Masih Jaman "Nyampah " di Gunung ??
Gunung, ya, apa yang terlintas di benak kalian ketika
mendengar kata “ gunung “. Indah, sejuk, asri, alami dan masih banyak tentunya
kata yang dapat mengekspresikan objek yang satu ini. Terlepas dari itu semua
sebuah kata yang dapat mewakili dibalik kemegahan dan keindahan saat kita
berkunjung ke gunung. Tak bisa kita pungkiri adanya “ sampah ”. Memang semua
tempat tak bisa lepas dengan adanya hal tersebut, baik sampah organik maupun
anorganik. Sampah organik dapat berupa sampah yang kulit sisa sayuran,
buah-buahan, dedaunan, dll. Adapun sampah anorganik dapat berupa plastik
plastik, kaleng bekas, sandal bekas, kertas dan masih banyak lainnya. Sampah
bungkus-bungkus permen, bungkus biscuit/wafer, hingga botol minum plastik
sekali pakai sering pula kita lihat di jalur pendakian dan sampai ke
sudut-sudut jalur pendakian gunung. Sampah tersebut biasanya berasal dari orang
yang berkunjung ke gunung, pendaki gunung itu sendiri tanpa membawa turun
kembali sampahnya dari atas gunung ke bawah tempat basecamp tempat pengumpulan
sampah yang disediakan. Kuranhnya rasa empati dan peduli membuat mereka seakan
“ nyampah “ menjadi hal biasa, “ Ah ngapain capek-capek bawa sampah kotor bau,
nanti ada juga yang mungutin toh kita sudah bayar tiket masuk kawasan” begitu
kata mereka yang tidak menghargai alam semacam pandangan hal yang bodoh mengenai sampah yang ada di
gunung. Sampah yang ada di gunung sangat berbahaya bagi kelangsungan ekosistem
yang ada di gunung, flora dan fauna. Sampah yang menumpuk mengakibatkan
beberapa dampak terutam lingkungan yang asri pada awalnya menjadi kotor tidak
nyaman dilihat mata, kumuh, tercemar bau sampah, dan juga pencemaran pada air
dan tanah bisa saja terjadi. Padahal kita ketahui sampah berupa plastik, kaleng
sulit diuraikan dan membutuhkan jangka waktu yang lama ratusan bahkan jutaan
tahun untuk dapat terurai.Gambar 01. Sampah di jalur pendakian |
Orang-orang berbondong mengunjungi
ke gunung seakan ingin menunjukkan eksistensi semata mampu mencapai puncak.
Tanpa mereka sadari keberadaanya baik secara langsung ataupun tidak menimbulkan
sampah.
Namun tentu saja tak semua orang yang ke gunung seperti
dikatakan tersebut. Ada dari mereka yang datang ke gunung membawa turun kembali
sampahnya. Rasa cinta terhadap alam pada diri mereka masih ada bukan sekedar
menikmati, karena pecinta berbeda dengan “ penikmat ” . Orang-orang yang benar
mencintai alam akan tahu kode etik yang harus mereka jaga. Adapun juga
komunitas tertentu yang dengan rela memberikan upaya dari apa yang mereka bisa
lakukan mengurangi sampah gunung dapat saya ambil contoh Trashbag Community,
komunitas peduli sampah gunung yang sudah tersebar di beberapa regional di
Indonesia. Adpau kegiatan yang biasa
mereka lakukan setiap beberapa bulan sekali mereka bergerak bersama-sama
melakukan aksi bersih gunung, membersihkan sampah yang ada dan selalu tak
hentinya mengkampanyekan peduli sampah gunung.
Gambar 02. Aksi bersih gunung |
Harapan itu ada untuk gunung yang
bebas dari sampah, paling tidak mengurangi terhadap sampah yang ada walaupun
mungkin sulit juga. Kebijakan mengenai sampah di gunung pun sudah ditetapkan oleh
pengelola gunung maupun Taman Nasional yang berkaitan. Sanksi berupa pembayaran
denda bagi yang tidak membawa sampahnya
turun kembali misalnya. Namun kebijakan tersebut tidak bisa secara langsung
mengurangi sampah yang ada tanpa diimbangi kesadaran tiap-tiap individu. Dimulai
dari dari sendiri dan lingkungan sekitar kita. Seorang yang mencintai alam
paham betul prinsip “ Leave No Trace “ , tidak meninggalkan sesuatu kecuali
jejak, tidak membunuh apapun kecuali waktu, tidak mengambil apapun kecuali
foto. Setidaknya jika tidak bisa menjadi pecinta yang baik, cukuplah menjadi “
penikmat “ yang bijak. Jaga gunung kita tetap hijau dan bersih, gunung bukan
tempat sampah bukan tempat orang-orang “
sampah “ yang maunya nyampah. Salam angkut.
Gambar 03. Komunitas Peduli Sampah Gunung |
MINDMAP
Gambar 04. Mind Map |
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.