.

Rabu, 25 November 2015

Optimalisasi Penggunaan Sumber Energi Non Konvensional

A.    LATAR BELAKANG
      Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang berlimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas bumi. Ataupun sumber energi alternatif dan terbarukan lainnya seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, geothermal, biomasa dan lain-lain. Meskipun potensi sumber energi yang dimiliki berlimpah, Indonesia sampai saat ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri.
  Hal ini dikarenakan kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, sehingga distribusi energi listrik tidak merata, selain itu disebabkan pula oleh tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik (Ramani, K.V,1992), serta terbatasnya kemampuan finansial, hal tersebut merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional.
Energi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, khususnya kebutuhan akan energi listrik. Semakin pesatnya perkembangan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, industri dan informasi maka semakin besar pula energi listrik yang dibutuhkan, sebagai contoh adalah suatu industri yang awalnya melakukan kegiatan produksi secara manual dengan tenaga manusia setelah ditemukannya mesin bertenaga listrik maka kegiatan produksinya semakin meningkat. Bahkan yang terjadi saat ini peralatan rumah tanggapun hampir semuanya menggunakan alat yang membutuhkan energi listrik, sehingga pada saat terjadi pemadaman listrik atau pada saat terjadi gangguan, seakan-akan kegiatan manusia lumpuh  karena sudah sangat tergantung pada energi listrik..


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1.      Pembangkit listrik di Indonesia saat ini di dominasi oleh energi fosil yang kedepannya jumlahnya dialam semakin habis, padahal kebutuhan akan energi listrik terus bertambah.
2.      Belum optimalnya pemanfaatan sumber energi Non-Konvensional di Indonesia.

C.  Batasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah tersebut, maka karya tulis ini membatasi masalah pada Optimalisasi Penggunaan Sumber Energi Non-Konvensional Sebagai Upaya Mengurangi Tingkat Penggunaan Bahan Bakar Minyak Untuk Pembangkit Listrik di Indonesia.

D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah potensi sumber energi Non-Konvensional di Indonesia ?
2.      Bagaimanakah penerapan sumber energi non-konvensional di Indonesia ?

E.  Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah:
1.      Mengetahui potensi sumber energi non-Konvensional di Indonesia
2.      Mengetahui sejauh mana penerapan sumber energi Non-Konvensional di Indonesia

F.   Manfaat
1.      Manfaat teoritis
a.       Menambah pengetahuan mengenai sumber energi non-konvensional
b.      Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mengenai geografi Sumber daya dan Energi
c.       Dapat dijadikan referensi bagi penulisan karya ilmiah yang sejenis dimasa yang akan datang.
2.      Manfaat praktis
a.       Membantu mahasiswa melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat melalui pendidikan.
b.      Bagi pemerintah; program ini dapat dijadikan sebagai solusi alternatif penghematan biaya pembangkit listrik dengan menerapkan energi non-konvensional.
c.       Bagi masyarakat; dengan diketahuinya potensi-potensi alam yang mengandung energi non-konvensional maka masyarakat bisa merekayasa potensi tersebut sebagai alternatif pembangkit listrik.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kebutuhan Listrik Indonesia
Kebutuhan energi listrik di Indonesia dibedakan atas beberapa sektor pengguna energi seperti industri, rumah tangga, transportasi, pemerintahan, dan komersial. Kemampuan pasokan energi listrik nasional terkait erat dengan ketersediaan sumber daya energi dan kemampuan ekonomi nasional. Berdasarkan proyeksi kebutuhan energi listrik di Indonesia menunjukan bahwa Pulau Jawa merupkan pulau yang kebutuhan energinya paling besar, hal tersebut disebabkan semua kegiatan yang mendorong peningkatan ekonomi berpusat dipulau Jawa, walaupun di Pulau Sumatera dan Kalimantan kaya akan sumber energi namun industry yang ada tidak mengalami perkembangan yang pesat, selain karena penduduknya yang tidak sepadat penduduk di pulau Jawa. (Joko Santoso dan Rudiartono : 2005).

B.  Kriteria Pemilihan Pembangkit
Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi energi yang dapat dikembangkan menjadi pembangkit listrik, namun kenyataannya proses realisasinya tidak semudah membalik telapak tangan. Pemilihan pembangkit listrik bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang, seperti: prediksi pertumbuhan beban per tahun, karakteristik kurva beban, keandalan sistem pembangkit, ketersediaan dan harga sumber energi primer yang akan digunakan, juga isu lingkungan, sosial dan politik.

C. Energi Non Konvensional
     Energi Non Kovensional adalah energi yang dapat terbarukan dan tidak terbatas keberadaannya dialam. Macam dari sumber daya energi ini antara lain energi Matahari, Energi pasang surut/gelombang, energi Panas Bumi, energi Biomassa, dan energi Mikrohidro. Penggunaaan energi ini adalah sebagai pengganti penggunaan minyak bumi, dan sumber energi yang dipakai tidak boleh mengeluarkan polutan terlalu banyak, bahkan bilamana mungkin tidak mengeluarkan polutan sama sekali ( Abdullah Aly, 1991 : 162 )




D. Sumber Daya Energi Non Konvensional
1.   Energi Matahari
Matahari merupakan sumber energi yang tidak ada habisnya. Sebenarnya kita hidup didunia ini hampir sepenuhnya berkat energi matahari karena apa yang kita makan itu sebenarnya energi matahari yang tersimpan dalam tumbuhan maupun hewan. Energi matahari bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan menggunakan fotosel atau sel pembangkit listrik dengan bersumber dari cahaya. Energi matahari yang dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakansolar cells panel.
2.      Energi Panas Bumi
Energi geothermal atau energi panas bumi adalah energi yang berasl dari inti Bumi. Inti Bumi ini merupakan bahan yang terdiri atas berbagai jenis logam dan batu yang berbentuk cair dan memiliki suhu yang tinggi. Energi geothermal yang kita manfaatkan saat ini melalui air atau uap air yang terkena magma.
3.      Energi Angin
Udara yang bergerak disebut dengan angin dan dapat terjadi karena perbedaan tekanan disuatu tempat dengan tempat yang lain. Perbedaan tekanan timbul disebabkan adanya perbedaan suhu. Pemanfaatan angin merupakan salah satu cara menghemat energi yang berasal dari minyak Bumi. Energi angin dapat dimanfaatkan untuk diubah menjadi energi listrik yang prinsipnya sangat sederhana, yaitu angin ditangkap oleh baling-baling atau katakanlah rotor bersayap.

4.      Energi Pasang Surut / Gelombang air laut..
Secara umum, potensi energi gelombang laut yang dapat menghasilkan listrik dibagi menjadi tiga tipe potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energi), dan energi panas laut (ocean thermal energi). Energi pasang surut merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari per­gerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Sedangkan energi pa­nas laut memanfaatkan per­be­daan temperatur air laut di permukaan dan di kedalaman.

5.      Energi Biomassa
Biomasa adalah segala jasad hidup yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi bila dibakar, yaitu berupa sampah-sampah organik sebagai sisa-sisa produksi pertanian. Biomassa yang berupa sampah atau sisa-sisa yang tak berharga dapat digunakan sebagai sumber energi karena ia masih menyimpan energi matahari. Biomassa yang dapat dipakai sebagai bahan bakar itu tidak selalu berupa sampah, kadang-kadang berupa tanaman yang cepat tumbuh seperti angsana, akasia, dan sebagainya dapat digunakan sebagai bahan bakar secara ekonomis, atau sebagai sumber energi yang murah.
BAB III
METODE PENULISAN

A.  Jenis Penulisan
Karya tulis ini termasuk jenis deskriptif kualitatif, Nawawi (1991:31) berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah/keadaan/peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat hanya sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). 

B.  Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya tulis ini, pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi kepustakaan, yang diperoleh dari media massa, pustaka yang relevan, internet, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah pengurangan penggunaan BBM sebagai pembangkit listrik nasional dengan cara mengoptimalkan sumber daya energi non-konvensional.

C.  Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggambungkan data-data yang diperoleh dari pustaka-pustaka, jurnal, surat kabar serta data-data dari internet yang kemudian disimpulkan secara deduktif dan induktif. Deduktif merupakan metode pengolahan data dengan menjabarkan data yang bersifat umum ke bentuk yang lebih khusus. Sedangkan induktif merupakan metode pengolahan data dengan menyimpulkan data yang bersifat khusus ke dalam bentuk yang lebih umum. 

D.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah dengan mencari dan menemukan gambaran umum atau pengertian yang bersifat menyeluruh. Langkah-langkah analisis data tersebut meliputi sebagai berikut: reduksi data, display data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi (Husaini Usman 2004:84). Analisis ini dilakukan dengan menginfentarisir permasalahan mengenai ketersediaan BBM yang digunakan untuk tenaga pembangkit listrik nasional yang jumlahnya semakin menipis selanjutnya dikembangkan solusi permasalahan tersebut dengan cara mengoptimalkan penggunaan sumber daya energi non-konvensional di Indonesia.




BAB IV
PEMBAHASAN

A. Peluang Pengembangan Energi Non-Konvensional di Indonesia
1.      Menipisnya cadangan minyak bumi
Jika dikaitkan dengan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar sistem pembangkit listrik, maka kecenderungan tersebut berarti akan meningkatkan pula biaya operasional pembangkitan yang berpengaruh langsung terhadap biaya satuan produksi energi listriknya. Di lain pihak biaya satuan produksi energi listrik dari sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan menunjukkan tendensi menurun, sehingga banyak ilmuwan percaya, bahwa pada suatu saat biaya satuan produksi tersebut akan lebih rendah dari biaya satuan produksi dengan minyak bumi atau energi fosil lainnya.
2.      Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan hidup menunjukkan gejala yang positif. Masyarakat makin peduli akan upaya penanggulangan segala bentuk polusi, mulai dari sekedar menjaga kebersihan lingkungan sampai dengan mengontrol limbah buangan dan sisa produksi. Banyak pembangunan proyek fisik yang memperhatikan faktor pelestarian lingkungan, sehingga perusakan ataupun pengotoran yang merugikan lingkungan sekitar dapat dihindari, minimal dikurangi. Setiap bentuk produksi energi dan pemakaian energi secara prinsip dapat menimbulkan bahaya bagi manusia, karena pencemaran udara, air dan tanah, akibat pembakaran energi fosil, seperti batubara, minyak dan gas di industri, pusat pembangkit maupun kendaraan bermotor. Limbah produksi energi listrik konvensional, dari sumber daya energi fosil, sebagian besar memberi kontribusi terhadap polusi udara, khususnya berpengaruh terhadap kondisi iklim.
B.     Kelebihan dan Kendala pengembangan Energi Non - Konvensional di Indonesia
Pemanfaatan sumber daya energi terbarukan atau energi non Konvensional sebagai bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan antara lain;
  1. Relatif mudah didapat, karena kondisi geografis Indonesia yang strategis, yaitu terletak dikatulistiwa sehingga mendapat penyinaran matahari secara optimum, hal tersebut bias dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga matahari. Dapat diperoleh dengan gratis, sehingga biaya operasional sangat rendah,
  2. Tidak mengenal problem limbah,
  3. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi, dan
  4. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass,1980).
Akan tetapi bukan berarti pengembangan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan ini terbebas dari segala kendala. Khususnya di Indonesia ada beberapa kendala yang menghambat pengembangan energi terbarukan bagi produksi energi listrik, seperti:
  1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga solar/minyak disel di Indonesia Rp.380,-/liter sementara di Jerman mencapai Rp.2200,-/liter, atau sekitar enam kali lebih tinggi.
  2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari luar negeri.
  3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal.
C.    Strategi Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia
Berdasar atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan peran energi terbarukan pada produksi energi listrik khususnya, maka beberapa strategi yang mungkin diterapkan, antara lain:
  1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan; pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; pembuatan "prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya; perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik; pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan tersebut.
  2. Menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal sistem pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus diimport dari luar negeri. Penurunan biaya investasi ini akan berdampak langsung terhadap biaya produksi.
  3. Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan .
D.    Penerapan Sumber Energi Non-Konvensional di Indonesia
1.      Energi Matahari
Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga  Indonesia mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia (Irawan dan Ira Fitriana : 2005).  Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan  sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif.
2.      Energi Panas Bumi
Indonesia mempunyai potensi panas bumi kurang lebih 39% dari keseluruhan potensi dunia, sehingga banyak sekali energi yang bisa dihasilkan dari panas bumi tersebut. Persebaran daerah yang mempunyai potensi tersebut antara lain di Sumatera terdapat 5777 Mw (mega watt), di Jawa terdapat 1370 Mw, di sulawesi terdapat 1075 Mw, di Bali terdapat 75 Mw, Nusa Tenggara terdapat 1900 Mw, Maluku terdapat 750 Mw. Dan total yang dimiliki Indonesia adalah 10.947 Mw. (Soetoto : 2008)
3.      Energi Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Indonesia merupakan negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah.
Sebagai negara yang berada di ekuator, potensi dari PLTB memang tidak terlalu besar. Akan tetapi berdasarkan data yang ada, ada beberapa daerah di Indonesia, misal NTB dan NTT, yang mempunyai potensi bagus. Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kecepatan angin rata-rata sekitar 4 m/s, kecuali di dua propinsi tersebut.
  



BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Keberadaan sumber energi minyak bumi semakin lama semakin menipis keberadaannya dialam, padahal sumber tenaga pembangkit listrik yang digunakan di Indonesia saat ini adalah energi dari minyak bumi, hal itupun menyebabkan dari hari ke hari biaya untuk mendapatkan energi listrik di Indonesia bertambah. Disamping hal tersebut di Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik yang terbarukan atau Non Konvensional. Energi tersebut antara lain adalah energi surya/Matahari, angin, gelombang, air, biomassa dan semua sumber tersebut jumlahnya tidak terbatas di Indonesia. Sumber energi tersebut saat ini sudah diterapkan dibeberapa daerah, namun pemanfaatannya belum optimal. Dan kedepannya diharapkan potensi-potensi dari sumber energi tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

B.     Saran
1.      Untuk jangka panjang, pemerintah diharapkan dapat menerapkan penggunaan wajib bahan bakar non-fosil dan teknologi bersih.
2.      Pemerintah perlu mempertimbangkan didirikannya lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan.
3.      Kita harus terus berusaha melakukan penghematan energi dan berusaha menciptakan inovasi-inovasi yang berguna untuk kesejahteraan bangsa Indonesia









DAFTAR PUSATAKA

BPPT dan KLH. 2009. Technology Needs Assessment in Energi Sector. Jakarta
(dalam www.Iklimcarbon.com, diakses pada tanggal 5 maret 2012. Pukul 06.00 WIB)

Pekik A. Dahono, Sumber Energi Alternatif (SEA),Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik, Teknik Elektro ITB ( dalamhttp://konversi.wordpress.com diakses pada tanggal 6 Maret 2012 pukul 19.00 WIB)

Abdul Kadir, IPM, Beberapa Kecenderungan Perkembangan Teknologi Pembangkit Listrik, Ketua Sekolah Tinggi Teknik Yayasan PLN, Jakarta. ( dalam http://konversi.wordpress.com diakses pada tanggal 6 Maret 2012 pukul 19.00 WIB)

Wilson Walery Wenas, Teknologi Sel Surya : Perkembangan Dewasa Ini dan yang Akan Datan,Laboratorium Semikonduktor, Fisika-ITB. ( dalam http://konversi.wordpress.com diakses pada tanggal 6 Maret 2012 pukul 19.00 WIB)

Teguh Priyambodo, Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Memecah Kebuntuan Kebutuhan Energi Nasional dan Dampak Pencemaran Lingkungan. ( dalam http://konversi.wordpress.com diakses pada tanggal 6 Maret 2012 pukul 19.00 WIB)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.