ABSTRAK
Xilanase
merupakan jenis enzim hidrolisis spesifik yang penggunaannya sangat luas dalam
berbagai industri terutama dalam biokonversi bahan hemiselulosa. Dalam skala
industri, xilanase diproduksi dalam jumlah yang besar (scale up) sehingga enzim
harus disimpan dalam waktu dan kondisi tertentu untuk menjaga kestabilannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase yang diamobilisasi menggunakan matriks pasir laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase yang diamobilisasi menggunakan matriks pasir laut.
PENDAHULUAN
Enzim merupakan katalis biologis
yang dapat meningkatkan laju reaksi di dalam sel-sel hidup .Xilanase merupakan
kelompok enzim ekstraseluler yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan
(hemiselulosa) menjadi xilo-oligosakarida dan xilosa . Enzim xilanase dapat
dihasilkan oleh sejumlah mikroorganisme yaitu bakteri maupun jamur . Adapun
salah satu jenis jamur yang berpotensi menghasilkan enzim xilanase yaitu jamur Trichoderma
viride . Kegunaan dari enzim xilanase yang luas terutama untuk biokonversi
bahan hemiselulosa, perlu dilakukan amobilisasi untuk meningkatkan efisiensi
pemakaian enzim agar dapat dipakai berulang kali. Amobilisasi enzim adalah
suatu proses penahanan pergerakan molekul enzim pada tempat tertentu dalam
suatu ruang reaksi kimia yang dikatalisisnya sehingga membuat enzim menjadi
stabil terhadap pH, suhu, ion logam, lebih tahan serangan protease, dan lebih
mudah dipisahkan dari campuran pada akhir reaksi untuk reaksi . Salah satu
metode amobilisasi enzim yang sederhana adalah metode adsorpsi yaitu
menggunakan adsorben untuk menyerap ataupun menempelkan enzim di
permukaannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase yang diamobilisasi dalam pasir
laut.
METODA PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan
adalah kultur murni Trichoderma viride. Bahan kimia yang digunakan
mempunyai kualitas for microbiology antara lain pepton, tepung agar,
substrat xilan, kasein dan bahan yang mempunyai kualitas pro analisis yang
didapat dari produsen Merck antara lain Na2HPO4, KH2PO4, CaCl2.2H2O, (NH4)2SO4,
MgSO4.7H2O, asam dinitrosalisilat (DNS), padatan NaOH, NaKC4O6H4, CuSO4.5H2O,
asam asetat glasial (BJ = 1,05 g/cm3), CH3COONa, HCl 37% (BJ = 1,19 g/mL),
BaCl2, Na2SO3, fenol, glukosa anhidrat, asam oleat, dextrosa dan akuades.
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, ayakan 120-150 mesh, kantong
selofan, jarum ose, pengaduk magnet, neraca analitik (Mettler Toledo AL 204),
inkubator (Heraeus Type B 5042), pH meter (Inolab WTW), penangas air (Wemmert W
200), oven (Memmert), autoklaf (All, American Model 20X), shaker (Edmund Buhler
SM 25 24B), sentrifuge dingin (Juan MR 1889), pemanas listrik (Janke-Kunkel),
dan Spektrofotometer UV-Vis (Spectronic Genesys 20).
Prosedur
Produksi dan Pemurnian Enzim
Xilanase
Satu tabung subkultur Trichoderma
viride yang ditumbuhkan dalam media agar miring
selama 144 jam (pH 5 dan 30 °C) disuspensikan ke dalam 1 mL akuades steril. Suspensi
diambil sebanyak 2 mL, ditanam pada 13 mL media cair steril, dan diinkubasi dengan shaker
kecepatan 100 rpm pada temperatur ruang selama 36 jam. Filtrat merupakan ekstrak kasar xilanase kemudian dimurnikan menggunakan amonium sulfat melalui fraksinasi bertingkat dengantingkat kejenuhan 40-80% dan dilanjutkan dengan dialisis.
Preparasi dan Aktivasi Matriks Pasir Laut
selama 144 jam (pH 5 dan 30 °C) disuspensikan ke dalam 1 mL akuades steril. Suspensi
diambil sebanyak 2 mL, ditanam pada 13 mL media cair steril, dan diinkubasi dengan shaker
kecepatan 100 rpm pada temperatur ruang selama 36 jam. Filtrat merupakan ekstrak kasar xilanase kemudian dimurnikan menggunakan amonium sulfat melalui fraksinasi bertingkat dengantingkat kejenuhan 40-80% dan dilanjutkan dengan dialisis.
Preparasi dan Aktivasi Matriks Pasir Laut
Pasir laut
hasil perendaman disaring dengan kertas Whatman dan dicuci dengan aquades hingga air pencuci
netral. Pasir laut hasil aktivasi dikeringkan pada suhu 105 °C hingga berat
konstan kemudian dikalsinasi pada suhu 500 °C selama 4 jam.
Amobilisasi Xilanase dengan Matriks Pasir Laut
Amobilisasi Xilanase dengan Matriks Pasir Laut
Xilanase hasil
pemurnian sebanyak 40 mL dicampurkan dengan 15 g pasir laut yang telah
diaktivasi. Campuran ini diinkubasi dalam shaker pada suhu ruang dengan
kecepatan 100 rpm selama 3 jam. Hasil amobilisasi kemudian disaring dengan
kertas Whatman no. 40 389 sehingga dihasilkan filtrat dan endapan.
Endapan sebagai xilanase amobil diuji kestabilan aktivitasnya berdasarkan
pengaruh suhu dan lama penyimpanan.
Penentuan Kestabilan Aktivitas Xilanase Amobil
Xilanase amobil ditimbang sebanyak 0,1 g dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi ukuran 5 mL dan ditutup dengan alumunium foil. Tabung reaksi diinkubasi dengan variasi suhu : 30, 40, 50, 60, dan 70 °C dan pada lama penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hari. Enzim amobil diuji aktivitasnya dengan cara menambahkan 1 mL substrat xilan 1%, 1 mL buffer asetat 0,2 M pH 5, 1 mL aquades, kemudian diinkubasi pada suhu 60 °C selama 55 menit. Campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40 dan filtrat yang diperoleh ditambahkan 2 mL reagen DNS, dipanaskan ke dalam penangas air mendidih selama 15 menit, didinginkan dan diencerkan sebanyak 25 mL.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Suhu Dan Lama
Penyimpanan terhadap Kestabilan Xilanase Amobi
lPada Gambar 1 menunjukkan
aktivitas xilanase amobil pada suhu 40, 50, 60, dan 70 °C naik pada
penyimpanan 1 hari dan kemudian turun seiring dengan bertambahnya lama
penyimpanan. Sedangkan pada suhu 30 °C aktivitas xilanase amobil semakin menurun dengan
bertambahnya lama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu
penyimpanan, aktivitas enzim xilanase amobil akan semakin menurun.
Penurunan aktivitas enzim xilanase
amobil ini kemungkinan disebabkan oleh adanya aktivitas protease yang
dihasilkan dan terbawa saat proses fermentasi dan pemurnian enzim xilanase.
Protease adalah enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis protein, yaitu
memecah protein menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Karena xilanase
merupakan protein, maka semakin lama penyimpanan menyebabkan semakin banyaknya
protease yang menghidrolisis protein enzim xilanase sehingga aktivitas enzim
xilanase amobil yang dihasilkan akan menurun.
Kestabilan
enzim xilanase amobil ditentukan dengan cara menghitung persen aktivitas sisa
yaitu aktivitas enzim amobil setelah penyimpanan dibagi dengan aktivitas enzim
sebelum penyimpanan. Enzim dapat dikatakan stabil apabila aktivitas enzim
sisanya lebih dari 50% dari aktivitas awal enzim.
Dari Gambar 2
terlihat bahwa aktivitas enzim sisa paling tinggi adalah pada penyimpanan suhu
60 °C, stabil hingga hari ke 6 dengan aktivitas sisa sebesar 50,74% (42,01
unit). Sedangkan aktivitas enzim sisa yang paling rendah adalah penyimpanan
pada suhu 70 °C. Enzim xilanase yang diamobilkan pada matriks pasir laut umumnya
stabil sampai penyimpanan selama 4 hari dengan penyimpanan pada 30, 40, 50, 70 °C
berturut-turut adalah 54,88% (45,45 unit); 59,17% (48,99 unit); 61,98% (51,32
unit); dan 52,21% (43,23 unit).
KESIMPULAN
Lama
penyimpanan dan suhu berpengaruh terhadap kestabilan enzim xilanase amobil.
Kestabilan tertinggi enzim xilanase amobil dicapai pada suhu 60 °C sampai hari ke-6 dengan aktivitas enzim sisa 50,74%.
Pada suhu 30, 40, 50 dan 70 °C enzim
xilanase amobil stabil sampai 4 hari dengan aktivitas enzim sisa berturut-turut
54,88; 59,17; 61,98 dan 52,21%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Palmer, T., 1991, Understanding Enzymes, 3rd
Edition, Ellis Horwood Limited, Great Britain, pp. 19-21.
2. Poedjiadi, A., dan Supriyanti F. M. T., 2006, Dasar-Dasar
Biokimia, UI-Press, Jakarta.
392
3. Richana, N., 2002, Produksi dan Prospek Enzim
Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia, Buletin AgroBio, No.
1, Vol. 5, pp. 29-36.
4. Wahyudi, P., Suwahyono, U., dan Mulyati, S., 2010,
Pertumbuhan Trichoderma harzanium pada Medium yang Mengandung Xilan, Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, pp. 1-7.
5. Minovska, V.,Winkelhausen E., dan Kuzmanova S.,
2005, Lipase Immobilized by Diffferent Terchiques in Various Support Material
Applied in Oil Hydrolisis, J. Serb. Chem. Soc., No 4, Vol 70, pp. 609–624.
6. Suklha, S. S., Dorris K. L., Suklha A., dan
Margrave J. L., 2003, Adsorpstion of Chromium from Aqueous Solution by Maple
Sawdust, Journal Haz Mater., Vol. 12, pp. 1-3.
7. Lesbani, A., 2011, Studi Interaksi Vanadium dan
Nikel dengan Pasir Kuarsa, Jurnal Penelitian Sains, No 4(C) 14410, Vol 14,
pp. 43-46.
8. Sukmana, M. E., 2013, Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan terhadap Kestabilan Enzim Xilanase dari Trichoderma viride,
Skripsi, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang.
9. Simkovic, M., Anita K., Martina H., dan Ludovit V.,
2008, Induction of Secretion of Extracellular Proteases from Trichoderma
viride, Acta Chimica Slovaca, No. 1, Vol. 1, pp. 250-264.
10. Suarez, B., Manuel R., Pablo C., Enrique M., dan
Antonio L., 2004, Isolation and Characterization of PRA1, a Trypsin-like
Protease from the Biocontrol Agent Trichoderma harzanium CECT 2413
Displaying Nematicidal Activity, Appl Microbiol Biotechnol, Vol. 65, pp. 46-55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.