.

Rabu, 23 Desember 2015

Analisa dan Perancangan Kerja

Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya ” . Demikian definisi yang diberikan oleh W.S. Neff untuk bekerja.
  Definisi ini tampaknya sangat luas tetapi mencerminkan   dorongan dasar dari bekerja yaitu dalam rangka mempertahankan dan memelihara  kelangsungan hidup manusia. Sedangakan Toole memberikan definisi yang bunyinya agak terdengar lain yaitu bahwa “bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain”. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya pekerjaan perlu dilakukan analisa dan perancangan. Faktor yang mengakibatkan keterbatasan pekerja , yakni keterbatasan panca indra dan fisik.

Literatur tentang analisa perancangan kerja, kita tidak dapat lepas dari dua nama, yaitu F.W. Taylor dan F.B. Gilberth , dari dua nama tersebut yang mengawali pengembangan ilmu ini yang digabungkan sebagai suatu kesatuan , maka dikenal sebagai Teknik Tata Cara Kerja atau Methods Engineering yang lebih dikenal  secara umum adalah analisa & perancangan kerja .

Dalam tahun 1918 metode FW Taylor mulai digunakan sebagai “ usaha penggunaan buruh minimal pada setiap jenis pekerjaan melalui penelitian ilmiah untuk mendapatkan metode pekerjaan terbaik pada setiap kasus. Sering kali , seorang  pengawas diberi tanggung jawab penuh untuk menghasilkan barang yang diminta oleh staf pengawas. Fungsi-fungsi perencanaan secara informal dilakukan oleh  staf pengawas itu , juga tidak ada metode-metode standar  ( metode kerja ditentukan masing-masing oleh para pekerja yang didasarkan atas pengalaman dan peralatan yang tersedia). FW Taylor memulai studi tentang pemotongan logam  , studi ini berlangsung selama 25 tahun , studi ini berakhir pada tahun 1907 dan dipublikasikan melalui catatan ASME . Analisis keperluan kerja dan spesifikasi suatu metode untuk melakukan suatu operasi, pada saat ini disebut  dengan ‘ Perancangan Kerja” atau “ Teknik Tata Cara” . Studi penyekopan dan penanganan besi kasar terutama mengacu pada perancangan kerja. Taylor juga mempelopori apa yang sekarang ini disebut sebagai “ Pengukuran Kerja”. Aktivitas ini mengacu pada pengukuran jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan bagi seorang operator.

Frank Gilbreth, tertarik pada analisis gerakan dasar atas kegiatan manusia. Beliau memperkenalkan analisis gerakan yang disebut micrmotion studies pada pertemuan  American Society of Mechanical Engineers (ASME)  Dia sangat berjasa dalam usaha memberikan landasan untuk mengindentifikasi dan menganalisa gerakan-gerakan dasar manusia pada saat melakukan kerja manual, yang kemudian dia beri nama “ Therbligs”
Pada tahun 1924  hasil penelitiannya sangatlah terkenal dengan membagi pekerjaan menjadi elemen-elemen gerakan dasar. Elemen-elemen gerakan dasar yang dikembangkan berjumlah 17 gerakan dasar dan dengan elemen-elemen gerakan dasar inilah perbaikan perbaikan dilakukan.


Studi Kerja

Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pada pabrik  misalnya, bentuk suatu produk kadangkala sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikerjakan atau kurang jelas/kurang baik metode kerja dapat memperpanjang waktu kerja. Tata letak peralatan atau keadaan ruang tempat kerja yang kurang baik, merupakan penyebab lain terjadi keterlambatan . Pekerja juga merupakan unsur yang bisa memperlambat kerja juga, misalnya kurang disiplin atau kurang gairah kerja akibat kurang baiknya motivasi kerja.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, pihak manajemen sendiri pun harus bertanggung jawab untuk mengatasi pemborosan waktu kerja, antara lain yang disebabkan oleh kurang baiknya penjadwalan / rencana kerja, kebijakan lain yang harus berperan dalam mengelola sumber daya perusahaan/industri.

Secara umum , studi kerja adalah penelaahan secara sistimatik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk :
1.      Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik.
2.      Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik.
3.      Menetapkan waktu baku untuk pekerjaan tersebut.
4.      Membantu melatih pekerja dengan berbagai pekerjaan yang telah diperbaiki.

Dasar unsur pokok studi kerja adalah :
Perancangan metode kerja (method design) , dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja atau menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara yang lebih baik.
Pengukuran kerja  (work  measurement) , ditujukan untuk menetapkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan secara pantas oleh pekerja yang normal dengan metode kerja yang sudah dirancang  dengan baik.
Secara umum pelaksanaan studi kerja mengikuti delapan tahapan, yakni :

Pemilihan pekerjaan yang hendak diteliti.
Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan kedalam bentuk yang memudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.
Mempelajari secara seksama  catatan yang telah dibuat,  dan mempertanyakan segala sesuatu mengenai pekerjaan untuk membuka  peluang bagi perbaikan metode kerja.
Pengembangkan / perancangan alternatif metode kerja yang lebih baik (berupa usulan).
Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-masing metode kerja yang diusulkan.
Pemilihan metode kerja yang akan digunakan , kemudian menyusun petunjukan pelaksanaannya, berikut data prestasi atau waktu baku yang sesuai.
Pemberitahuan metode kerja yang baru.
Pengawasan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya.

Suatu hal penting pada saat berdirinya suatu pabrik baru atau saat penerapan metode kerja baru, adalah perlunya mempertimbangkan jangka waktu tertentu yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk beradaptasi dengan situasi baru. Pada saat tenggang waktu ini , tentunya kecepatan produksi sistem tenaga kerja tersebut relatif lambat dibandingkan dengan keadaan normal (ketrampilan normal). Pada umumnya , semakin biasa orang dengan situasi kerjanya, akan makin cepat kerjanya. Dengan kata lain, makin pengalaman dia, akan makin cepat kerjanya. Namun demikian , kecepatan kerja seseorang akan dibatasi oleh ketrampilannya, sehingga pada suatu saat , kecepatan kerjanya akan mencapai titik yang stabil.

Dari perkembangan studi kerja dimasa lampau , maka terjadi perubahan pola kerja yang mengakibatkan  juga  terjadi perubahan dari masyarakat, sehingga perubahan masyarakat diklasifikasikan, yakni :
           
Perubahan Masyarakat.

Perubahan masyarakat dalam arti luas diartikan sebagai perubahan atau perkembangan dengan arti positif maupun negatif.
Pada umumnya motivasi untuk merubah memiliki kaitan dengan kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi tidak saja mempengaruhi ilmu pengetahuan akan tetapi juga merubah pola hidup manusia dan struktur sosial secara keseluruhan.
Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja

Setelah lintasan sejarah teknik tata cara kerja dikemukakan diatas yang tiada lain menunjukan latar belakang berkembangnya dan dikembangkannya ilmu ini, kiranya perlu dibicarakan pengertian/definisi dan ruang lingkup  untuk mendapatkan gambaran menyeluruh.   
Teknik Tata Cara Kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan perinsip - perinsip untuk mendapatkan rancangan (design) terbaik dari sistem kerja.  Teknik-teknik dan perinsip – perinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja   yang terdiri dari manusia dengan sifatnya dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta linkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan , tenaga yang dipakai serta akibat – akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya.
Teknik Tata Cara Kerja merupakan hasil perpaduan teknik-teknik pengukuran waktu  dan perinsip–perinsip studi gerakan, tetapi juga banyak menyangkut prinsip lain dalam perancangan sistem kerja  seperti perancangan tata letak tempat kerja dan peralatan dalam lingkungannya dengan manusia pekerjanya.
Yang dicari dengan teknik-teknik dan perinsip–perinsip ini adalah sistem kerja yang terbaik yaitu yang memiliki efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Sistem kerja  itu sendiri terdiri dari empat komponen , yakni manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja seperti masin dan pekakas pembantu, lingkungan kerja, seperti ruangan dengan udaranya dan keadaan pekerjaan- pekerjaan lain disekelilingnya. Artinya komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan menggunakan teknik-teknik dan prinsip-prinsip yang disebut diatas komponen-komponen diatur sehingga berada dalam komposisi dalam suatu komposisi yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut.

Bila kita tinjau lebih lanjut maka ruang lingkup ilmu teknik tata cara kerja dapat dibagi kedalam dua bagian besar masing-masing pengaturan kerja dan pengukuran kerja.
Pengaturan kerja berisikan prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif – alternatif  sistem kerja yang lebih baik.  Jadi pada bagian pengaturan ini kita dipersenjatai dengan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan diusahakan pelaksanaannya.  Macam pekerjaan yang terdapat disekeliling kita begitu banyaknya, dengan masing-masing mempunyai krakteristik-krakteristik  sendiri-sendiri sehingga tidak mungkin untuk menyususn rumus tunggal untuk semua dengan jawaban atas pertanyaan ‘ sistem mana yang terbaik “  dapat langsung diperoleh.
Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih salah satu diantaranya yang terbaik. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan mudah karena kita dapat begitu saja menentukannya, sebab antara satu alternatif dengan lainnya sangat berdekatan , ataupun satu nampak mempunyai kelebihan  disatu segi tetapi kelemahan dilain segi, sementara alternatif lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan pada segi yang berlawanan. Kesulitan inilah yang menyebabkan perlu dilakukan pengukuran terhadap masing-masing alaternatif.
Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu alternatif kerja , yaitu  waktu, tenaga. psikologi dan sosiologi. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat , tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian sangat sedikit. Dan akibat-akibat  psikologi dan sosiologi yang ditimbulkan sangat minim. Berdasarkan kriteria - kriteria inilah alternatif-alternatif sistem kerja dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Penggunaan Teknik Tata Cara Kerja

Sering kali pimpinan perusahaan pada tingkat manapun tidak menyadari tentang selalu adanya kemungkinan-kemungkinan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem kerja karena tidak mengetahui adanya prinsip-prinsip dan teknik teknik untuk itu , ataupun berpendapat bahwa sistem yang ada sudah baik hanya karena setiap orang karena setiap orang telah terbiasa dan telah menerima sistem tersebut.  Disamping melalui perbaikan-perbaikan sistem kerja  , teknik dan tata cara kerja memberikan keuntungan melalui berbagai jalur lain, misalnya dalam penjadwalan produksi dimana diperlukan pengetahuan tentang berapa lamanya berbagai kegiatan kerja diselesaikan. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk penjadwalan dan mengatur pembebanan mesin dan tenaga kerja dan semuanya ditujukan untuk mendapatkan keadaan yang optimal. Lebih jauh lagi waktu penyelesaian yang sebenarnya merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sistem kerja yang lebih baik. Dengan demikian terlihatlah bagaimana  teknik-teknik dan perinsip–perinsip dalam teknik tata cara kerja berperan dalam perencanaan dan perancangan kegiatan produksi.
Sesuatu hal yang sering kali merupakan penghambat terlaksananya perubahan-perubahan (perbaikan-perbaikan) ini adalah  ketidak sediaan pekerja menerimanya.
Memang hal ini harus disadari karena hampir untuk setiap usaha merubah suatu keadaan, apa lagi yang sudah mapan, akan mendapat tantangan, dan hal ini adalah sesuatu yang wajar .   Kecurigaan bahwa cara baru akan memberatkan pekerja adalah salah satu sebab adanya tantangan. Sebab lain adalah keengganan untuk merubah kebiasaan yang telah dirasakan enak  dan menyatu dengan diri pekerja . Sering kali sistem kerja telah begitu lama berjalan sehingga pekerja betul-betul telah terbiasa sehingga perbaikan yang menuntut perubahan-perubahan kebiasaan dirasakan sebagai sesuatu yang menyulitkan. Untuk mengatasi hal-hal seperti ini  pimpinann perusahaan perlu memberikan penjelasan - penjelasan  yang cukup tentang kebaikan dari sistem kerja yang direncanakan. Khususnya untuk pekerja-pekerja  yang berada pada tingkat terbawah, penjelasan perbaikan akan menguntungkan pekerja-pekerja itu sendiri juga perusahaan, coba , jelaskan ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.