.

Kamis, 10 Desember 2015

Waspada Penggunaan MSG Berlebih


Dari sekian banyak senyawa penyedap citarasa yang beredar bebas di pasaran, seperti Disodium inosinat (IMP), Disodium guanilat (GMP), Maltol, 5 Nukleotida, Monosodium glutamat (MSG) dan lain sebagainya,  ternyata hanya MSG yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dan paling populer di pasaran karena kemurahan dan keefektifannya dalam menguatkan rasa.
        Junk food adalah contoh makanan dengan kandungan MSG paling banyak. Hampir setiap masakan di rumah makan atau warung-warung, seperti sayur asem, sup ayam, saus tomat, kecap, bumbu mie instan dan lain sebagainya dipastikan tidak luput dari yang namanya michin atau MSG untuk menambahkan citarasa masakan menjadi lebih nikmat dan gurih. Tentu setiap orang tidak ingin menikmati masakan yang hambar, dari alasan inilah MSG diperlukan, baik dalam makanan siap saji, makanan beku, ataupun makanan kaleng.
Ternyata dibalik kenikmatan MSG ini, terdapat efek samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, terutama kesehatan pada anak-anak yang masa pertumbuhannya lebih sensitif dibandingkan orang dewasa. Asam glutamat dan Gamma-asam aminobutrat yang terdapat pada MSG dapat memengaruhi transmisi sinyal dalam otak. Asam glutamat dapat meningkatkan transmisi sinyal pada otak, sedangkan Gamma-asam aminobutrat menurunkannya. Jika seseorang mengonsumsi MSG secara berlebihan, tentu itu dapat merusak kesetimbangan transmisi sinyal pada otak manusia yang bisa berakibat kelumpuhan. MSG sebenarnya aman dikonsumsi sejauh tidak berlebihan. Batasan aman penggunaan MSG per hari menurut WHO (World Health Organization) sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan. Meski dinilai aman, MSG tidak diperlukan bagi seseorang yang tengah mengidap cedera otak karena stroke, terbentur, terluka, ataupun penyakit syaraf.
Walaupun sebagian orang ada yang mengonsumsi MSG tidak mendapatkan efek samping berbahaya, tetapi beberapa orang memiliki alergi bila mengonsumsi MSG secara berlebihan, seperti gejala pusing, mati rasa yang menjalar dari rahang sampai belakang leher, sesak nafas, leher dan dada panas, keringat dingin, bahkan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan resiko pertumbuhannya sel-sel kanker. Kondisi ini pada umumnya dialami seseorang 15-20 menit sehabis menyantap masakan China di rumah makan. Masakan China memang dituding paling banyak mengandung MSG. Karena itulah gejala-gejala yang dialami ini disebut Chinnese Restaurant Syndrome. Jika dilihat dari fisiknya, gejala seseorang yang memiliki alergi setelah menyantap masakan-masakan yang mengandung kadar MSG lebih adalah peradangan pada kulit menjadi panas dan gatal yang berlebihan, kulit menjadi merah dan kasar, terdapat goresan luka pada kulit yang menyebabkan kulit mengelupas dan bengkak, serta dapat mengeluarkan nanah yang berwarna kuning kental pada peradangannya tersebut. Itulah gejala-gejala yang dialami seseorang pengidap penyakit alergi akut pada michin atau MSG, misalkan penyakit eksim.
Dampak buruk lain yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi makanan yang mengandung MSG secara berlebihan diantaranya adalah:
1.  Mengalami obesitas, gangguan lambung, mual-mual dan diabetes
2.  Terkena Alzheimer (pikun) dan penurunan kecerdasan
3.  Migrain, kebutaan dan mulut kering
4.  Gangguan tidur, hipertensi dan asma
5.  Membuat indera perasa menjadi kebal sehingga merasa ketagihan untuk mengonsumsinya 
6.Kerusakan beberapa sel syaraf di dalam bagian otak (Hypothalamus) pada bayi 
7.  Meningkatkan resiko kanker hati dan gangguan pencernaan 
8.  Kerusakan hati, jantung, otak, limfa dan sistem saraf pusat

        Reaksi terhadap MSG dapat terjadi kapan saja, dari mulai segera setelah mengonsumsi MSG sampai beberapa hari kemudian. Jika seseorang sudah terpaksa harus mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, sebaiknya mengonsumsi terlebih dahulu sayur-sayuran atau buah-buahan karena sayur dan buah mengandung serat yang dapat meminimalkan penyerapan MSG dalam tubuh. Bahan pengganti dari MSG yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang adalah bubuk kecap, garam, gula pasir, bawang putih, ebi, atau bahkan tidak sama sekali menggunakan penyedap citarasa. Sebaiknya juga setiap manusia dianjurkan untuk makan makanan dalam bentuk yang paling alami karena tubuh manusia diciptakan untuk mencerna makanan buatan alam, bukan diciptakan untuk menyerap zat sintetis buatan manusia.


***

Sumber Referensi :









Sumber Gambar :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.