A.Judul Penelitian
OPTIMALISASI TATA LETAK
GUDANG – AREA SIMPAN: STUDI KASUS DI
PT.GMS
B.Nama Penulis
Agung Chandra Program
Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana
Jakarta
C. Nama Jurnal
Jurnal Pasti
Volume X No 1, halaman
108-117
Tahun terbit 2016
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Tlp./Fax: +62215871335
Tlp./Fax: +62215871335
D. Latar Belakang Masalah
Tata letak gudang mempengaruhi
biaya pergudangan. Tata letak yang optimal bisa memberikan ruang yang optimal –
ruang yang tidak boros dan memperlancar arus material (material flow). Dengan
tidak borosnya ruang dan arus material yang lancar maka akan terjadi biaya yang
optimal bagi perusahaan.
E. Masalah Pertanyaan
Peneliti
Pada penelitian ini
berfokus pada tata letak gudang – area picking, hal ini dikarenakan picking
merupakan aktivitas yang memiliki porsi paling besar dalam biaya pergudangan.
Order picking mencakup sekitar 55% bialya operasional gudang karena jumlah
tenaga kerja terbanyak dan waktu terbanyak dibandingkan dengan aktivitas
pergudangan yang lain. Dalam merancang
tempat simpan dan system pergudangan, hal yang ingin dicapai
adalah:memaksimalkan penggunaan ruang, memaksimalkan penggunaan peralatan,
memaksimalkan penggunaan buruh, memaksimalkan akses semua material, dan
memaksimalkan proteksi semua material (Tompkins, et al, 2003). Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
merancang dimensi lokasi simpan dan jumlah lorong/aisle yang optimal di PT.GMS.
F.Tujuan Penelitian
Ada 2 jenis permasalahan
tata letak: posisi penempatan berbagai departemen seperti aktivitas utama
pergudangan (receiving, put away, storage, order picking, dan shipping) dan penempatan peralatan /
perlengkapan, ruang simpan, jalur, dan sebagainya. (De Koster, et al, 2007,
Bartholdi & Hackman, 2008).
Model
tata letak pergudangan bertujuan meminimalkan jarak tempuh untuk menyimpan
(storage) dan mengambil (order picking) sebuah item barang, Jarak tempuh ini
dipengaruhi oleh dimensi gudang, panjang lorong (pick aisle dan cross aisle),
picking method, material handling systems, supporting information technology
infrastructure.
G. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan dimensi
lokasi simpan dan jumlah lorong yang optimal maka diperlukan langkah – langkah
sebagai berikut: Menentukan lebar lorong/aisle width. Menurut Tompkins, et al
(2003) bahwa pengaturan lorong/aisle arrangement diperlukan untuk menghasilkan
aliran yang efektif. Jika sebuah lorong dirancang terlalu sempit maka akan
menimbulkan kemacetan / congestion yang bisa membuat waktu picking lebih lama
dibandingkan dengan tidak adanya kemacetan/congestion. Kemacetan atau
congestion dapat terjadii dengan kondisi sebagai berikut: Satu, dua atau lebih
picker ingin mengambill barang pada lokasi yang sama. Dua, dua atau lebih
picker dimana salah satunya menunggu untuk melewati picker yang sedang
melakukan proses picking. Tiga, dua atau lebh picker yang saling berhadap –
hadapan atau dengan kata lain picker tersebut sedang berlawanan arah.
H. HASIL PENELITIAN
Dengan mengetahui
hubungan antara lokasi picking dengan space, maka bisa ditentukan pula
layoutnya, apakah menggunakan dedicated layout atau flexible layout. Jika
dedicated layout tentunya akan menggunakan space yang lebih banyak lagi karena
untuk setiap item atau setiap SKU memiliki lokasi picking yang sudah
ditentukan, dengan kata lain lokasi tersebut hanya boleh digunakan untuk
menyimpan SKU tertentu saja. Sedangkan untuk flexible layout bisa lebih
menghemat space karena pada SKU atau item barang bisa menempati lokasi yang
saat penyimpanannya sedang kosong atau dengan kata lain lokasi simpan untuk
picking bisa berbeda – beda dari waktu ke waktu. Keuntungan dari dedicated
layout yakni mempermudah untuk seorang picker dalam mengambil barang karena
lokasi simpannya tidak berubah-rubah sehingga lebih mudah untuk dipelajari;
sedangkan untuk fleksible layout lebih sulit untuk diingat karena lokasi
simpannya berpindah – pindah terus sehingga waktu untuk melakukan picking akan
lebih lama dibandingkan dengan dedicated layout. Di PT. GMS ini, dengan lahan
yang tidak luas maka lebih cocok untuk menggunakan metode layout yang flexible.
Untuk kebutuhan ruang
simpan tentunya harus mempertimbangkan juga lahan dan biaya lahan per meter
perseginya. Untuk lokasi pabrik yang harga lahannya tidak terlalu mahal, maka
perusahaan masih memungkinkan untuk memiliki lahan yang luas, hal ini berguna untuk
investasi jangka panjang pada saat item yang dimilikinya kian tahun kian
bertambah. Tapi untuk lokasinya di pusat kota, tentunya harga lahan juga
semakin mahal, oleh karena itu factor menggunakan racking bertingkat bisa
digunakan, dan dapa disesuaikan dengan tinggi bangunan. Level ketinggian bisa
level 0, level 1, level 2, level 3, dan seterusnya.
I.Review
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi untuk area simpan gudang di PT. GMS yang optimal
dengan perencanaan 24 lokasi simpan adalah panjang lorong utama/main aisle (Lr)
= 4 m, lebar area simpan (Br) = 12.6 m, jumlah lorong (n1) = 6, lebar lorong (b2) = 6 feet 1.8 m. Untuk ASP
(aisle productivity) sebesar 42.9%. Efek jumlah lokasi terhadap tata letak
adalah pada saat jumlah lokasi picking (Q) bertambah maka space yang dibutuhkan
juga akan semakin luas. Jika jumlah lokasi picking (Q) semakin banyak maka waktu
pickingnya menjadi bertambah juga, hal ini ditunjukkan dengan menggunakan
software simulasi: Warehouse Real Time Simulator.
J.Abstrak Jurnal
Salah satu benefit dari
tata letak yang optimal adalah bisa menghasilkan ruang yang tidak boros.
Penelitian yang dilakukan di PT.GMS dengan kondisi 24 lokasi simpan
menghasilkan dimensi ruang simpan, panjang
4 m, lebar 12.6 m, lebar lorong 1.8 m, jumlah lorong 6 buah, dan produktivitas lorong
sebesar 42.9%. Semakin banyak jumlah lokasi simpan, maka ruang simpan yang
dibutuhkan akan semakin luas; dan semakin banyak jumlah lokasi simpan maka
waktu untuk melakukan picking juga semakin bertambah.
K. DAFTAR PUSTAKA
Bartholdi, III, J and
Hackman, S.T. 2008. Warehouse and Distribution Science. The Supply Chain and
Logistics Instititute, School of Industrial and System Engineering, Georgia
Institute of Technology. Atlanta, Georgia, U.S.A. Also available online:
www.warehouse-science.com.
De Koster, R., Le-Duc,
T., Roodbergen, K.J. 2007. Design and Control of Warehouse Order Picking: A
Literature Review. European Journal of Operations Research 182 (2), p.481-501.
Dukic, G., Opetuk, T. 2012. Warehousing in the Global Supply Chain: Advanced
Models, Tools, and Applications for Storage Systems: Chapter 3: Warehouse
Layout. Springer.
Furmans, et al. 2009.
Queueing Models for Manual Order Picking Systems with Blocking. Logistics
Journal. ISSN 1860 5923.
Roodbergen, K.J., I.F.A.
Vis, A. 2006. A Model for Warehouse Layout. IIE Transaction 38 (10), p. 799 -
811
Sule,, D.R. 1994.
Manufacturing Facilities: Location, Planning, and Design. PWS publishing.
Tarczynski, G. 2012.
Warehouse Real – Time Simulator: How to Optimize Order Picking Time, Wroclaw
Univesity of Economics.
Tompkins, et al. 2003.
Facilities Planning. John Wiley and Sons
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.