Penulis : Sitnah Aisyah Marasabessy
ISBN : 978-602-262-488-2
Penerbit : GRAHA ILMU
Halaman : XIV+148
Judul Buku :
Penjadwalan Produksi Baja Slab
Secara umum, industri baja menghasilkan dua bentuk produk setengah jadi, yaitu slab dan billet. Proses produksi slab terdiri atas proses peleburan (steelmaking), pencetakan (casting), pemotongan, penyimpanan sementara (piling), pemanasan ulang (reheating), pengerolan (rolling), dan penyelesaian akhir (finishing). Peleburan, pencetakan, dan pemotongan dilakukan di Continuous Caster (CC). Penyimpanan sementara slab dilakukan di Slab Yard (SY), pemanasan ulang di Reheat Furnace (RF), serta proses pengerolan dan penyelesaian akhir dilakukan dalam Hot Strip Mill (HSM). Sistem produksi slab mesti mempertimbangkan adanya production push yang mengharuskan pencetakan semua baja cair menjadi slab, sebab baja cair tidak dapat disimpan, dan production pull yaitu kualifikasi produk akhir di HSM harus sesuai dengan permintaan konsumen. Jumlah produksi slab di CC sangat ditentukan oleh status persediaan di SY, serta permintaan dari RF dan HSM. Persediaan di SY harus memenuhi persyaratan produksi yang dibutuhkan oleh RF dan HSM. RF memproses slab berdasarkan kualifikasi yang ditentukan oleh HSM. Meski antarsatu proses dengan proses lain saling berhubungan, namun masing-masing memiliki fungsi, tujuan dan pembatas yang berbeda. Operasi pada setiap mesin dilaksanakan untuk mencapai fungsi tujuan dari masing-masing mesin, dan seringkali fungsi-fungsi tujuan tersebut saling bertentangan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan sinkronisasi penjadwalan produksi untuk menghasilkan sequencing dan batching yang memaksimalkan utilisasi di setiap tahap, memaksimalkan fungsi tujuan terintegrasi di keempat tahap, sekaligus meminimalkan konflik tujuan antara keempat tahap tersebut.
Kelebihan buku ini mengembangkan model penjadwalan terintegrasi pada CC, SY, RF, dan RM dengan meminimalisir penalty total. Buku ini menggunakan dasar-dasar model penjadwalan CC, SY, RF, dan RM yang telah dikembangkan oleh berbagai riset sebelumnya. Model-model tersebut masih melaksanakan penjadwalan produksi pada keempat tahap secara terpisah. Karena adanya beberapa kesulitan antara lain munculnya kejadian-kejadian real-time yang mengganggu operasi system dan konflik tujuan penjadwalan antara satu proses dengan proses lain, maka dibutuhkan suatu model penjadwalan produksi slab yang mengintegrasikan CC, SY, RF, dan RM serta memberikan hasil maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.