.

Sabtu, 16 September 2017

AMPAS TEBU SEBAGAI PEMBUAT KERTAS



 AMPAS TEBU SEBAGAI PEMBUAT KERTAS







 Pendahuluan

Pemakaian kertas sekarang sangat tinggi sehingga dibatasi penggunaannya. Apabila tidak dibatasi penggunaannya maka akan terjadi kelangkaan kertas karena sumber utama kertas yaitu pohon semakin menipis. Untuk mengatasi masalah tersebut ternyata ampas tebu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pembuatan kertas.

Ampas tebu memiliki kandungan serat dan hemiselulosa yang tinggi, dimana kedua hal tersebut merupakan syarat utama dalam pembuatan kertas (Sudaryanto dkk., 2002; Witono dan Michaella, 2005; PaperOnWeb, 2010). Ada banyak penelitian yang telah dikembangkan untuk pembuatan pulp dan kertas dari ampas tebu, antara lain oleh Sudaryanto dkk. (2002) dan Antaresti dkk. (2004). Sudaryanto dkk. (2002) mempelajari proses pembuatan pulp dari ampas tebu dengan menggunakan jamur Fusarium solani dan Trichoderma viride, sedangkan Antaresti dkk. (2004) meneliti proses pembuatan pulpdari ampas tebu dengan proses organosolv menggunakan larutan pemasak asam asetat dan katalis asam sulfat.

Kertas serat campuran, atau seringkali dikenal dengan istilah kertas komposit, merupakan kertas yang terbuat dari campuran dua macam atau lebih pulp kertas dengan bahan lain, seperti polimer dan kertas bekas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai guna kertas (Julianti dan Nurminah, 2006). Metode yang digunakan dalam membuat pulppada proses pembuatan kertas serat campuran ini adalah asetosolv, yaitu proses delignifikasi dengan menggunakan asam asetat (Vazquez dkk., 1997). Metode ini merupakan metode yang ramah lingkungan karena limbah lindi hitamnya mudah didaur ulang. Selain itu, asam asetat adalah salah satu pelarut organik yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

Ampas tebu, atau disebut juga dengan bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7-2 mm dengan diameter sekitar 20 μm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan, dan lignin. (Sudaryanto dkk., 2002).
         
Proses Acetosolv

Proses acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft
(Simanjutak, 1994). Aziz dan Sarkanen (1989) menguatkan pernyataan tersebut
dengan mengatakan bahwa rendemen pulplebih tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi, dan ekonomis dalam skala yang relatif kecil.

Dalam proses pembuatan pulp dengan metode acetosolv, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, mulai dari suhu, waktu pemasakan, konsentrasi asam asetat dan juga konsentrasi katalis yang digunakan. Pada umumnya, proses pembuatan pulp dengan metode acetosolv dilakukan pada suhu 1100C selama 2-5 jam. Konsentrasi asam asetat yang digunakan sebesar 95%. Katalis yang dipakai dalam proses pulpingdengan metode acetosolvadalah asam klorida (HCl) sebanyak 0,01% (Vazquez dkk., 1997).

Binder

Binder mempunyai pengaruh yang besar pada sifat akhir kertas. Fungsi binder antara lain bertindak sebagai pembawa pigmen, pengikat partikel pigmen menjadi satu, mengikat partikel pigmen dengan kertas, memberi sifat alir yang dibutuhkan dan mengontrol absorpsi tinta cetak selama proses cetak pada kertas (PaperOnWeb, 2010). Pati merupakan binderyang berasal dari bahan alam dan juga termasuk jenis perekat dalam. Pati mampu mengikat bahan-bahan penyusun kertas untuk meningkatkan kualitas kertas. Pati ditambahkan dalam
pembuatan pulp sebelum dibuat menjadi kertas. Pati akan meningkatkan jumlah
kertas yang dihasilkan serta keelastisan kertas yang diproduksi. Pati mengisi pori kertas, menghaluskan permukaan kertas, dan mencegah tinta menyebar pada permukaan ketika kertas tersebut diitulis. Pati yang teroksidasi, asam dari modifikasi pati, dan kation dari pati biasa digunakan dalam proses pembuatan kertas, bersama dengan hidroksimetil yang dimodifikasi dan fosfat ester dari pati, untuk meningkatkan kekuatan dan ketebalan dari beberapa jenis kertas, seperti kertas untuk kalender dan kotak karton (Asuncion, 2003).

Kesimpulan
Ampas tebu memiliki dapat dimanfaatkan sebagi pembuat kertas dengan memanfaatkan menggunakan jamur dan juga dapat dilakukan dengan proses organosolv menggunakan larutan pemasak asam asetat dan katalis asam sulfat.

Daftar pustaka

Antaresti; Christina, N.; Selviana, E.; Indrawati, M.; Yosanto,
Organosolv dan Proses Biokimia sebagai Alternatif Proses Pulping yang Ramah Lingkungan, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 15 November 2004.

Julianti, E.; Nurminah, M., Teknologi Pengemasan, Bahan kuliah terbuka  Opencourseware, Universitas Sumatera Utara, 2006.

PaperOnWeb, http://paperonweb.com/ wood.htm, (akses 20 September 2010).

Vazquez, G.; Antorrena, G.; Gonzalez, J.; Freire, S.; Lopez, S., Acetosolv pulping of pine wood. kinetic modelling of lignin solubilization and condensation, Bioresource Technology, 1997, 59(2-3), 121-127.

Aziz, S.; Sarkanen, K., Organosolv pulping - A review, TAPPI Journal, 1989,72(3), 169-175.

Sudaryanto, Y.; Antaresti; Wibowo, H., Biopulping Ampas Tebu Menggunakan  Trichoderma viride dan Fusarium solani, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 30 September 2002; hal. 163-171.

Witono, J. R.; Michaella, Pengaruh Pencampuran Serat Pelepah Pisang dan Serat Kertas Koran Bekas terhadap Kualitas Kertas yang Dihasilkan, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 27 Juni 2005; hal. 108-113.

Asuncion, J., The Complete Book of Paper Making, Lark Books: New York, 2003; hal. 29.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.