Oleh : Jessica Siahaan
Di masa depan, para nelayan tak perlu lagi pergi jauh-jauh ke laut.
Dengan sistem remote control mereka akan bisa duduk santai di rumah
sambil minum kopi dan mengendalikan kapal atau perahunya untuk menangkap ikan
yang banyak.
Kapal-kapal akan lebih sederhana karena tidak perlu fasilitas yang
rumit atau sistem kendali manual oleh awak kapal. Semua sistem kendali dan
navigasi akan dikendalikan secara remote.
Dengan teknologi seperti ini Indonesia nantinya tidak akan lagi
kecolongan terus seperti yang terjadi sekarang ketika kapal-kapal nelayan asing
masuk ke perairan kita untuk mencuri ikan.
Oskar Levander, Wakil Presiden Rolls-Royce untuk bidang inovasi dan
teknologi, mengatakan bahwa “sekarang saatnya untuk mempertimbangkan jalan
menuju kapal tanpa awak dari berbagai jenis. Dengan teknologi yang tersedia,
saatnya untuk memindahkan operasi ke darat. Mana yang lebih baik membiarkan 20
anak buah kapal (ABK) berlayar di tengah tiupan angin yang sangat kencang di
Laut Utara, atau sebutlah cukup lima orang saja yang bekerja di darat?’’
katanya menunjukkan betapa sederhananya pekerjaan di darat, dimana cukup lima
orang yang mengendalikan kapal dari jarak jauh.
Demikian pula teknologi kapal tanpa awak yang semakin berkembang di
Indonesia melalui Yulian Paonganan alias Ongen yang tengah mempersiapkan kapal
tanpa awak (Unmanned Surface Vehicle/USV). Kapal yang mengusung teknologi
canggih ini dibangun untuk pertahanan Indonesia.
Menurut Ongen, yang mengatakan "saya kira ini cocok untuk Indonesia yang luas wilayah terbesarnya adalah laut. Kapal tanpa awak ini nantinya akan digunakan sebagai alat patroli di wilayah perbatasan laut”.
Menurut Ongen, yang mengatakan "saya kira ini cocok untuk Indonesia yang luas wilayah terbesarnya adalah laut. Kapal tanpa awak ini nantinya akan digunakan sebagai alat patroli di wilayah perbatasan laut”.
Kapal tanpa awak (USV) tersebut sedang dirancang Ongen dengan
kemampuan surveillance berlayar nonstop hingga 20 jam dengan kecepatan sekitar
15 knot dan daya jelajah mencapai 1.000 km.
Menurut kutipan dari Ketua AMV UI, Zulfah Zikrina yang memperlombakan
karya inovatif mereka berupa teknologi kapal tanpa awak bernama Makara-05
(drone permukaan laut) dan Makara-06 (drone bawah laut), mengatakan bahwa ”keunggulan
kapal Makara-05 dan Makara-06 ada pada manuverability (kemampuan
bermanuver) dan kecepatan kapal serta kemampuan merekam gambar, video serta
deteksi bentuk di permukaan maupun bawah laut”.
Dengan kemampuan tersebut, ke depannya, Makara-05 dan Makara-06 dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti kerja manusia di permukaan maupun dalam laut
guna menunjang aktivitas di bidang seperti keamanan, penelitian bawah laut,
serta penanganan bencana sehingga bermanfaat untuk negeri.
Kapal selam nirawak hasil kerja sama antara PT Hidrolab Naval Indonesia
dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, bernama Yellow Juku.
Petugas Sistem Kontrol Juku PT Hidrolab Naval Indonesia Priyo Sasoko
mengatakan, nama ‘Juku’ diambil dari bahasa Makassar yang berarti ikan.
Dinamakan seperti itu karena alat ini dirancang untuk memperoleh data-data yang
ada di dalam laut, bisa data tentang populasi ikan di suatu perairan untuk
mengetahui jika ada illegal fishing, dan lain-lain”.
Kapal selam ini bisa menyelam hingga kedalaman maksimal satu kilometer di bawah laut.
“Prinsipnya, Yellow Juku ini mengambil air, sehingga bisa menyelam. Yellow Juku mengeluarkan kembali air tersebut, sehingga bisa kembali ke permukaan. Selama berjalan, Yellow Juku, selalu memasukkan dan mengeluarkan air, sehingga pergerakannya seperti glider (peluncur) yang turun naik ke permukaan laut,” ujar Priyo.
Yellow Juku dilengkapi dengan baterai yang mampu bertahan hingga satu tahun di bawah permukaan laut. Kapal ini dilengkapi artificial inteligent atau kecerdasan buatan yang membuat Yellow Juku mampu bermanuver ke laut lepas untuk melakukan pengawasan di permukaan laut.
Kapal yang dikendalikan dari jarak jauh (menggunakan remote) seperti contoh-contoh di atas akan amat berbeda dengan yang saat ini karena tidak memerlukan fasilitas dan sistem untuk para awak kapal, sehingga teknologi di bidang transportasi seperti ini akan terus mengalami perkembangan.
Kapal selam ini bisa menyelam hingga kedalaman maksimal satu kilometer di bawah laut.
“Prinsipnya, Yellow Juku ini mengambil air, sehingga bisa menyelam. Yellow Juku mengeluarkan kembali air tersebut, sehingga bisa kembali ke permukaan. Selama berjalan, Yellow Juku, selalu memasukkan dan mengeluarkan air, sehingga pergerakannya seperti glider (peluncur) yang turun naik ke permukaan laut,” ujar Priyo.
Yellow Juku dilengkapi dengan baterai yang mampu bertahan hingga satu tahun di bawah permukaan laut. Kapal ini dilengkapi artificial inteligent atau kecerdasan buatan yang membuat Yellow Juku mampu bermanuver ke laut lepas untuk melakukan pengawasan di permukaan laut.
Kapal yang dikendalikan dari jarak jauh (menggunakan remote) seperti contoh-contoh di atas akan amat berbeda dengan yang saat ini karena tidak memerlukan fasilitas dan sistem untuk para awak kapal, sehingga teknologi di bidang transportasi seperti ini akan terus mengalami perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim. 2017. Rolls-Royce Akan Luncurkan Kapal Tanpa Awak. http://marubain.com/i-tech/laporan_utama/home2/kapal_tanpa_awak.html
(diakses 24 Maret 2017)
Dani Mohamad Dahwilani. 2016. Sukses Ciptakan Drone, Ongen
Rancang Kapal Laut Tanpa Awak. https://autotekno.sindonews.com/read/1105667/124/sukses-ciptakan-drone-ongen-rancang-kapal-laut-tanpa-awak-1462189289
(diakses 24 Maret 2017)
Marieska Harya Virdhani. 2016. Kapal Tanpa Awak Karya
Mahasiswa UI Masuk Lima Besar Dunia. https://nasional.sindonews.com/read/1123227/15/kapal-tanpa-awak-karya-mahasiswa-ui-masuk-lima-besar-dunia-1468419125
(diakses 24 Maret 2017)
Anonim. 2017. Juku, Kapal Selam Tanpa Awak Buatan Indonesia.
http://www.indonesiamilitary.com/2016/08/juku-kapal-selam-tanpa-awak-buatan.html
(diakses 24 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.