.

Rabu, 23 Desember 2015

Perencanaan dan Pengendalian Produksi z01



Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi PPIC

Pengertian Perencanaan & Pengendalian Produksi
Secara umum perencanaan & pengendalian produksi dapat diartikan sebagai aktivitas merencanakan dan mengendalikan material masuk, mengalir, dan keluar dari sistem produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi yang minimum.
Sedangakan jika kita definisikan secara terpisah akan mencakup dua aktivitas yakni :
a)     Perencanaan produksi : aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan.
b)     Pengendalian produksi : aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana.
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi:
1.      Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
2.      Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin.
3.      Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
4.      Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
5.      Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.
6.      Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan.
7.      Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli.
8.      Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
9.      Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
10.  Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
11.  Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci.
Tingkat perencanaan & pengendalian produksi :
1.        Perencanaan jangka panjang
Kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
2.      Perencanaan jangka menengah
Perencanaan kebutuhan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, jadwal induk produksi, dan perencanaan kebutuhan distribusi.
3.       Perencanaan jangka pendek
Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir, perencanaan dan pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek .
Perencanaan & pengendalian produksi yang dilakukan adalah mencakup beberapa aktivitas sebagai berikut :
1.        Peramalan kuantitas permintaan
2.      Perencanaan persediaan: jenis, jumlah, dan waktu
3.       Perencanaan kapasitas (Menyusun Rencana Agregat) tenaga kerja, mesin, fasilitas untuk penyesuaian permintaan dengan kapasitas. Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (reguler, lembur, subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan sumber daya secra terpadu (tidak per produk).
4.      Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenenai “apa & berapa unit” yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana agregat ke dalam rencana produksi (apa, kapan, berapa) yang akan direalisasikan.
5.       Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
6.       Penjadwalan pada mesin & fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi unrutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian, prioritas pengerjaan, dsb.
7.       Monitoring aktivitas produksi
8.       Pelaporan dan pendataan

 Klasifikasi Sistem Produksi
Berdasarkan tipe produksinya  system produksi dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni:
1.        Engineering To Order (ETO)
Yaitu system produksi yang dilakukan bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).
2.      Assembly To Order (ATO)
Yaitu system produksi yang dilakukan bila produsen membuat desain standard yang teridri atas beberapa komponen dan merakit (assembly) suatu kombinasi tertentu dari komponen tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Komponen-komponen standar tersebut bias dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah perusahaan mobil, dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual /otomatis, AC, Audio, Interior, dan engine khsusus dengan berbagai varian. Komponen-komponen tersebut telah disiapkan (diproduksi) terlebih sejak awal dan baru akan dirakit menjadi mobil utuh behitu ada pesanan dari agen.
3.      Make To Order (MTO)
Yaitu system produksi yang dilakukan bila produsen membuat (memproduksi) suatu produk/item “jika & hanya jika” telah menerima pesanan dari komsumen untuk produk/item tersebut.
4.      Make To Stock (MTS)
Yaitu system produksi yang dilakukan bila produsen membuat (memproduksi) produk/item sebagai suatu persediaan sebelum pesanan dari komsumen diterima.
Krieria dalam mengklasifikasi proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-unit produk yang melalui tahapan konversi. Ada tiga operasi, yaitu Flow Shop, Job Shop, dan Proyek (Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran modifikasi dari ketiganya, yaitu: Batch dan Continous. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi tersebut adalah sebagai berikut:
Flow Shop
Merupakan proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus yang ditempatkan pada sepanjang lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditunjukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi Flow Shop yang bersifat MTS (Make To Stock). Contoh sistem produksi Flow Shop adalah: pabrik rokok gudang garam, pabrik Semen padang, dan pabrik Aqua.
Job Shop
Yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit - unit yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Contoh sistem produksi Job Shop antara lain adalah: pabrik TOYOTA, pabrik Sepatu Nike, dan Pabrik motor Honda.
Proyek
Yaitu proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendifinisian urutan tugas - tugas yang teratur akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian. Contoh sistem produksi Proyek antara lain adalah : proyek penggalian PDAM dan proyek monorail PT Bukaka.
Batch
Adalah bentuk maju dari Job Shop yang merupakan kombinasi dari Job Shop dan Flow Shop. Pada Batch, produk terstandarisasi, namun tidak terlalu standarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan Flow Shop. Sistem Batch memproduksi banyaknya variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk setiap produk agak pendek, dan suatu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Pada sitem ini, pembuatan produk pada tipe yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi, sehingga sistem tersebut harus “general purpose”, dan fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi variasinya tinggi.
Continuos
Yaitu bentuk ekstrim dari Flow Shop dimana terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses produksi Continuos adalah : industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri lainya yang tidak dapat mengidentifikasi unit - unit output urutan prosesnya secara tepat.
Sistem produksi (Bambang, 2005) merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Produksi dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau membuat bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.Produksi dapat juga diartikan sebagai tindakan intensional untuk menghasilkan sesuatu yang berguna.
Produksi (Magfuri, 1987) adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan


menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain.
Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari: supervise, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu.
Gambar 2.1 Alur Sistem Produksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.