AMPAS TEBU SEBAGAI PEMBUAT KERTAS
Pendahuluan
Pemakaian kertas
sekarang sangat tinggi sehingga dibatasi penggunaannya. Apabila tidak dibatasi
penggunaannya maka akan terjadi kelangkaan kertas karena sumber utama kertas
yaitu pohon semakin menipis. Untuk mengatasi masalah tersebut ternyata ampas
tebu dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pembuatan kertas.
Ampas tebu
memiliki kandungan serat dan hemiselulosa yang tinggi, dimana kedua hal
tersebut merupakan syarat utama dalam pembuatan kertas (Sudaryanto dkk., 2002; Witono
dan Michaella, 2005; PaperOnWeb, 2010). Ada
banyak penelitian yang telah dikembangkan untuk pembuatan pulp dan kertas dari
ampas tebu, antara lain oleh Sudaryanto dkk. (2002) dan Antaresti dkk. (2004).
Sudaryanto dkk. (2002) mempelajari proses pembuatan pulp dari ampas tebu dengan
menggunakan jamur Fusarium
solani dan Trichoderma viride, sedangkan Antaresti dkk. (2004)
meneliti proses pembuatan pulpdari ampas tebu dengan proses organosolv menggunakan
larutan pemasak asam asetat dan katalis asam sulfat.
Kertas serat
campuran, atau seringkali dikenal dengan istilah kertas komposit, merupakan
kertas yang terbuat dari campuran dua macam atau lebih pulp kertas dengan bahan
lain, seperti polimer dan kertas bekas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
guna kertas (Julianti dan Nurminah, 2006). Metode yang digunakan dalam membuat pulppada
proses pembuatan kertas serat campuran ini adalah asetosolv, yaitu proses delignifikasi
dengan menggunakan asam asetat (Vazquez dkk., 1997). Metode ini merupakan
metode yang ramah lingkungan karena limbah lindi hitamnya mudah didaur ulang.
Selain itu, asam asetat adalah salah satu pelarut organik yang tidak berbahaya
bagi lingkungan.
Ampas tebu,
atau disebut juga dengan bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
cairan tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7-2 mm dengan diameter sekitar 20 μm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi
persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan
buatan. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari
selulosa, pentosan, dan lignin. (Sudaryanto dkk., 2002).
Proses Acetosolv
Proses acetosolv
dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa
sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat
kemurnian yang cukup tinggi, dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal
dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft
(Simanjutak,
1994). Aziz dan Sarkanen (1989) menguatkan pernyataan tersebut
dengan
mengatakan bahwa rendemen pulplebih tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan
dengan mudah, dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan furfural dengan
kemurnian yang relatif tinggi, dan ekonomis dalam skala yang relatif kecil.
Dalam proses
pembuatan pulp dengan metode acetosolv, ada banyak hal yang perlu diperhatikan,
mulai dari suhu, waktu pemasakan, konsentrasi asam asetat dan juga konsentrasi
katalis yang digunakan. Pada umumnya, proses pembuatan pulp dengan metode acetosolv
dilakukan pada suhu 1100C selama 2-5 jam. Konsentrasi asam asetat yang
digunakan sebesar 95%. Katalis yang dipakai dalam proses pulpingdengan metode acetosolvadalah
asam klorida (HCl) sebanyak 0,01% (Vazquez dkk., 1997).
Binder
Binder mempunyai
pengaruh yang besar pada sifat akhir kertas. Fungsi binder antara lain
bertindak sebagai pembawa pigmen, pengikat partikel pigmen menjadi satu,
mengikat partikel pigmen dengan kertas, memberi sifat alir yang dibutuhkan dan
mengontrol absorpsi tinta cetak selama proses cetak pada kertas (PaperOnWeb, 2010).
Pati merupakan binderyang berasal dari bahan alam dan juga termasuk jenis perekat
dalam. Pati mampu mengikat bahan-bahan penyusun kertas untuk meningkatkan kualitas
kertas. Pati ditambahkan dalam
pembuatan pulp
sebelum dibuat menjadi kertas. Pati akan meningkatkan jumlah
kertas yang
dihasilkan serta keelastisan kertas yang diproduksi. Pati mengisi pori kertas,
menghaluskan permukaan kertas, dan mencegah tinta menyebar pada permukaan ketika
kertas tersebut diitulis. Pati yang teroksidasi, asam dari modifikasi pati, dan
kation dari pati biasa digunakan dalam proses pembuatan kertas, bersama dengan hidroksimetil
yang dimodifikasi dan fosfat ester dari pati, untuk meningkatkan kekuatan dan
ketebalan dari beberapa jenis kertas, seperti kertas untuk kalender dan kotak
karton (Asuncion, 2003).
Kesimpulan
Ampas tebu
memiliki dapat dimanfaatkan sebagi pembuat kertas dengan memanfaatkan menggunakan
jamur dan juga dapat dilakukan dengan proses organosolv menggunakan larutan
pemasak asam asetat dan katalis asam sulfat.
Daftar pustaka
Antaresti;
Christina, N.; Selviana, E.; Indrawati, M.; Yosanto,
Organosolv
dan Proses Biokimia sebagai Alternatif Proses Pulping yang Ramah Lingkungan, Prosiding
Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 15 November
2004.
Julianti,
E.; Nurminah, M., Teknologi Pengemasan, Bahan kuliah terbuka Opencourseware, Universitas Sumatera Utara, 2006.
PaperOnWeb, http://paperonweb.com/
wood.htm, (akses 20 September 2010).
Vazquez, G.;
Antorrena, G.; Gonzalez, J.; Freire, S.; Lopez, S., Acetosolv pulping of pine wood.
kinetic modelling of lignin solubilization and condensation, Bioresource Technology,
1997, 59(2-3), 121-127.
Aziz, S.;
Sarkanen, K., Organosolv pulping - A review, TAPPI Journal, 1989,72(3),
169-175.
Sudaryanto,
Y.; Antaresti; Wibowo, H., Biopulping Ampas Tebu Menggunakan Trichoderma viride dan Fusarium solani, Prosiding
Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 30 September
2002; hal. 163-171.
Witono, J.
R.; Michaella, Pengaruh Pencampuran Serat Pelepah Pisang dan Serat Kertas Koran
Bekas terhadap Kualitas Kertas yang Dihasilkan, Prosiding Seminar Nasional Fundamental
dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, 27 Juni 2005; hal. 108-113.
Asuncion,
J., The Complete Book of Paper Making, Lark Books: New York, 2003; hal. 29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.