PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BIOGAS
Penggunaan LPG sebagai
bahan bakar atau sebagai kebutuhan untuk rumah tangga tidak dapat dipungkiri
mendominasi di kehidupan era zaman sekarang. Bahkan tidak dapat dipisahkan,
ketergantungan masyarakat terhadap LPG juga cukup tinggi. Apabila distribusi LPG
berhenti pada setiap wilayah maka akan terjadi kelangkaan yang mengganggu
kegiatan rumah tangga. Dalam situasi seperti ini pencarian, pengembangan dan penyebaran
teknologi energi non BBM yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama
ditujukan pada keluarga miskin sebagai golongan yang banyak terkenadampak
kenaikan BBM. Salah satu teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan
tersebut adalah teknologi biogas (Darsin, 2006).
Biogas merupakan sumber renewal
energy yang mampu menyumbangkan andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan
bakar . Bahan baku sumber energi ini merupakan bahan nonfossil, umumnya adalah
limbah atau kotoran ternak yang produksinya tergantung atas ketersediaan rumput
dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap saat selama
dipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak
diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang pembentukannya
memerlukan waktu jutaan.
Pengolahan
kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan
cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya
sehingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi
menjadi energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk
tanaman, sehingga keuntungan yang dapat diperoleh adalah:
1. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan
biaya kebutuhan pupuk
dan
pestisida.
2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi
untuk memasak dan
pengurangan
konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.
3. Mampu melakukan pertanian yang
berkelanjutan, penggunaan pupuk dan
pestisida
organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan
ekosistem
untuk menjamin kegiatan pertanian berkelanjutan
Biogas
diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi
tanpa
oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan
atau
fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika
kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar,
kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang
lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar
300C (Sasse, L., 1992, Junaedi, 2002). Bakteri yang bekerja di dalam digester biogas, terdapat
dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri
metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlueksis dalam jumlah yang berimbang.
Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan memproduksi metan dan gas
lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob. Mereka memerlukan kondisi
tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam digester seperti
temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat
beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik . Bakteri ini mempunyai
beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi mempunyai morfologi yang beragam
seperti Methanomicrobium, Methanosarcina, Metanococcus. Methanothrix (YONGZHI
dan Hu, 2001) .
Produksi
biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter s.d. 1000 liter biogas per hari, kebutuhan
energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan demikian
untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran
3 ekor sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk
padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya
memiliki kadar pencemar BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini
pupuk dari kotoran
sapi sudah
tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran
sapi yang menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar
kandang dapat diatasi. Jenis konstruksi unit pengolah (digester) biogas yang
dapat dibangun di daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model yaitu:
1. Digester permanen
(fixed dome digester)
2. Digester dengan
tampungan gas mengapung (floating dome digester)
3. Digester dengan
tutup plastik.
(Junaedi, 2002)
Di dalam digester biogas, terdapat dua jenis bakteri
yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua
jenis bakteri ini perlueksis dalam jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan
bahan organik dan memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada
kondisi anaerob. Mereka memerlukan kondisi tertentu dan sensitif terhadap lingkungan
mikro dalam digester seperti temperatur, keasaman dan jumlah material organik
yang akan dicerna. Terdapat beberapa spesies metanogenik dengan berbagai
karateristik . Bakteri ini mempunyai beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi
mempunyai morfologi yang beragam seperti Methanomicrobium, Methanosarcina,
Metanococcus. Methanothrix (YONGZHI dan Hu, 2001) .
KESIMPULAN
Biogas sebagai sumber energi renewable pengganti
energi fosil sangat bermanfaat untuk ketergantungan terhadap konsumsi ebergi
fosil yang berlebihan. Selain itu energi biogas ramah lingkungan, murah dan
sederhana untuk diterapkan di lingkungan masyarakat
DAFTAR
PUSTAKA
Darsin, M.
2006. Design of Biogas Circulator, Seminar Nasional Kreativitas
Mesin Brawijaya 2006, Universitas
Barawijaya, Malang
Junaedi, M.
2002. Pemanfaatan Energi Biogas di Perusahaan Susu Umbul Katon Surakarta, Laporan
Program Vucer 2002, Dikti-UMS,Surakarta
ENGLER, C .R ., M.J. MCFARLAND and R.D. LACEWELL .
2000 .
Economic and
environmental impact of biogas production and use . http//:dallas .edu/biogas/eaei
.html. (17 Juli 2005) .
Sasse, L.
1992., Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian
Terpadu di Boyolali Jawa Tengah,
Borda-LPTP, Surakarta
YONGZHI,
W. dan W. HU. 2001 . Research and application of biogas decontamination system
. Internet dialog on ecological sanitation. httpJ/www.ias.unu.edu/procedings/icibs/ecosan/wang-03
.html . (27 April 2006) .
@F12-khairul
BalasHapusgambar terlalu besar,sehingga halaman web tertutup gambar.logo atau label di postingan tidak ada
@F12-khairul
BalasHapusgambar terlalu besar,sehingga halaman web tertutup gambar.logo atau label di postingan tidak ada
@G29-Mega
BalasHapusUntuk Penulisan pengutipan jangan hanya menyertakan nama dan tahun jurnal tapi disertakan juga judul jurnalnya. Dan mainmap nya di buat lebih menarik lg.
Terimakasih