.

Sabtu, 14 Maret 2020

Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri


Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesiasebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri
oleh: Niko Prayoga (@J31-NIKO)

Abstrak 

            Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan).
Kata kunci: Sorgum, pangan, pakan ternak, industri, Indonesia
   Pendahuluan
            Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal.
            Menurut Gowda dan Stenhouse 1993, Rao 1993 dalam Sumarno dan Karsono 1996 bahwa prospek penggunaan biji sorgum yang terbesar adalah untuk pakan, yang mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia- Australia dan diperkirakan masih terjadi kekurangan sekitar 6,72 juta ton . Kondisi ini memberi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sorgum.
            Menurut Beti dkk (1990), dalam  Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Horti- kultura (1996) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (1996), bahwa sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial karena kandungan kar-bohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100 g bahan. Namun, menurut Rooney dan Sullines (1977) bahwa masalah utama penggunaan biji sorgum sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kandungan tanin yang cukup tinggi mencapai 0,40-3,60% sehingga sorgum juga merupakan tanaman penghasil pakan.
  

Permasalahan 

         
Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. Kemudian Biji sorgum yang mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun memiliki kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan dalam perbaikan teknologi penyosohan. Secara umum, masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut (Anonim 1996; Sudaryono 1996):
1) Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relatif rendah dibandingkan komoditas serealia lain.
2) Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih sulit dilakukan.
3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun nasional.
4) Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
5) Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
6) Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.
7) Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu,dan tempat).



Pembahasan 


Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang terus meningkat, serta untuk meningkat- kan pendapatan petani di daerah beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih. Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu, terdapat peluang yang cukup besar untuk me- ningkatkan produksi sorgum melalui perluasan areal tanam.
 


untuk menciptakan sistem agribisnis dan agroindustri sorgum, ketersediaan tek- nologi mutlak diperlukan, yang meliputi teknologi budi daya serta pascapanen/ pengolahan (Anonim 1996). Teknologi budi daya sorgum meliputi: 1) varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan kekeringan, genangan, dan ratun, rasa manis dengan rendemen gula tinggi dan kadar amilum rendah, 2) teknologi budi daya spesifik lokasi, 3) perlindungan tanaman secara terpadu, serta 4) peng- aturan saat tanam/pergiliran tanaman. Teknologi tersebut diperoleh melalui penelitian yang meliputi a) penelitian teknologi budi daya sorgum spesifik lokasi, b) penelitian terapan, dan c) penelitian terpadu dan terapan di lahan petani (on-farm research).
Program pengembangan sorgum mencakup: 1) evaluasi teknologi dan penyusunan paket teknologi, 2) penyebar- an varietas unggul, 3) pengembangan interaksi antara peneliti, penyuluh, instansi terkait, dan petani dalam proses alih teknologi, dan 4) pemantauan ber- sama antara peneliti, penyuluh, instansi terkait, pengambil kebijakan, dan petani pada penelitian di lahan petani. Dalam pengembangan sorgum untuk industri diperlukan keterkaitan antara kebijakan pemerintah, petani produsen, dan industri mulai dari penelitian (perakitan teknologi), pengembangan (alih teknologi), produksi (penyediaan sarana produksi), pelaksana- an agribisnis/agroindustri (pengumpulan, penyimpanan, pemasaran, dan peng- olahan), dan penggunaan hasil (industri makanan dan minuman, industri pakan, industri gula dan maltose, dan ekspor). Contoh model keterkaitan institusi dalam pengembangan sorgum untuk industri pakan disajikan pada Gambar 2. Se- lanjutnya menurut Sudaryono (1996), pengembangan sorgum perlu mem- perhatikan empat hal yaitu: 1) wilayah/ tipologi lahan, (areal tanaman sorgum), 2) sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), 3) ekonomi (nilai ke- unggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri).

Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill” yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah tersebut.



Kesimpulan
         Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang cukup luas. Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri.
Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill” yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan kom- paratif dan kompetitif sorgum yang relatif rendah, penerapan teknologi pascapanen yang masih sulit, biji mudah rusak dalam penyimpanan, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui empat dimensi, yaitu:1) wilayah (areal tanam sorgum), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komo- ditas lain), 3) sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak).
  
Daftar Pustaka 
1. Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian
Tanaman Pangan, Malang. 25 hlm.
2. Rooney, L.W. and R.D. Sullines. 1977. The Structure of Sorghum and Its Relation to Processing and Nutritional Value. Cereal Quality Laboratory, Texas University, USA.
3. Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan penggunaannya.
Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 13−24.
3. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996. Prospek sorgum sebagai bahan pangan dan industri pangan. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 2−5.
4. Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di propinsi kawasan
timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 6−12.


        



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.