Bioethanol Bonggol Pisang
Berkurangnya
dan menipisnya bahan bakar fosil berlawanan dengan kebutuhan energi bagi kehidupan
manusia. Sejak lima tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan produksi
minyak nasional sedangkan pulasi penduduk bertambah, sehingga kebutuhan sarana
transportasi dan aktivitas industri juga bertambah. Oleh sebab itu sangat
diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi berulang dan ramah
lingkungan. Dan alternatif tersebut dapat menggunakan bahan dasar dari bonggol
pisang yang difermentasi dijadikan bioethanol bonggol pisang.
Menurut
Khairani (2007), Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi
menggunakan bahan baku nabati. Bioetanol diproduksi dari bahan yang mangandung
pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan
bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium
Pohon
pisang (Musa Paradisiaca) merupakan
tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Menurut Rismunandar (1990), Pisang
umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000
mdpl. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan
curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.
Menurut
Yuanita (2008), bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati,
20% air. Menurut Munadjim (1983),
bonggol pisang basah mengandung ±11% pati. Pati didapatkan melalui metode ekstraksi.
Menurut Prihandana (2007), bahan berpati yang akan digunakan sebagai bahan baku
bioetanol disarankan memiliki kadar pati tinggi, memiliki potensi hasil yang
tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Dapat disimpulkan bahwa potensi
kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
bahan bakar yaitu, bioetanol.
Berikut
proses pembuatan pati dari bonggol pisang :
1.
Bonggol
pisang dihancurkan kemudian diparut
2.
Pengepresan
dan pembuangan ampas
3.
Pati
basas dikeringkan
4.
Didapatlah
pati kering
Proses Pembuatan Bioethanol
Isolasi Pati
Bonggol
pisang dibuat kering bertujuan agar lebih awet dan menghilangkan kandungan
airnya sehingga di peroleh bonggol yang kering dan dapat disimpan sebagai
cadangan bahan baku (Anonim, 2008). Bonggol pisang yang kering digiling
kemudian ditumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Untuk mendapatkan pati yang
homogeh maka serbuk bonggol pisang yang setelah ditumbuk haruas disaring dan
diayak.
Hidrolisis Pati Menjadi Glukosa
Pada
proses ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan
proses fermentasi. Menurut Musanif (2008), prinsip hidrolisis pati adalah
pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa atau monosakarida
yaitu glukosa (C6H12O6). Pemutusan ikatan
pada pati atau karbohidrat menjadi glukosa dapat menggunakan beberapa metode di
antaranya yaitu metode kimiawi (hidrolisis asam) dan metode enzimatis
(hidrolisis enzim)
Fermentasi
Fermentasi
adalah perubahan 1 mol glukosa menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Proses
fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi
glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan oksigen
(O2).
Destilasi Bioethanol
Bioethanol
hasil dari proses fermentasi kemudian disaring, filtrat dibuang dan didapatlah
Bioethanol yang bebas dari kontaminan. Bioethanol dari proses destilasi pertama
ini mempunyai kadar 95%.
Menurut
Musanif (2008), destilasi merupakan proses pemisahan komponen berdasarkan titik
didihnya, titik didih etanol murni sebesar 78oC, sedangkan air adalah 100oC,
dengan pemanasan larutan pada suhu rentang 78 - 100oC akan mengakibatkan
sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan
etanol dengan konsentrasi 95 % volume. Bioetanol dengan konsentrasi 95 % belum
dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
Menurut
Nurdyastuti (2008), bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan harus benar-benar kering dan anhydrous supaya tidak korosif, sehingga
bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5 – 100 % volume. Jadi untuk
mendapatkan bioetanol dengan grade 99,5 – 100 % dengan cara destilasi vakum. Pada
destilasi vakum ini memerlukan bahan yang dapat menyerap kandungan air, bahan
tersebut adalah CaCO3 dan zeolit. Setelah itu didapatlah bioetanol yang lebih
murni yang dapat digunakan untuk bahan bakar.
Bioetanol
memiliki banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada komposisi
berapapun memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi yang dihasilkan
oleh bahan bakar minyak (bensin). Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 %
dengan bensin 90 % sering disebut gasohol E-10 yang memiliki angka oktan 92
dibanding dengan premium hanya 87-88. Bioetanol dikenal sebagai octan enhancer
(aditif) yang paling ramah lingkungan dibandingkan Tetra Ethyl Lead (TEL)
maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) (Anonim, 2008).
Daftar
Pustaka
Nugroho,
Triadi. 2012. Peluang Membuat Usaha Membuat Bensin dan Solar dari Bahan Nabati.
Yogyakarta. Pustaka Mahardika
Rahmi,
Fajariyah. 2015. Membuat Bahan Bakar Mesin Dari Bonggol Pisang. Dalam : http://mesinsakti.blogspot.co.id/2015/04/membuat-bahan-bakar-mesin-dari-bonggol.html
(diakses pada tanggal 8 September 2017)
Belajar
Fisika. 2012. Memanfaatkan Bonggol Pisang Sebagai Energi Alternatif Pengganti
BBM. Dalam : http://belajarfisikafisika.blogspot.co.id/2012/03/memanfaatkan-bonggol-pisang-sebagai.html
( diakses pada tanggal 9 September 2017)
Ica
Sujono. 2011. Memanfaatkan Limbah Batang Pisang Untuk Bahan Bakar. Dalam : http://rdsujono.blogspot.co.id/2011/03/memanfaatkan-limbah-batang-pisang-untuk.html
( diakses pada tanggal 9 September 2017)
Anonim.
2012. Proses Pembuatan Bioethanol dari Bonggol Pisang. Dalam : https://ikrimadotnet.wordpress.com/2012/02/17/proses-pembuatan-bioethanol-dari-bonggol-pisang/
(diakses pada tanggal 9 September 2017)
@G22-Frendy
BalasHapusJudul : kurang menarik untuk para pembaca, mohon di koreksi dan dibuat lebih bagus lagi.
Identitas tidak di cantumkan
Daftar pustaka : Masih kurang komplit dan penulisan masih ada yang salah
Terimakasih.