Janu Arlin Wibowo tersenyum simpul ketika mendapatkan penghargaan di
bangsal Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (24/8/2017). Bukan
tanpa sebab, hasil karyanya mendapatkan predikat juara 1 kategori individu
dalam seleksi pelaku inovasi daerah
di DI Yogyakarta.Pria berusia 27 tahun ini menciptakan sejumlah alat bantu untuk
mempermudah penyandang tuna netra dalam
mempelajari matematika. Judul karyanya ia namakan inovasi Bahan Ajar
Audio Taktual Materi Bangun Datar Guna Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Belajar Tuna netra.
Alat bantu belajar karya Janu itu
berupa geoboard, busur taktual, penggaris taktual, dan puzzle khusus tuna netra.
Menurut Janu Arlin Wibowo mengatakan "Dari situ saya tercetus untuk membuat alat-alat bantu belajar itu. Karena awalnya saya sering bertemu dengan teman-teman tuna netra di berbagai tempat. Dari situ saya lihat ada masalah, karena mereka merupakan orang yang berkebutuhan khusus, sehingga butuh alat khusus juga,".
Kemampuan
belajar siswa tunanetra cenderung terhambat, salah satunya mengalami kesulitan
berhitung sehingga prestasi belajar matematikanya tidak maksimal. Metode
jarimatika dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk belajar berhitung
bagi siswa tunanetra karena memanfaatkan media jari tangan (indera peraba/
taktil) dalam aplikasinya.
Menurut (Hidayatullah, 2009), Kata Kunci: metode jarimatika, prestasi belajar matematika, siswa tunanetra Sekolah Dasar yaitu Kemampuan penglihatan memiliki fungsi yang khas, yaitu sebagai indera penyatu dan pemadu. Melalui penglihatannya, individu dapat mengetahui sesuatu secara menyeluruh dan serentak. Berbagai sifat benda dapat dikenal secara rinci dan terpadu. Oleh karena itu, tidak adanya penglihatan telah dibuktikan banyak mempunyai berbagai macam akibat sehingga menempatkan anak tunanetra dalam kesulitan memperoleh kecakapan dan prestasi belajarnya minimum.
Sedangkan menurut Somantri (2006), Hal tersebut terjadi karena perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
Menurut Mangunsong (1998), melalui kemampuan inderawi terutama pendengaran (auditoris) dan perabaan (taktil), diharapkan hal-hal yang menghambat tunanetra dalam belajar dapat teratasi.
Metode jaritmatika dengan media jari tangan sebagai alat bantu berhitung dianggap subjek menarik karena pada sesi pertama siswa memperlihatkan ketertarikannya. Subjek memberikan perhatian pada informasi verbal dan stimulus pada jari-jari tangan masing-masing yang diberikan oleh peneliti maupun guru.
Walgito (2002) mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu. Perhatian yang diberikan subjek ini merupakan langkah awal sebagai sustu persiapan mengadakan persepsi. Perhatian yang terpusat tersebut membuat persepsi subjek bahwa berhitung dengan jarimatika itu mudah dan menyenangkan.
Menurut Janu Arlin Wibowo mengatakan "Dari situ saya tercetus untuk membuat alat-alat bantu belajar itu. Karena awalnya saya sering bertemu dengan teman-teman tuna netra di berbagai tempat. Dari situ saya lihat ada masalah, karena mereka merupakan orang yang berkebutuhan khusus, sehingga butuh alat khusus juga,".
Menurut (Hidayatullah, 2009), Kata Kunci: metode jarimatika, prestasi belajar matematika, siswa tunanetra Sekolah Dasar yaitu Kemampuan penglihatan memiliki fungsi yang khas, yaitu sebagai indera penyatu dan pemadu. Melalui penglihatannya, individu dapat mengetahui sesuatu secara menyeluruh dan serentak. Berbagai sifat benda dapat dikenal secara rinci dan terpadu. Oleh karena itu, tidak adanya penglihatan telah dibuktikan banyak mempunyai berbagai macam akibat sehingga menempatkan anak tunanetra dalam kesulitan memperoleh kecakapan dan prestasi belajarnya minimum.
Sedangkan menurut Somantri (2006), Hal tersebut terjadi karena perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
Menurut Mangunsong (1998), melalui kemampuan inderawi terutama pendengaran (auditoris) dan perabaan (taktil), diharapkan hal-hal yang menghambat tunanetra dalam belajar dapat teratasi.
Metode jaritmatika dengan media jari tangan sebagai alat bantu berhitung dianggap subjek menarik karena pada sesi pertama siswa memperlihatkan ketertarikannya. Subjek memberikan perhatian pada informasi verbal dan stimulus pada jari-jari tangan masing-masing yang diberikan oleh peneliti maupun guru.
Walgito (2002) mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu. Perhatian yang diberikan subjek ini merupakan langkah awal sebagai sustu persiapan mengadakan persepsi. Perhatian yang terpusat tersebut membuat persepsi subjek bahwa berhitung dengan jarimatika itu mudah dan menyenangkan.
Referensi :
Kontributor
Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin. 2017 Dalam :
Somantri, T. S. (2006).
Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Hidayatulloh, I. 2009. Pemilihan
Media Belajar Yang Tepat Bagi Siswa Tunanetra. Diunduh pada tanggal 30 Mei 2010
dari http://www.plbjabar.com/?inc =info_plb_jabar&kat=artikel&id=67.
https://www.researchgate.net/publication/266065212_PENGARUH_METODE_JARIMATIKA_TERHADAP_PRESTASI_BELAJAR_MATEMATIKA_SISWA_TUNANETRA_
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusG21-Riki
BalasHapusAssalamualaikum
- Judul artikel kurang menarik
- Nama penulis sudah dicantumkan
- Dalam setiap paragraf sudah ada sumber yang dicantumkan
- Untuk penulisan lebih dirapikan dan penambahan materi lagi
- Daftar pustaka penulisannya perlu diperbaiki
terimakasih
BalasHapus