Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio
dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik
ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobic
digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material
organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua
tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan
didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam.
Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi.
Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang
seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan
asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana (Pambudi, 2008).
Komposisi Biogas
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4)
dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya
kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3)
serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai
kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil
nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon
dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang
menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan
gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila
gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk
senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida
(SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang
sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa
yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon
dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat
digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan
menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif (Pambudi,
2008).
Reaktor Biogas
Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan
diantaranya adalah reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reactor terapung (Floating
drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester
biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan jenis
reaktor balon yang banyak digunakan sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil
(Shodikin, 2011) :
1.
Reaktor kubah tetap (Fixed-dome). Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan
demikian karena reaktor ini dibuat pertama kali di China sekitar tahun 1930 an,
kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada
reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material
biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun
bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu
menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat kaerna menahan
gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap
karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang
tidak bergerak (fixed). Gas yang
dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di
bagian kubah. Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah
daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang
bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya
lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya terjadi
kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
2. Reaktor floating drum. Reaktor jenis terapung pertama
kali dikembangkan di india pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor
India. Memiliki bagian digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya
terletak pada bagian penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan
drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas
hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan
tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan dari reaktor ini
adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena
pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas
konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih
mahal. faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul
gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan
tipe kubah tetap.
3. Reaktor balon. Reaktor balon merupakan jenis
reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan
plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas.
reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan
penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material
organik terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar
dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas.
Cara Pembuatan Biogas
1. Mencampur kotoran sapi
dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung
sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur ke dalam
digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada
diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam
digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran
sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan
starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari
rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0
m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama
dihasilkan pada karena yang terbentuk adalah gas CO2, setelah itu
baru terbentuk biogas. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27%
maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang
terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan
lainnya. Mulai hari ke-14 ini sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu
terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya,
digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinyu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain
menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan,
menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting
lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak
bumi yang tidak bisa diperbaharui (Jaya, 2011).
PEMBAHASAN
Penggunaan biogas saat ini sudah cukup populer dikalangan peternak sapi.
Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif memang sangat efektif dan efisien
dalam segi biaya dan pemanfaatan energi alam. Namun beberapa model tabung
digester memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membuatnya. Dalam pembuatannya
saat ini banyak yang tetap jadi setelah kotoran sapi terurai secara penuh dan
sudah tidak menghasilkan biogas lagi maka untuk mengganti dengan kotoran sapi
yang baru harus menggali dan memindahkan kotoran sapi yang lama dan hal ini
sangat membutuhkan waktu dan energi. Maka diperlukan digester khusus agar saat
penggantian kotoran sapi tidak begitu
susah.
Model tabung digester yang
ditanam di bawah tanah atau mirip dengan sapiteng tersebut jika kotoran sapi
sudah penuh dan sudah terdegradasi maka jika mengeluarkannya dan untuk
mengganti yang baru maka harus mengeluarkanya secara manual. Hal ini akan
membutuhkan energi dan waktu yang cukup banyak selain itu proses penguraian
selanjutnya akan memerlukan waktu juga (masa adaptasi bakteri).
Perombakan bakteri yang
terdapat dalam digester menghasilkan gas metana yang digunakan untuk keperluan
dan kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai penerangan (listrik) dan penerapan
energi panas (melalui pembakaran). Penerapan biogas ini tepatnya digunakan pada
daerah – daerah yang terpencil dan jauh dari pusat kota sehingga mampu
memanfaatkan hasil limbah menjadi barang yang berguna. Sedangkan hasil sisa
perombakan kotoran sapi yang berupa padatan namun masih kaya akan sumber
nitrogen digunakan menjadi pupuk pada tanaman. Pupuk tersebut dapat diterapkan
di perkebunan masyarakat sekitar ataupun untuk tanaman yang akan digunakan
sebagai pakan ternak.
Proses pembuatan biogas dalam
digester menerapkan sistem continous
feeding dimana input yang berupa kotoran sapi selalu ditambahkan sebagai feeding dan hasil dari proses perombakan
berupa pupuk akan dikeluarkan dari digester. Proses penambahan kotoran sapid an
pengeluaran hasil dari perombakan bakteri tersebut berlangsung secara
berkelanjutan. Hal ini akan mempercepat
proses perombakan dan sehingga tidak memakan waktu yang lama dalam pembuatannya
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan biogas sebagai energi alternatif
sangatlah menjanjikan karena energi yang ada saat ini semakin menipis dan
didalam pasar harga gas terus merangkak naik. Model tabung digester kultur
kontinyu sangat bagus untuk diterapkan namum dalam hal ini cukup membutuhkan
biaya untuk membuat instalasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Jaya, Putra.2011. Membuat Biogas Dari Kotoran Ternak. http://dekfendy.blog.uns.ac.id/2009/12/15/membuat-biogas-dari-kotoran-ternak.
Diakses pada tanggal 27 Maret 2012. Pukul 20.20
Pambudi, N.Agung.2008.
Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. http://kfcngalah.wordpress.com/2009/03/28/pemanfaatan-biogas-sebagai-energi-alternatif. Diakses pada tanggal 27
Maret 2012. Pukul 20.15.
Shodikin, Ali. 2011.
Memanfaatkan Limbah Menjadi Energi Biogas.
http://aliandr4.blogspot.com/2011/10/memanfaatkan-limbah-menjadi-energi.html.
Diakses pada tanggal 27 Maret 2012. Pukul 20.05.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.