Laman

Kamis, 07 September 2017

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BIOGAS

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BIOGAS

Penggunaan LPG sebagai bahan bakar atau sebagai kebutuhan untuk rumah tangga tidak dapat dipungkiri mendominasi di kehidupan era zaman sekarang. Bahkan tidak dapat dipisahkan, ketergantungan masyarakat terhadap LPG juga cukup tinggi. Apabila distribusi LPG berhenti pada setiap wilayah maka akan terjadi kelangkaan yang mengganggu kegiatan rumah tangga. Dalam situasi seperti ini pencarian, pengembangan dan penyebaran teknologi energi non BBM yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama ditujukan pada keluarga miskin sebagai golongan yang banyak terkenadampak kenaikan BBM. Salah satu teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan tersebut adalah teknologi biogas (Darsin, 2006).

Biogas merupakan sumber renewal energy yang mampu menyumbangkan andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar . Bahan baku sumber energi ini merupakan bahan nonfossil, umumnya adalah limbah atau kotoran ternak yang produksinya tergantung atas ketersediaan rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap saat selama dipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang pembentukannya memerlukan waktu jutaan.

Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya sehingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman, sehingga keuntungan yang dapat diperoleh adalah:
1.       Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan pupuk
dan pestisida.
2.       Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan
pengurangan konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.
3.       Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan
pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan
ekosistem untuk menjamin kegiatan pertanian berkelanjutan
Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi
tanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan
atau fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar, kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 300C (Sasse, L., 1992, Junaedi, 2002). Bakteri yang bekerja di dalam digester biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlueksis dalam jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob. Mereka memerlukan kondisi tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam digester seperti temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik . Bakteri ini mempunyai beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi mempunyai morfologi yang beragam seperti Methanomicrobium, Methanosarcina, Metanococcus. Methanothrix (YONGZHI dan Hu, 2001) .

Produksi biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter s.d. 1000 liter biogas per hari, kebutuhan energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran 3 ekor sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya memiliki kadar pencemar BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini pupuk dari kotoran
sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat diatasi. Jenis konstruksi unit pengolah (digester) biogas yang dapat dibangun di daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model yaitu:
1. Digester permanen (fixed dome digester)
2. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
3. Digester dengan tutup plastik.
(Junaedi, 2002)

Di dalam digester biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlueksis dalam jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob. Mereka memerlukan kondisi tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam digester seperti temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik . Bakteri ini mempunyai beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi mempunyai morfologi yang beragam seperti Methanomicrobium, Methanosarcina, Metanococcus. Methanothrix (YONGZHI dan Hu, 2001) .

KESIMPULAN

Biogas sebagai sumber energi renewable pengganti energi fosil sangat bermanfaat untuk ketergantungan terhadap konsumsi ebergi fosil yang berlebihan. Selain itu energi biogas ramah lingkungan, murah dan sederhana untuk diterapkan di lingkungan masyarakat


DAFTAR PUSTAKA

Darsin, M. 2006. Design of Biogas Circulator, Seminar Nasional Kreativitas
Mesin Brawijaya 2006, Universitas Barawijaya, Malang

Junaedi, M. 2002. Pemanfaatan Energi Biogas di Perusahaan Susu Umbul                  Katon Surakarta, Laporan Program Vucer 2002, Dikti-UMS,Surakarta
ENGLER, C .R ., M.J. MCFARLAND and R.D. LACEWELL . 2000 .
Economic and environmental impact of biogas production and use . http//:dallas .edu/biogas/eaei .html. (17 Juli 2005) .
Sasse, L. 1992., Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian
Terpadu di Boyolali Jawa Tengah, Borda-LPTP, Surakarta

YONGZHI, W. dan W. HU. 2001 . Research and application of biogas decontamination system . Internet dialog on ecological sanitation. httpJ/www.ias.unu.edu/procedings/icibs/ecosan/wang-03 .html . (27 April 2006) .

3 komentar:

  1. @F12-khairul
    gambar terlalu besar,sehingga halaman web tertutup gambar.logo atau label di postingan tidak ada

    BalasHapus
  2. @F12-khairul
    gambar terlalu besar,sehingga halaman web tertutup gambar.logo atau label di postingan tidak ada

    BalasHapus
  3. @G29-Mega

    Untuk Penulisan pengutipan jangan hanya menyertakan nama dan tahun jurnal tapi disertakan juga judul jurnalnya. Dan mainmap nya di buat lebih menarik lg.
    Terimakasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.