.

Kamis, 22 September 2016

logistik dan manajemen rantai pasok



Oleh : Fera Fitria

Manajemen Logistik dan Rantai Pasok Saat ini jasa logistik tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan (in-house logistics) tetapi juga oleh jasa logistik pihak ketiga (out-source logistics). Banyak hal yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk menggunakan in-house logistics atau out-source logistics (Cooke, 1998; Budiman, 2012).
Pengelolaan logistik merupakan salah satu elemen dalam pengelolaan rantai pasok. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan jasa transportasi dan logistik tidak serta merta menjadi bagian dari rantai pasok yang terkelola, jika perusahaan logistik ini tidak membina kerjasama dengan aktor-aktor di rantai pasok tersebut, atau hanya bekerja berdasarkan pesanan yang diterima sewaktu-waktu. Resikonya adalah perusahaan terkadang tidak siap dengan jenis logistik yang dibutuhkan pelanggan, oleh karena itu diperlukan manajer logistik. Menurut Lambert, Garcia-Dastugue and Croxton (2008) manajer logistik itu berkontribusi dan mendapat manfaat ketika mengelola lintas fungsi diantaranya mengelola hubungan dengan pelanggan, pemasok, mengelola permintaan, mengelola jasa pelanggan, memenuhi order, komersialisasi produk dan fungsi lainnya. Proses pembentukan rantai pasok dan pengelolaannya dapat dipandang sebagai sebuah transformasi organisasi dari sistem konvensional kepada sistem baru. Banyak hasil penelitian yang memanfaatkan kajian terhadap rantai pasok yang berhasil daripada yang gagal.

Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan:
1.      Tujuan dari SCM adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Salah satu dampak yang kerapkali terjadi adalah “Bullwhip effect”. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dalam pertukaran informasi antara toko retail, distributor dan perusahaan. Di satu sisi ketika manajer toko retail melihat peningkatan permintaaan dari konsumen sejumlah 100 unit maka peningkatan 100 unit ini akan ditangkap distributor sejumlah 500 unit dan perusahaan akan menangkap perningkatan permintaan tersebut sebesar 2500 unit. Kalau diperhatikan, informasi jumlah 100 itu dapat sampai ke pihak perusahaan bagaikan bola salju yang menggelunding dari atas ke bawah yang semakin lama semakin besar. Dan hal ini akan menjadi lebih kacau lagi kalau pemenuhan kebutuhan itu ditangkap pada waktu yang sudah berjalan cukup lama.
2.      SCM mempunyai dampak terhadap pengendalian biaya.
3.      SCM mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada customer. 
Supply Chain Management antara lain meliputi penetapan:
1.      Pengangkutan.
2.      pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
3.      supplier
4.      distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti bank
5.      Hutang maupun piutang
6.      Pergudangan
7.      Pemenuhan pesanan
Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.

PERKEMBANGAN SCM
 Yang melatar belakangi berkembangnya konsep SCM adalah akselerasi perubahan lingkungan bisnis disebabkan berkembangnya secara cepat faktorfaktor penting, antara lain: a. Tuntutan konsumen yang semakin kritis. b. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi, dan perbankan yang semakin canggih memungkinkan berkembangnya model baru dalam aliran material / produk. c. Daur hidup produk sangat pendek seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar. d. Kesadaran konsumen akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan dalam kehidupan, menuntut industri manufaktur memasukkan konsep-konsep ramah lingkungan mulai dari proses perancangan produk, proses produksi maupun proses distribusinya
Supply Chain mencakup 3 bagian :
1.       Upstream Supply Chain Bagian ini mencakup supplier first-tier dari organisasi (dapat berupa perusahaan manufaktur atau asembling) dan suppliernya, yang didalamnya telah terbina suatu hubungan/relasi.
2.       Internal Supply Chain Bagian ini mencakup semua proses yang digunakan oleh organisasi dalam mengubah input yang dikirim oleh supplier menjadi output, mulai dari waktu material tersebut masuk pada perusahaan sampai pada produk tersebut didistribusikan, diluar perusahaan tersebut.
3.       Downstream Supply Chain Bagian ini mencakup semua proses yang terlibat dalam pengiriman produk pada customer akhir.

Persyaratan Penerapan Supply Chain Management
Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata rantai, Supply Chain Management menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan material, tetapi juga informasi. Syarat utama dari penerapan Supply Chain Management tentunya dukungan manajemen. Manajemen semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian. Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yang ‘bermain’ dalam pasar yang monopoli tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga yang perlu dilakukan untuk kondisi ini adalah membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan. Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu : keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002) :
1.       Keadaan umum pemasok - Ukuran atau kapasitas produksi - Kondisi financial - Kondisi operasional - Fasilitas riset dan desain - Lokasi geografis - Hubungan dagang antar industri
2.       Keadaan pelayanan - Waktu penyerahan material - Kondisi kedatangan material - Kuantitas pemesanan yang ditolak - Penanganan keluhan dari pembeli - Bantuan teknik yang diberikan - Informasi harga yang diberikan
3.       Keadaan material - Kualitas material - Keseragaman material - Jaminan dari pemasok - Keadaan pengepakan (pembungkusan)

Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya kualitas produk.

SIMPULAN
Secara umum manfaat Supply Chain Management bagi perusahaan adalah: pertama, Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Kedua, Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Untuk dapat menerapkan Supply Chain Management secara efektif, perusahaan harus mampu menyediakan dan mengelola database terkait yang memadai (lengkap dan akurat) serta membangun partnership dengan supplier maupun distributor yang terpilih. Pada akhirnya Supply Chain Management secara menyeluruh dapat menciptakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran material baik di dalam maupun di luar perusahaan.

Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 1 Januari 2014, h.25 – 34 ISSN: 1412-3339  

Widyrto, Agus. 2012. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 16, Nomor 2, Desember ,hlm. 91-98 http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/download/1362/918

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.