.

Jumat, 11 Maret 2016

Masih Jaman "Nyampah " di Gunung ??


Gunung, ya, apa  yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “ gunung “. Indah, sejuk, asri, alami dan masih banyak tentunya kata yang dapat mengekspresikan objek yang satu ini. Terlepas dari itu semua
sebuah kata yang dapat mewakili dibalik kemegahan dan keindahan saat kita berkunjung ke gunung. Tak bisa kita pungkiri adanya “ sampah ”. Memang semua tempat tak bisa lepas dengan adanya hal tersebut, baik sampah organik maupun anorganik. Sampah organik dapat berupa sampah yang kulit sisa sayuran, buah-buahan, dedaunan, dll. Adapun sampah anorganik dapat berupa plastik plastik, kaleng bekas, sandal bekas, kertas dan masih banyak lainnya. Sampah bungkus-bungkus permen, bungkus biscuit/wafer, hingga botol minum plastik sekali pakai sering pula kita lihat di jalur pendakian dan sampai ke sudut-sudut jalur pendakian gunung. Sampah tersebut biasanya berasal dari orang yang berkunjung ke gunung, pendaki gunung itu sendiri tanpa membawa turun kembali sampahnya dari atas gunung ke bawah tempat basecamp tempat pengumpulan sampah yang disediakan. Kuranhnya rasa empati dan peduli membuat mereka seakan “ nyampah “ menjadi hal biasa, “ Ah ngapain capek-capek bawa sampah kotor bau, nanti ada juga yang mungutin toh kita sudah bayar tiket masuk kawasan” begitu kata mereka yang tidak menghargai alam semacam pandangan hal yang bodoh mengenai sampah yang ada di gunung. Sampah yang ada di gunung sangat berbahaya bagi kelangsungan ekosistem yang ada di gunung, flora dan fauna. Sampah yang menumpuk mengakibatkan beberapa dampak terutam lingkungan yang asri pada awalnya menjadi kotor tidak nyaman dilihat mata, kumuh, tercemar bau sampah, dan juga pencemaran pada air dan tanah bisa saja terjadi. Padahal kita ketahui sampah berupa plastik, kaleng sulit diuraikan dan membutuhkan jangka waktu yang lama ratusan bahkan jutaan tahun untuk dapat terurai.
Gambar 01. Sampah di jalur pendakian
Orang-orang berbondong mengunjungi ke gunung seakan ingin menunjukkan eksistensi semata mampu mencapai puncak. Tanpa mereka sadari keberadaanya baik secara langsung ataupun tidak menimbulkan sampah.
Namun tentu saja tak semua orang yang ke gunung seperti dikatakan tersebut. Ada dari mereka yang datang ke gunung membawa turun kembali sampahnya. Rasa cinta terhadap alam pada diri mereka masih ada bukan sekedar menikmati, karena pecinta berbeda dengan “ penikmat ” . Orang-orang yang benar mencintai alam akan tahu kode etik yang harus mereka jaga. Adapun juga komunitas tertentu yang dengan rela memberikan upaya dari apa yang mereka bisa lakukan mengurangi sampah gunung dapat saya ambil contoh Trashbag Community, komunitas peduli sampah gunung yang sudah tersebar di beberapa regional di Indonesia. Adpau kegiatan  yang biasa mereka lakukan setiap beberapa bulan sekali mereka bergerak bersama-sama melakukan aksi bersih gunung, membersihkan sampah yang ada dan selalu tak hentinya mengkampanyekan peduli sampah gunung.
Gambar 02. Aksi bersih gunung

Harapan itu ada untuk gunung yang bebas dari sampah, paling tidak mengurangi terhadap sampah yang ada walaupun mungkin sulit juga. Kebijakan mengenai sampah di gunung pun sudah ditetapkan oleh pengelola gunung maupun Taman Nasional yang berkaitan. Sanksi berupa pembayaran denda bagi  yang tidak membawa sampahnya turun kembali misalnya. Namun kebijakan tersebut tidak bisa secara langsung mengurangi sampah yang ada tanpa diimbangi kesadaran tiap-tiap individu. Dimulai dari dari sendiri dan lingkungan sekitar kita. Seorang yang mencintai alam paham betul prinsip “ Leave No Trace “ , tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak, tidak membunuh apapun kecuali waktu, tidak mengambil apapun kecuali foto. Setidaknya jika tidak bisa menjadi pecinta yang baik, cukuplah menjadi “ penikmat “ yang bijak. Jaga gunung kita tetap hijau dan bersih, gunung bukan tempat  sampah bukan tempat orang-orang “ sampah “ yang maunya nyampah. Salam angkut.
Gambar 03. Komunitas Peduli Sampah Gunung




MINDMAP

Gambar 04. Mind Map

Referensi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.