Nanosains adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam
skala nanometer (1 nm = 1/1,000,000,000 m). Menurut pendapat T. Kawai (dalam Rochman
Nurul Taufiqu, 2008), ”nanoteknologi merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menyusun satu persatu atom atau molekul, sehingga tercipta dunia baru”.
Nanoteknologi memang belum terlalu
popular di masyarakat umum. Pemahaman nanoteknologi di Indonesia sendiri, masih
belum begitu luas, hanya segilintir orang yang benar-benar memahami tentang
nanteknologi ini. Ratno mengatakan
(dalam Nanoteknologi: Riset Masa Lalu,
Sekarang, dan Akan Datang, 2016), “Pengembangan berbasis bahan baku local akan
melahirkan produk-produk nano buatan dalam negeri pula. Dengan demikian
kemandirian daya saing industry akan semakin meningkat dan kesejahteraan
rakyatpun tercapai”.
Pemanfaatan nanoteknologi pada baju
diantaranya untuk menguraikan noda makanan dan minuman, memungkinkan baju ini
membersihkan sendiri tanpa harus dicuci, walaupun masih dalam penelitian, jadi
masih belum dipastikan baju ini tidak perlu dicuci karena terkena noda. “Dibidang
biologi bisa dikembangkan tekstil anti bakteri, karena salah satu masalah besar
di dunia ini adalah adanya bakteri yang dikenal dengan superbugs, sudah sekali
mematikan mereka”, kata Ramanathan (dalam Ilmuwan Australia Buat Baju yang Tak
Perlu Dicuci, 2016)
Di Indonesia sendiri baju
nanoteknologi ini, sudah mulai diteliti dan dikembangkan juga. Rochman Nurul
Taufiqu mengatakan (dalam Saatnya Tak Perlu Cuci Baju, 2008), “Tekstil
berkarakter nano merupakan bahan pakaian yang unggul dan mulai dikembangkan di
dunia, demikian oula keramik berkarakter nano (nanokeramik) yang lebih baik
penampilannya dan tidak bisa kotor”.
Akan tetapi, dibalik semua
keuntungan nanoteknologi ini ada ketakutan yang bisa muncul suatu saat, bahaya
dari partikel-partikael nano ini jika masuk ke dalam tubuh manusia bisa memicu
kanker. Menurut Packaroff (dalam Keunggulan dan Bahaya Teknologi Nano, 2011),
“Tidak semua serat memicu kanker. Akan tetapi kita harus mengamati unsur
berbentuk serat, dan biasanya hanya ujicoba yang dapat membantu menegaskan,
apakah seratnya dapat memicu kanker. Pada pipa-nano karbon terdapat perbedaan
amat mencolok”.
Daftar Pustaka
Rochman
Nurul Taufiqu. 2008. “Peluang dan
Strategi Pengembangan Nanoteknologi di Indonesia”. Jurnal
Riset Industri Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset Industri, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=331037&val=7744&title=PELUANG%20DAN%20STRATEGI%20PENGEMBANGAN%20NANOTEKNOLOGI%20DI%20INDONESIA,
di unduh pada tanggal 23 Januari 2017.
Anonim.
(2008 13 September). Saatnya Tak Perlu Cuci Baju. Forum Sains. [Online].
Tersedia: http://www.forumsains.com/ilmu-dan-teknologi-nano/saatnya-tak-perlu-cuci-baju/.
[23 Maret 2017].
Brown
Rachel. (2016). Ilmuwan Australia Buat Baju yang Tak Perlu Dicuci. [Online].
Tersedia: http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/ilmuwan-australia-kembangkan-baju-yang-tak-perlu-dicuci/7385110,
[4 Mei 2014].
Anonim.
(2016). Nanoteknologi: Riset Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang. [Online].
Tersedia: http://www.bppt.go.id/layanan-informasi-publik/2648-nanoteknologi-riset-masa-lalu-sekarang-dan-akan-datang,
[8 Juni 2016].
Gollmer
Anggatira (2017). Keunggulan dan Bahay Nano Teknologi. [Online]. Tersedia: http://www.dw.com/id/keunggulan-dan-bahaya-teknologi-nano/a-15272273.
[23 Maret 2017].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.