Oleh : @J07-FARROSZY
Abstrak
Pendidikan
menduduki posisi utama dalam sebuah pembangunan karena sasarannya adalah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, oleh sebab itu pendidikan juga
merupakan alur tengah dari seluruh sektor pembangunan.
Pembangunan sangat berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, negara yang memiliki sumberdaya manusia yang berkembang/maju pasti maju pula dalam berbagai sektor pembangunannya. Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai macam rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari usaha tersebut. Pendidikan technopreneurship akan menghasilkan inovasi sebuah teknologi baru untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.
Pembangunan sangat berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, negara yang memiliki sumberdaya manusia yang berkembang/maju pasti maju pula dalam berbagai sektor pembangunannya. Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai macam rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari usaha tersebut. Pendidikan technopreneurship akan menghasilkan inovasi sebuah teknologi baru untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.
Kata kunci :
Technopreneurship, Daya saing bangsa
Pembahasan
Pendidikan
merupakan investasi pembangunan. Untuk itu Pemerintah Indonesia telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, melalui berbagai
kebijakan-kebijakan pendidikan hal tersebut merupakan merupakan kesadaran
pemerintah tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi. Secara umum terbukti bahwa
semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya/kesejahteraannya
semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih
produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas
seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh
dari pendidikan.
Saat
ini hanya ada 0.24% entrepreneur dari seluruh penduduk Indonesia, sedangkan
untuk menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan 2% entrepreneur (Jawa Pos, 2
Maret 2011). Jika revolusi industri abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi tiada
henti dari Silicon Valley, maka negara-negara Asia berlomba untuk membangun
Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan lokalitas yang mereka
miliki masing masing. (Hartono. W., 2011)
Untuk
dapat menuju ke arah yang sama seperti negara-negara Asia lainnya, maka hal
pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman
technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi
menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship yang benar dan menyadari
betapa penting juga strategisnya posisi technopreneur, maka akan memungkinkan
munculnya para technopreneur sejati yang akan membawa negara kita berjalan
bersama-sama dengan Negara Negara Asia lain yang sudah memiliki ”Technopreneurship minded” seperti India,
Korea Selatan, Singapura dan Taiwan.
Daya
saing suatu negara (Country Competitiveness) adalah konsep perbandingan akan
kemampuan dan kinerja suatu negara untuk menjual dan menyediakan barang dan
jasa pada suatu pasar tertentu. (World Economic Forum, 2010).
Global
Competitiveness suatu negara diukur dari besaran dan kondisi neraca
perdagangannya, semakin besar surplus neraca perdagangannya semakin baik daya
saing negara tersebut. Salah satu yang berperan penting dalam besaran neraca
perdagangan suatu negara adalah adanya apakah neraca export nya lebih besar
dari neraca import nya. Dan negara yang memiliki lebih banyak entrepreneur
lebih banyak kesempatan untuk mengekspor dari pada mengimpor karena pelaku
ekonomi di dalam negeri berjumlah memadai.
Kesimpulan
Maka,
dapat disimpulkan Entrepreneurship adalah sebuah karakter kombinatif yang
merupakan fusi antara sikap kompetitif, visioner, kejujuran, pelayanan,
pemberdayaan, pantang menyerah, dan kemandirian. Karakter ini bersatu dan
menjadi kebutuhan langsung dalam proses wirausaha. Pendidikan dan pengembangan
entrepreneurship maupun technopreneurship perlu digalakkan pada saat ini karena
problem sulitnya mencari lapangan kerja setelah lulus merupakan salah satu
masalah bangsa selain masih banyaknya jumlah penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan.
Daftar
Pustaka
Nurkolis. Artikel. 2002. Pendidikan Sebagai Investasi
Jangka Panjang. Pendidikan Network.
Hartono. W. 2011. PENGEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP:UPAYA
PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA DI ERA GLOBAL, Seminar Nasional Teknologi
Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN 979-26-0255-0.
Jawa Pos 2 Maret 2011, RI Butuh 4,8 juta Wirausahawan.
STMIK INTI Indonesia website
(www.inti.ac.id/stmikinti/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.