.

Jumat, 23 September 2016

Supply Chain Analysis and Design


Indri Parwati , Prima Andrianto
Jurusan Teknik Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No.28 Komp.Balapan, Yogyakarta 55222
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 47-52

Abstrak :


Salah satu kendala yang masih sering dijumpai dalam sistem distribusi produk adalah adanya fenomena Bullwhip Effect yaitu adanya simpangan yang jauh antara persediaan yang ada dengan permintaan. Hal ini disebabkan kesalahan interpertasi data permintaan dan sistem informasi yang kurang terintegrasi di tiap rantai distribusi. Hal itu juga yang dialami oleh PT. Mondrian yang memproduksi produk pakaian jadi. Untuk melakukan perbaikan digunakan pendekatan Supply Chain Management (SCM), dimana didalamnya tidak hanya membahas tentang distribusi produk saja, tetapi juga mengenai persediaan dan sistem informasi yang penerapan SCM. Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisis Bullwhip Effect dan memenimalisasi total biaya persediaan dengan metode Continous Review. Hasil perhitungan nilai variabilitas menunjukan terjadinya bullwhip effect hampir disemua produk yang dikrimkan ke retailer-retailer. Kecuali pada produk sekido untuk retailer Sri Ratu Peterongan Semarang , produk sekido untuk retailer Sri Ratu Pemuda Semarang dan produk begaya untuk retailer Mirota Kampus Yogyakarta. Karena masing-masing Retailer tersebut memiliki nilai variansi permintaan sebesar 1,28; 1,65; 1,45; yang berarti lebih besar dari nilai perbandingan antara fungsi periode dan lead time sebesar 1,18. Dari hasil pengolahan data inventory dengan metode sistem Q, diperoleh iterasi terbaik pada iterasi 1 untuk produk Dadung dengan total biaya persediaan Rp. 39.638.737,53. Sedangkan untuk produk Begaya iterasi terbaik pada iterasi 3 dengan total biaya persediaan Rp. 27.924.118,81 dan untuk produk Sekido iterasi terbaik pada iterasi 2 dengan total
biaya persediaan sebesar Rp. 52.328.084,57.



Kata kunci : 

SCM, Bullwhip efek, efektivitas

Pendahuluan :

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah paradigma tentang logistik, peraturan inventory dan transportasi menjadi suatu proses peningkatan nilai tambah dari barang dan jasa.Di luar sistem manufaktur, Inventory dalam bentuk barang jadi (finished goods) akan bergerak dari gudang pabrik menuju konsumen melalui serangkaian saluran dan fasilitas distribusi. Fungsi dari sistem supply chain adalah menyediakan produk dan jasa yang tepat, pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dan pada kondisi yang diinginkan dengan tetap memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan.Kekurangan informasi bias
menimbulkan kekacauan di rantai supply. Mulai dari supplier, manufacturer, distributors, Wholesaler, retailer dan sudah barang tentu konsumen yang akan menanggung akibatnya dalam bentuk biaya tinggi ataupun tidak
tersedianya barang. Bullwhip Efeect diartikan secara sederhana adalah suatu fenomena dimana suatu lonjakan kecil di level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh dari konsumen.
Supply Chain Management adalah pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi.


Besarnya Bullwhip Effect yang terjadi antara lain disebabkan oleh :


A. Demand Forecast Updating
Tingkat akurasi peramalan biasanya meningkat semakin mendekati periode yang diramalkan karena informasi seperti order pelanggan, situasi pasar, dan sebaginya menjadi semakin jelas. Untuk mengakomodasi informasi terbaru ke dalam ramalan, perusahaan melakukan pembaharuan (updating) terhadap ramalan tersebut. Updating inilah yang menyebabkan peninglatan variabilitas yang kemudian mendorong terkadinya bullwhip effect

B. Fluktuasi Harga
Fluktuasi harga khususnya terjadi pada saat ritaler memberikan diskon harga pada konsumen. Sebagai responnya retailer melakukan Forward Buying, respon inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume penjualan bahkan melebihi prediksi pusat ditribusi.

C. Rationing & Shortage Gaming
Jika permintaan melebihi persediaan yang ada, maka perusahaan melakukan rationing, yakni hanya memenuhi seratus persen permintaan namun hanya sekian persen dari besarnya permintaan sebenarnya

KESIMPULAN :

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukan terjadinya Bullwhip Effect hampir disemua produk yang dikrimkan ke retailer - retailer, kecuali pada produk sekido untuk retailer Sri Ratu Peterongan Semarang, produk retailer Sri Ratu Pemuda Semarang dan produk begaya untuk retailer Mirota Kampus Yogyakarta. Berdasarkan pengendalian inventory dengan sistem Q, diproleh iterasi terbaik pada iterasi 1
untuk produk Dadung dengan total biaya persediaan Rp. 39.638.737,53. Sedangkan untuk produk Begaya iterasi terbaik pada iterasi 3 dengan total biaya persediaan Rp. 27.924.118,81 dan untuk produk Sekido iterasi terbaik pada iterasi 2 dengan total biaya persediaan sebasar Rp. 52.328.084,57.

SARAN :

Perlunya membangun sistem informasi yang transparan, akurat, dan terintegrasi mengenai hal-hal yang
menyangkut permintan dan persediaan produk (Accurate Pull Data), yang dapat dilakukan melalui sharing : EPOS (Electronic Point Of Sales), sehingga setiap rantai dapat menjadwalkan secara efektif dan CAO
(Computer Assisted Ordering), dengan ini pihak supply chain dapat mengetahui secara pasti besarnya permintaan, jumlah penjualan dan jumlah produk yang tersedia. Untuk mengatasi penyebab Bullwhip
Effect di atas, Perusahaan dapat melakukan beberapa solusi, antara lain :

A. Melakukan manajemen permintaan (Demand Management/forecasting) dengan memperbaiki teknik-teknik peramalan agar mendapatkan hasil peramalan permintaan yang lebih akurat.

B. Menjalin komunikasi yang kontinyu antara seluruh pemain pada supply chain, terutama menyangkut pembagian informasi (Information Sharing) permintaan ke seluruh pemain supply chain.

C. Melaksanakan stabilitas harga, artinya kalaupun promosi atau penurunan harga (diskon) dilakukan, semua pihak pada supply chain harusmengetahui program tersebut dengan baik sehingga tidak keliru dalam meramalkan permintaan yang sesungguhnya.

 Daftar Pustaka :

Naylor, John. 2002. Introduction to Operations Management: Financial Times Prentice Hall

Pujawan, I nyoman, Supply chain management, Edisi Pertama, Guna Widya, Jakarta.

Wahono, P. S., 2005, Tugas Akhir, Analisis Kuantitatif Bullwhip Effect Dengan Konsep Supply Chain Management Untuk Meningkatkan Performansi Sistem Distribusi Produk Di PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Yogyakarta, Intitut Sains & Teknologi Yogyakarta.

Bahagia, S. N., 2003, Sistem Inventory, Lab ITB, Bandung.

Indrajit, R.E, dan Djokopranoto, 2002, Konsep manajemen supply chain, Gramedia, Jakarta. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.