.

Sabtu, 24 September 2016

PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI PENYULINGAN MINYAK DAUN NILAM DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SIX SIGMA

     Rekayasa kualitas dapat diartikan sebagai proses perbaikan kualitas secara terus menerus dalam perancangan produk dan proses. Dengan penerapan tools yang tepat, diharapkan produk yang dihasilkan juga akan sesuai dengan harapan konsumen dan spesifikasi yang telah disyaratkan perusahaan




Abstrak :
 Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri komoditi ekspor Indonesia yang potensial. Menurut ISO 3757:2002, kualitas minyak nilam dikendalikan dengan indikator kadar Patchouli Alcohol pada batas standar 27% – 35%. Namun permintaan pasar dunia mensyaratkan kadar Patchouli Alcohol minimal sebesar 31%. Pada proses penyulingan minyak nilam yang dilakukan di kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek, kadar Patchouli Alcohol dalam minyak nilam yang dihasilkan masih kurang baik dengan rata-rata sebesar 28,92%. Pendekatan six sigma dengan siklus DMAIC diterapkan untuk memperbaiki kualitas pada penyulingan minyak nilam. Dari pengukuran diperoleh kapabilitas proses sebesar 3,1 dengan level sigma sebesar 4,46. Perbaikan yang direkomendasikan meliputi rekayasa ulang peralatan untuk memisahkan tangki destilasi dengan tangki boiler dan pengaturan proses terkait volume daun nilam dan waktu kondensasi.

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Dalam dunia perdagangan internasional, komoditas minyak nilam sering disebut patchouli oil, dan merupakan salah satu produk minyak atsiri (essential oil). Negara Indonesia telah mendapatkan sebutan produsen patchouli Sumatera, karena sebagian besar tanaman nilam diusahakan oleh petani di daerah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia mampu menghasilkan minyak nilam sekitar 90% dari kebutuhan dunia. Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki permintaan cukup cerah. Penggunaan terbesar minyak nilam sebagai bahan kosmetik pengikat wangi parfum. Pasar dunia saat ini membutuhkan sebesar
1.200 - 1.400 ton minyak nilam rata-rata setahun dengan kecenderungan yang terus meningkat. Kebutuhan tersebut 80-90% dipasok Indonesia. Pada saat itu produk minyak nilam di Indonesia
lebih dikenal dengan sebutan Java-patchouli, karena mayoritas ekspor minyak tersebut melalui
pelabuhan Tanjung Priok (Rukmana, 2004).

Salah satu penghasil minyak daun nilam yang ada di Jawa Timur adalah para petani yang tersebar di kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek. Namun demikian jumlah itu belum bisa memenuhi kebutuhan ekspor minyak daun nilam. Permasalahan yang sering timbul disebabkan oleh kurangnya informasi teknologi dan belum adanya standarisasi metode kerja penyulingan minyak nilam, sehingga minyak nilam yang dihasilkan masih bermutu rendah. Pengeringan langsung di bawah sinar matahari menyebabkan sebagian minyak atsiri turut menguap dan pengeringan yang terlalu cepat menyebabkan daun rapuh dan sulit untuk disuling. Sebaliknya, jika pengeringan terlalu lambat, daun akan menjadi lembab dan muncul bau yang tidak enak, sehingga mutu minyak yang dihasilkan menurun (Kardinan, 2005).
Minyak nilam yang baik sebaiknya tidak tercampur dengan bahan lain (murni) karena bila tercampur dengan bahan lain akan mempengaruhi aroma minyaknya dan standar mutunya akan turun. Oleh karena itu, minyak nilam harus memenuhi syarat dalam perdagangan dan industri. Standar mutu minyak nilam belum ada keseragaman untuk seluruh dunia. Masing-masing negara baik eksportir maupun importir mempunyai standar mutu minyak nilam sendiri-sendiri. Standar mutu minyak nilam menurut ISO 3757:2002 yaitu kadar kandungan patchouli alcohol (selanjutnya dibaca: PA) antara 27% - 35%.


1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana upaya untuk memperbaiki kualitas hasil produksi penyulingan minyak daun nilam dengan menggunakan konsep Six Sigma ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan  Critical To Quality (CTQ) dari proses penyulingan minyak daun nilam.
2. Mencari faktor-faktor penyebab tidak maksimalnya proses penyulingan minyak daun nilam sehingga minyak yang dihasilkan bermutu rendah.
3. Melakukan rekomendasi perbaikan proses penyulingan minyak nilam.

2. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yaitu tahap yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan penyelesaian masalah yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen nyata (true experiment research) dengan tujuan untuk memperbaiki hasil dan mutu penyulingan minyak daun nilam. Penelitian ini menekankan pada penyajian data, menganalisis, dan menginterpretasikan data. Langkah-langkah  yang  diambil  dalam  penelitian  ini  yaitu  DMAI  (Define,  Measure,  Analyze,)

Kesimpulan: 

Dari hasil pengamatan serta pembahasan yang telah dilakukan terhadap proses penyulingan minyak nilam, maka upaya  untuk memperbaiki  kualitas hasil  produksi penyulingan minyak  daun nilam dengan menggunakan konsep six sigma yakni Critical To Quality (CTQ) untuk hasil penyulingan minyak nilam dalam penelitian ini yaitu prosentase kadar patchouli alcohol dengan kadar 28,92%, prosentase ini jauh dari batas atas standar mutu ISO 3757:2002 yaitu 35%.  

Dengan  menggunakan tools  diagram sebab  akibat, didapatkan  faktor-faktor yang  menyebabkan rendahnya  kadar  patchouli  alcohol  dalam  minyak  nilam.  sumber-sumber  rendahnya  kadar patchouli alcohol adalah sebagai berikut:
a. Peralatan (Tangki Destilasi, Kondensor, Pemisah Minyak dan Air) b. Manusia (Operator) c. Material (bahan baku nilam) 
d. Lingkungan (temperatur suhu ruangan serta faktor alam) 
e. Metode (teknologi penyulingan sederhana)  Rekomendasi perbaikan proses penyulingan minyak nilam dari proses kritis yang telah diketahui pada tahap analisis yakni dengan melalui metode Root Cause Analysis (RCA).  

a. Solusi dari RCA terhadap faktor peralatan yaitu: • Bahan yang digunakan  untuk menyuling  (tangki destilasi)  sebaiknya dipisahkan  dengan tangki boiler (modifikasi tangki). • Atur produk yang masuk, sesuaikan dengan volume peralatan. • Waktu kondensasi diharapkan lebih lama, supaya proses pendinginan sempurna.  • Melakukan pengontrolan pada air pendingin secara berkala. 

b. Solusi dari RCA terhadap faktor manusia (operator) yaitu:  • Memberikan pelatihan secara berkala tentang tata cara penyulingan dari proses penanaman bibit nilam sampai menjadi minyak nilam yang berkualitas. • Pada  setiap  kali  penyulingan  diharapkan  ada  3  operator  untuk  menghindari  faktor kelalaian. 

c. Solusi dari RCA terhadap faktor metode yaitu: • Sebaiknya  menggunakan  minyak tanah  atau elpiji  karena dapat  mengontrol temperatur tungku. • Perlu adanya SOP pada tempat penyulingan. 

d. Solusi dari RCA terhadap faktor lingkungan yaitu: Pada tungku pembakaran, diberi penutup disemua sisi agar tidak terkena hembusan angin serta diberi lubang angin sehingga sirkulasi udara masih terjaga. 

e. Solusi dari RCA terhadap faktor material yaitu: • Pada  awal  penanaman,  sebaiknya  menggunakan  tanaman  nilam  yang  memiliki  bibit unggul. • Pada waktu pemanenan, sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari agar diperoleh kandungan minyak yang tinggi. Jika pemanenan pada siang hari, minyak akan menguap bersama sinar matahari. • Proses  panen  sebaiknya  dilakukan  dengan  cara  memangkas  batang  daun  nilam.  Dan dilakukan setelah 6  bulan proses tanam, 3 bulan berikutnya dilakukan proses panen lagi dengan cara yang sama, kemudian 3 bulan berikutnya dilakukan proses panen dengan cara mencabut hingga akar daun nilam. • Waktu penjemuran dibawah sinar matahari dilakukan selama kurang lebih 4 jam. • Sebelum disuling, daun dipisahkan dari akarnya setelah itu daun dicacah.  


Sumber :

- Qualityengineering.wordpress.com/2008/06/22/rekayasa-kualitas
- Nasir Widha Setyanto, Arif Rahman Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya
- http://arifindustri.lecture.ub.ac.id/2013/11/sixsigma-01
- Daftar Pustaka Anang Hidayat, 2007, Strategi Six Sigma, Elex Media Komputindo, Jakarta.
- Ariani, Dorothea Wahyu, 2004, Pengendalian Kualitas Statistik, ANDI, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.