangat luas.
Selain itu, energi surya sangat tergantung pada besarnya intensitas sinar matahari. sehingga kontinuitasnya menjadi masalah tersendiri. Dalam upaya untuk menjadikan energy surya sebagai pembangkit tenaga listrik, maka beberapa kelemahan tersebut harus diperbaiki, agar menghasilkan arus listrik yang kontinu dan ukuran yang seringkas mungkin.
Selain itu, energi surya sangat tergantung pada besarnya intensitas sinar matahari. sehingga kontinuitasnya menjadi masalah tersendiri. Dalam upaya untuk menjadikan energy surya sebagai pembangkit tenaga listrik, maka beberapa kelemahan tersebut harus diperbaiki, agar menghasilkan arus listrik yang kontinu dan ukuran yang seringkas mungkin.
Dikutip dari I gusti ngurah nitya
santhiarsa dan I gusti bagus wijaya kusuma, Pemanfaatan energy surya menjadi
listrik adalah sebuah sistem yang paling ramah lingkungan. Tapi sampai saat ini
masih memerlukan lahan yang luas untuk pemasangan instalasinya. Hal ini terjadi
karena intensitas panas yang diterima oleh permukaan bumi adalah relative
kecil, sehingga memerlukan kolector yang luas untuk keperluan pembangkitnya. Energy
surya yang memasuki atmosfer memiliki kerapatan daya rata rata sebesar 1.2 KW/m2
, namun hanya sebesar 560 W/m2 yang diserap bumi. Berdasarkan
angka diatas, makan energy surya yang dapat dibangkitkan untuk seluruh daratan
Indonesia yang mempunya luas ± 2 juta km2
adalah sebesar 5.108 MW.
Cahaya matahari terdiri atas foton
atau partikel energi surya yang dikonversi menjadi energi listrik. Energi yang
diserap oleh sel surya diserahkan pada elektron sel surya untuk dikonversi
menjadi energi listrik. Pada sel surya terdapat dua sambungan antara dua
lapisan tipis yang terbuat dari bahan semi konduktor, masing-masing lapisan
diketahui sebagai semikonduktor jenis P dan semikonduktor jenis N. Pada saat
foton mengenai sel surya maka energi yang diserap dari foton akan diberikan ke
elektron untuk melepaskan diri dari semikonduktor N. Terlepasnya elektron ini
meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut
dengan fotogenerasi elektron –hole. Dikarenakan pada sambungan PN terdapat
medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik kearah semikonduktor N
begitu juga dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor P. Jika kedua semi
konduktor tersebut dihubungkan dengan sebuah kabel dan diberi beban akan
menghasilkan arus listrik dan mengalir melalui kabel tersebut, ( suriadi dan Mahdi
syukri, 2010 ).
Fotovoltaik ( biasa disebut sel
surya ) adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya secara langsung
dari arus listrik AC menjadi arus listrik searah ( DC ) dengan menggunakan
Kristal silicon ( Si ) yang tipis. Sebuah Kristal silindris silicon ( Si )
diperoleh dengan cara memanaskan (Si) tersebut dengan tekanan yang diatur
sehingga Si tadi berubah menjadi penghantar. Bila Kristal silindris itu
dipotong setebal 0,3 mm maka akan terbentuklah sel sel silicon yang tipis atau
sering disebut juga dengan sel surya ( photovoltaic ). Sel-sel Silikon itu di
pasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari
alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian
pada tiap-tiap sambungan sel diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena
sinar matahari maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya
arus listrik/daya listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang
mencapai silikon itu dan luas permukaan sel surya. Pada prinsipnya sel surya (fotovoltaik) merupakan suatu dioda
semikonduktor yang bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
fotovoltaik.
Menurut RUDI SALMAN, ST.,MT dosen
jurusan pend. Teknik elektro FT Unimed dalam pemanfaatan solar cell dapat
dilakukan dengan berbagai sistem, seperti penggabungan dengan sumber energy lainnya,
sebagai contoh Solar Home System ( SHS ). SHS adalah salah satu sistem PLTS
untuk listrik pedesaan sebagai sistem penerangan rumah secara individual atau
desentralisasi dengan daya terpasang relatif kecil yaitu sekitar 48-55 Wp.
Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
penerangan, informasi (TV dan Radio) dan komunikasi (Radio komunikasi).
KESIMPULAN
Energi surya adalah merupakan
sumber energi yang potensial di Indonesia, serta diharapkan dapat berfungsi
sebagai pembangkit listrik alternatif ramah lingkungan mendukung pembangkit
listrik yang sekarang ini dioperasikan.
Energy surya bisa dimanfaat dalam
skala sederhana seperti SOLAR HOME SYSTEM. Dimana dalam pengaplikasiaannya ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan adalah :
- Besarnya
beban total yang akan digunakan.
- Jumlah
modul yang diperlukan.
- Posisi
lintang lokasi dimana SHS akan di pasang.
- Besarnya
kapasitas baterai yang diperlukan.
Akhirnya dengan mengikuti urutan perencanaan
penggunaan Sistem PLTS yang telah di uraikan diatas, maka kesesuaian antara
kebutuhan, harga dan kualitas dapat dicapai.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Nitya santhiarsa, IGN dan bagus
wijaya kusuma, I gusti., 2005, kajian energy
surya
2. Salman, Rudi., Analisis perencanaan penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya
3. Suriadi dan Syukri, M ., 2010, perencanaan pembangkit listrik tenaga
surya terpadu
4.
Abidin,
Zainal., 2015, manajemen energy hybrid
biogas dan energy surya pada suplay energy listrik
5.
Hasan,
Hasnawiya, 2012., perancangan energy listrik
tenaga surya
MIND MAP
@G14-Hasthi
BalasHapusJudul Menarik
identitas penulis belom ada
Belum ada sub judul
sumber tiap paragraf ada
Daftar pustaka sesuai