ABSTRAK
Dalam ekonomi dunia yang global,
daya saing menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa Indonesia dapat
berperan aktif dan mengambil keuntungan dari perdagangan internasional. Tanpa
daya saing, Indonesia hanya akan menjadi konsumen atau pasar dari berbagai
barang dan jasa negara lain yang lebih kompetitif (dari sisi mutu dan harga).
Sebaliknya dengan daya saing yang tinggi, kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita juga dapat menghasilkan devisa melalui barang dan jasa yang kita ekspor ke luar negeri – sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan Negara dan kesejahteraan rakyat.
Sebaliknya dengan daya saing yang tinggi, kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita juga dapat menghasilkan devisa melalui barang dan jasa yang kita ekspor ke luar negeri – sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan Negara dan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan infrastruktur adalah
cara yang paling tepat untuk meningkatkan daya saing nasional. Lewat
infrastruktur yang terintegrasi dan berkualitas baik, seluruh wilayah kita akan
terkoneksi sehingga memudahkan terjadinya pergerakan barang, jasa dan manusia.
Dalam konteks ekonomi, atau lebih khususnya bisnis, pembangunan infrastruktur
jalan akan berdampak penghematan biaya transportasi dan logistik. Dengan
transportasi dan logistik yang lebih murah, maka ongkos produksi barang dan jasa
juga lebih murah. Sehingga jika kita harus bersaing dalam perdagangan
internasional, kita berpeluang “memenangkan” persaingan tersebut [terlebih jika
kita pastikan kendali mutu dari barang dan jasa yang kita hasilkan terpenuhi].
Kata Kunci ; Infrastuktur , Ditengah
Persaingan , Bangsa
PENDAHULUAN
Sektor
infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu tingkat daya saing nasional.
Presiden Joko Widodo, mengatakan, problem besar Indonesia dalam daya saing
adalah urusan dengan korupsi, kedua inefisiensi birokrasi, dan ketiga berkaitan
dengan infrastruktur. "Infrastruktur ini terus kita kejar. Saya sudah
sampaikan Menteri PU saya nggak mau bekerja satu shift, tapi maunya tiga shift
karena sudah tertinggal jauh," kata (Presiden, 2016).
Infrastruktur merupakan salah satu
elemen kunci untuk mewujudkan Indonesia sebagai sebuah negara yang kompetitif
dan sejahtera dari sisi ekonomi. Berdasarkan data Global
Competitiveness Index 2016-2017 yang dirilis oleh World
Economic Forum, daya saing Indonesia menempati peringkat ke 41 dari 138 negara
sedangkan daya saing infrastruktur berada di peringkat 60 sementara kesiapan
teknologi berada di peringkat 91 dari 138 negara. Sedangkan menurut model makro
ekonomi Trading Economics dan
ekspektasi analis, peringkat daya saing Indonesia diperkirakan akan mencapai
posisi 35 pada akhir kuartal ini. Untuk jangka panjang, menurut model
ekonometrik Trading Economics peringkat daya saing diproyeksikan berada sekitar
30-an pada 2020.
Hal ini menunjukkan pembenahan
infrastruktur masih sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing bangsa dan
menjawab tantangan kurang meratanya pembangunan yang mendukung jalur distribusi
dan logistik sehingga mempengaruhi pendapatan di setiap daerah di tanah air.
Pemerintah Indonesia menyadari kondisi tersebut dengan menetapkan pembangunan
infrastruktur sebagai salah satu sasaran prioritas 2018 yang menargetkan
perbaikan konektivitas antarwilayah sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,4 persen.
PEMBAHASAN
Presiden
Jokowi menyatakan akan membuka peluang seluas-luasnya bagi sektor swasta untuk
terlibat dalam pembangunan infrastruktur. Presiden mengakui, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak bisa mencukupi kebutuhan biaya
infrastruktur selama lima tahun yang mencapai Rp.5.500 trilyun.
Di depan
ratusan investor yang hadir dalam acara tersebut, Presiden menawarkan tiga
skema berinvestasi untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
Yang pertama adalah skema sekuritisasi, yaitu menjual aset kepada swasta untuk
mendapatkan suntikan modal kembali untuk membangun infrastruktur yang lain.
Kemudian
skema yang kedua adalah skema konsesi, yaitu pengelolaan aset infrastruktur
umum oleh swasta. Presiden telah membuka kesempatan bagi sektor swasta untuk
masuk ke pembangunan infrastruktur umum seperti bandar udara dan pelabuhan.
Langkah
ketiga, menurut Presiden, adalah pembangunan infrastruktur pendukung. Presiden
mengingatkan agar pembangunan tidak hanya terfokus pada infrastruktur dengan
skala besar saja, namun juga di skala menengah dan kecil.
"Orang
hanya melihat yang besar-besar, padahal menengah dan kecil banyak peluang yang
bisa dimasuki. Begitu ada proyek besar pasti ada restoran yang masuk, hotel
bintang tiga akan muncul. Hal seperti ini yang tidak dilihat. Ini peluang yang
bisa diambil sehingga kecepatan kita dalam membangun infrastruktur bisa kita lakukan,"
kata (Presiden Joko Widodo, 2016).
KESIMPULAN
Dalam meningkatkan daya saing diperlukan dalam
menghadapi dinamika perekonomian global. Oleh karena itu, pemerintah akan
mengoptimalkan peran teknologi. Investasi juga dipacu guna mendorong kinerja
perekonomian menjadi lebih produktif. Tujuan lain yakni agar struktur ekonomi
lebih efisien sekaligus memiliki kapasitas produksi, teknologi, serta tenaga
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, S.
R. B. (2014). DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA PERIODE 2011-2013 MENUJU ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY (AEC). BULETIN EKONOMI, 145.
UTOMO, M.
A., & Kemal, N. I. V. (2018). ANALISIS STRATEGI BERSAING PT. TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk. DALAM
MEMPERTAHANKAN PERTUMBUHAN DI INDUSTRI MENARA TELEKOMUNIKASI (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Suparta, G. (2019). Pengaruh infrastruktur
transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dan Sumatera
(2010-2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.