Pendidikan wajib adalah pendidikan yang
ditempuh pelajar melalui program wajib belajar 12 tahun. Program ini mewajibkan
setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 12 tahun pada pendidikan
dasar dan menengah, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah
Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK) (Puan Maharani, 2015).
Sekilas, pendidikan sudah berlangsung secara rutin dari awal berdirinya Negara ini. Namun, seiring waktu terjadi pembaruan sistem pendidikan wajib dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan. “Indonesia telah sukses dalam memastikan anak-anak masuk sekolah dan mempertahankan mereka disekolah, setidaknya sampai akhir masa pendidikan wajib selesai”, Adalah kutipan dari laporan oleh Institut Lowy yang berbasis di Sydney, Australia. Saya akan memberikan opini saya dalam efektivitas pendidikan kita berdasarkan pengalaman saya pribadi. Apakah pendidikan kita menyiapkan pelajar agar daya saing mereka kuat di dunia kerja atau pendidikan tinggi nanti?.
Pada masa awal pendidikan wajib ini, para pelajar
diajarkan keterampilan dasar seperti membaca dan menulis. Berdasarkan data dari
Unesco, tingkat literasi Indonesia sanggatlah tinggi di angka sekitar 95%.
Literasi tingkat mudanya lebih impresif pada angka 99.67%. Walaupun demikian,
indikator edukasi lainnya menggambarkan lainnya. Hasil tes yang dilaksanakan
oleh Programme for Internasional Student Assessment (PISA) 2015 lalu
menunjukkan bahwa performa pelajar Indonesia diseluruh bidang sains, matematik,
dan membaca lebih kecil daripada rata-rata OECD. Dengan angka 42% dari pelajar Indonesia
yang gagal dalam memenuhi minimum standar dari tiga bidang yang disebutkan tadi
menunjukkan jika kita tertinggal dalam performa pendidikan dari negara-negara
tetangga kita seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Dalam menempuh pendidikan wajib, terdapat
beberapa kali saya mengalami situasi dimana saya tidak dapat memahami dan
mengikuti pelajaran yang diberikan dikarenakan saya tidak memahami ilmu dasarnya.
Ilmu dasar ini sudah diajarkan pada sekolah dasar, namun standar sekolah yang
meluluskan pelajar dengan kemampuan kompetensi dasar yang kurang atau sangat
kurang ini, kurang dipertimbangkan bagaimana kedepannya di pendidikan tingkat
lanjut, dimana pelajar sudah dianggap sudah paham akan pelajaran dasar
tersebut. Tidak ada atau sedikitnya kontrol terhadap kualitas dalam pendidikan yang
harusnya di periksa setiap guru pembimbing dan memberikan arahan dan komunikasi
yang bersifat untuk memperbaiki hal ini di pendidikan kita saya rasa adalah
salah satu faktor mengapa hal ini terjadi.
Kegagalan dalam belajar adalah hal yang wajar,
dari yang saya alami, dulu ketika diinstruksikan untuk membaca suatu materi dan
memahami materi tersebut, saya sering tidak dapat menangkap ide dan gagasan
dari materi yang terdapat dari buku atau bahan bacaan tersebut. Ketika suatu hari
saat SMP pada pelajaran bahasa Indonesia, guru saya menjelaskan cara agar kita
dapat menangkap inti bacaan dari suatu media bacaan. Beliau memberikan pengetahuan
mengenai cara belajar setiap orang itu berbeda-beda. Meskipun membaca adalah
salah satu cara wajib dalam belajar, orang lain dengan cara belajar berbeda
harus juga masuk dalam variabel kesuksesan. Semenjak itu performa belajar saya
meningkat.
Namun sayangnya tidak semua pelajar beruntung
dan dapat mempelajari cara belajar mereka dan cara adaptasi dalam belajar. Hal
ini dialami beberapa kenalan dan teman saya. Menurut saya, dengan memperhatikan
pelajar satu per satu seperti pendidikan di negara yang Indeks Pendidikan
Tinggi adalah keaktifan dalam memonitor masalah yang dialami pelajar. Guru
pembimbing wajib untuk memonitor performa dan nilai setiap mahasiswa dan
memberikan bimbingan yang terbaik agar ketika suatu nanti ketika pendidikan
yang lebih tinggi dimana keterampilan yang diajari saat itu diperlukan, pelajar
tersebut tidak akan memiliki masalah dalam menjalani pendidikan.
Memperhatikan hal-hal tersebut dapat
memastikan agar pelajar nantinya siap bersaing di dunia kerja apabila diperlukan
untuk melaksanakan pelatihan atau bahkan pelajaran di jangka pendidikan tinggi.
Sekian opini dari saya mengenai pendidikan dan daya saing bangsa.
Daftar Pustaka
Sulisworo, Dwi & Nasir, Rahmad &
Maryani, Ika. (2016). Identification of teachers’ problems in Indonesia on
facing global community. International Journal of Research Studies in
Education. 6. 10.5861/ijrse.2016.1519.
Handoyo. F. W. “Evaluation of the Impact of
the School Operational Assistance program Implementation: Data Analysis of the
Indonesian family Life Survey, Years 2000 and 2007.” The SMERU Research
Institute NewsletterNo. 33 (December 2012).
Andrew Rosse, 2018. “BEYOND ACCESS: MAKING
INDONESIA’S EDUCATION SYSTEM WORK”. Lowly Institute.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.