.

Senin, 30 Oktober 2017

MIGAS








PEMBUATAN SCM MIGAS


BAMBANG  HARY P
(41616110027)

Teknik Industri


UNIVERSITAS MERCU BUANA
MERUYA - JAKARTA BARAT


PERAN STRATEGIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI

  PERAN STRATEGIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI 

Supply Chain Management secara harfiah dapat diartikan sebagai seperangkat pendekatan untuk mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen. Pendekatan integrasi disini diartikan sebagai suatu sistem yang terhubung sehingga suatu kegiatan produksi tidak terganggu. Pada saat ini banyak perusahaan yang menerapkan Supply Chain Management untuk meningkatkan daya saing perusahaan dengan yang lainnya, salah satunya adalah industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Supply Chain Management merupakan suatu alat bersaing strategik bagi perusahaan yang menjadikan masalah logistik sebagai strategi bersainganya untuk dapat memenangkan persaingan. Tujuan pembuatan jurnal ini adalah untuk mengetahui peran Supply Chain Management dalam industri hulu migas khususnya dalam sistem operasi dan produksi migas yang berguna untuk memberikan value kepada konsumen dalam hal availability dan kecepatan  layanan, sehingga konsumen akan merasakan suatu keunggulan dari hasil akhir.

Kata Kunci: supply chain managemet, sistem operasi dan produksi industri hulu migas

I.     PENDAHULUAN

Awal tahun 2015 ini, industri migas mengalami kelesuan dimana harga minyak turun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak perusahaan migas yang terpaksa melakukan perencanaan ulang terhadap kegiatan operasi dan produksinya agar tetap memperoleh keuntungan. Dalam jurnal ini, penulis tidak melakukan analisa terhadap kegiatan operasi dan produksi industri migas itu sendiri, namun lebih kepada peran strategis Supply Chain Management sebagai bagian dari strategi korporasi dalam mendukung kegiatan operasi dan produksi industri migas.

Perlu dketahui juga bahwa saat ini produksi minyak nasional masih dibawah dari konsumsi minyak nasional. Hal ini membuat Indonesia menjadi nett importir untuk minyak. Pemerintah Indonesia pun ikut campur tangan dalam kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi, baik di darat (onshore) maupun di lepas pantai (offshore) untuk meningkatkan produksi migas nasional melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas. Peraturan Pemerintah di sektor hulu maupun hilir dibuat untuk menata bisnis menjadi optimal untuk mengimbangi tingkat risiko bisnis yang tinggi terutama di bidang eksplorasi. Saat ini 85% lapangan produksi di Indonesia telah memasuki tahap kejenuhan, sementara produksi minyak mengalami penurunan rata-rata sebesar 15% per tahun sehingga dibutuhkan penemuan dan pengembangan baru untuk memenuhi permintaan

II.       METODE PENELITIAN 

Jurnal ini disusun menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu metode penelitian yang mencari sumber dari beberapa buku dan artikel yang telah ada.

III.     PEMBAHASAN


Supply chain atau dapat diterjemahkan “rantai pasokan” adalah rangkaian hubungan antar perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat secara horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok), manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer (pengecer), dan customer (pelanggan).

Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah perluasan dan pengembangan konsep dan arti dari manajemen logistik. Kalau manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi dalam satu perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang sama tetapi meliputi dari bahan mentah sampai dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan.

Hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas lainnya, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.
Menurut Wikipedia (2008), seperti  yang dikutip               dari halaman http://id.wikipedia.org/ , definisi dari supply chain management adalah sebagai berikut :

Rantai suplai rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai adalah sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan  fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceran, ecommerce, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantasi suplai (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai suplai menghubungkan rantai nilai. Ada berbagai jenis model rantai suplai, yang masing-masing menghubungkan mulai dari sisi hulu hingga hilir.

Tujuan utama supply chain management adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien, termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia.

Beberapa  perusahaan  memilih  untuk  mengalihdayakan  supply  chain  management mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga.

Menurut  Schroeder  (2003),  Supply  Chain  Management  adalah  perencanaan, desain, dan control akan aliran informasi dan barang sepanjang supply chain yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dari pelanggan secara efisien untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.


Peran Supply Chain Dalam Industri Migas


Kegiatan ekplorasi, pengeboran dan berbagai proyek untuk meningkatkan produksi di sektor hulu migas menuntut dukungan pengelolaan sumberdaya perusahaan secara tepat guna. Tantangan utama yang dihadapi adalah untuk tetap beroperasi secara (lebih) efisien ketika biaya rata-rata pencarian dan produksi minyak semakin tinggi. Harga minyak yang tinggi hanya bisa dinikmati bilamana biaya modal dan operasional yang dikeluarkan masih menyumbangkan marjin yang dikehendaki melalui pendapatan minyak dalam volume produksi yang ekonomis. Ketika pendapatan dan kualitas produk minyak mentah bergantung pada kemampuan produksi sumur yang dieksploitasi dan kondisi reservoir di dalam bumi, maka strategi bisnis generik perusahaan minyak hulu adalah dengan meminimalkan biaya. Tuntutan beroperasi secara efisien ini memunculkan berbagai upaya terobosan dan kerjasama untuk menurunkan biaya bersama di beberapa komunitas perminyakan dunia, seperti CRINE (Cost Reduction in New Era) di kalangan pelaku operasi migas di North Sea, CORAL (Cost Reduction Alliance) di Malaysia, ataupun CRIS (Cost Reduction Indonesian Style) di Indonesia. Kisah sukses penerapan inisiatif CRINE telah kita dengar, namun tidak demikian halnya dengan upaya-upaya yang dilakukan di Indonesia. Begitu banyaknya stakeholder yang terlibat dalam penentuan kebijakan dan dalam operasi industri migas, yang seringkali tidak ’alligned’, merupakan salah satu sebab yang menciptakan kompleksitas untuk mengadakan perbaikan. Sedang faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah kondisi rantai suplai yang terkait dengan industri migas yang kurang terintegrasi, baik dalam kegiatan eksplorasi (seismic), pengeboran (drilling) maupun (eksploitasi).

Beberapa tahun lalu, supply chain belum dianggap sebagai strategic asset di sebagian besar perusahaan dalam industri migas, sehingga pengembangan strategi supply chain belum banyak dilakukan guna mendukung stretegi bisnis  organisasi  secara  keseluruhan.  Fungsi  purchasing  (lalu  berkembang  sebagai  procurement)  lebih   banyak dilakukan secara tradisional. Pembelian atau  pengadaan barang dan jasa lebih menekankan pada kriteria harga terendah dari hasil lelang di antara supplier atau kontraktor. Fungsi procurement juga merupakan aktivitas yang terpisah dari logistik (yang lebih dilihat sebagai pengganti fungsi distribusi


IV. Kesimpulan dan Saran


Secara umum dapat disimpulkan peran strategis Supply Chain Management bagi industri migas adalah adalah :

1.  Supply Chain Management secara fisik dapat mengelola kebutuhan material yang dibutuhkan industri migas dari hulu hingga hilir termasuk kegiatan inventorynya.
2.    Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut.
3.    Supply Chain Management secara menyeluruh membantu industri migas untuk menciptakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran material baik di dalam maupun di luar perusa- haan.

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam jurnal ini adalah :

1.    Pemerintah harus berperan aktif dalam membantu industri migas khususnya terkait dengan regulasi yang dikeluarkan untuk meningkatkan kinerja setiap tahap dalam supply chain management.
2.    Untuk dapat menerapkan Supply Chain Management secara efektif, perusahaan harus mampu menyediakan dan mengelola database terkait yang memadai (lengkap dan akurat) serta membangun partnership dengan supplier maupun distributor yang terpilih.


DAFTAR PUSTAKA


Sumber buku:

Gasperz, Vincent, Dr. (2001). Total Quality Management, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gunasekaran, A., Patel, C., Tirtiroglu, E., (2001), Performance Measurement and Metrics in a Supply Chain Environment, Inter- national Journal of Production and Operations Management, 21(2001),


Sumber internet:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.