.

Rabu, 09 Desember 2015

Masalah Banjir di Kota Amuntai yang Masih Belum di Tanggulangi

Rusaknya lingkungan alam di daerah Tabalong dan Balangan karena aktifitas pertambangan dan curah hujan yang tinggi di daerah Banua Enam membuat sebagian sebagian besar kawasan di Banua Enam mengalami banjir.
Kabupaten HSU adalah daerah rendah dan dilintasi 2 sungai yaitu sungai Tabalong dan sungai Balangan. Apabila di daerah Balangan,Tabalong tergenang banjir,sekitar 80% air tersebut akan memasuki HSU dan akan menggenang berbagai daerah di Kabupaten itu. Banjir mulai merendam daerah khususnya bantaran sungai di Kecamatan Amuntai Utara, Haur Gading, Banjang. Seiring surutnya banjir di Kabupaten Tabalong dan Balangan, ada sekitar 5.664 buah rumah yang terendam oleh air akibat banjir yang melanda Kabupaten HSU dengan rincian 3.713 kepala keluarga dan 13.169 jiwa, ditambah 19 buah sekolah, 9 buah Mushala dan 1 pasar.

Masalah banjir di kota Amuntai itu bukan lah hal yang asing yang baru terjadi di kota Amuntai. Sudah 4 bulan terakhir banjir ini mengenang di Kota Amuntai. Tetapi sejak dari dulu permasalahan banjir di kota Amuntai ini masih belum menemukan solusinya.
Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Hulu Sungai Utara drh Suyadi dengan didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Faturrahman langsung meninjau kondisi banjir di Desa Guntung dan Tebing Lereng di Kecamatan Amuntai usai menerima laporan tentang kondisi banjir di dua desa yang cukup parah di mana untuk Kecamatan Amuntai Utara dilapurkan sebanyak 1779 kepala keluarga (kk) atau sebanyak  5893 jiwa terkena dampak banjir, Badan Penanggulangan Bencana akan memberikan bantuan bagi warga yang tidak bisa beraktivitas usaha karena banjir.
Lalu apa yang menyebabkan banjir itu terjadi sehingga menghambat segala aktivitas warga di Kota Amuntai khususnya menghambat pendidikan?
Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Balangan dan Sungai Tabalong dan memutus jalan Trans Kalimantan. Untuk ketiga kalinya dalam 4 bulan terakhir, kota Amuntai, Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, kembali dilanda banjir. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Balangan dan Sungai Tabalong. Ribuan rumah warga terendam dan arus transportasi di ruas jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur terputus. Banjir juga mengakibatkan terendamnya kantor bupati, Polres Hulu Sungai Utara, sejumlah tempat ibadah dan gedung sekolahnya. Akibatnya proses belajar mengajar dibeberapa sekolah terhenti. Meski tidak adan korban jiwa, namun kerugian akibat banjir kali ini diperkirakan mencapai 1 milyar rupiah lebih. Apalagi ratusan hektar lahan persawahan diperkirakan gagal panen. Sejumlah desa yang kondisinya cukup parah diantaranya adalah Desa Penangkalan, Tangga Ulin Ulu, Tangga Ulin Hilir, Pekacangan, Murungsari dan Tambalangan. Ratusan warga mengungsi dibeberapa tempat yang disediakan Pemda setempat, seperti Kantor Dinas Kesehatan serta Rumah Sakit Tembalah Batung. Selain akibat meluapnya dua sungai, banjir yang terjadi di kota Amuntai juga disebabkan penyempitan sungai akibat penumpukan sampah. Karenanya warga meminta Pemda segera melakukan pengerukan.
Riau telah menggunakan system turbin untuk mengurangi kedalaman air sungai, yang berpotensi menyebabkan banjir. Kemudian kelebihan air pada sungai tersebut dialihkan dengan menggunakan turbin ke sungai yang lebih besar, atau SUNGAI Siak, sehingga peningkatan kedalaman air sungai bisa dikendalikan, agar tidak menyebabkan banjir. Namun demikian, cara yang diterapkan Riau kelihatannya sulit diadopsi Kalsel, karena tidak ada sungai besar yang mampu menampung kelebihan air tersebut.
Namun, mungkin bisa dilakukan beberapa alternative untuk menanggulangi masalah banjir ini. Pasalnya, hampir tiap tahun daerah HSU yang dialiri dua buah sungai (Sungai Balangan dan Tabalong) yang berhulu di kabupaten tetangga tersebut saban tahunnya dapat dipastikan mengirimkan air yang berlimpah. Bila dua sungai tersebut tidak dibendung sangat berbahaya untuk daerah ini. Tak salah kalau rencana pembangunan dua buah bendungan yaitu Bendung Pitap di Balangan dan Bendung Tabalong secepatnya terselesaikan, karena kalau hanya hilir-nya saja yang selalu diperbaiki, semisal dengan meninggikan jalan, itu tidak menyelesaikan masalah bahkan anjir akan terus mengancam daerah ini.


Penataan kembali tata ruang wilayah HSU ini perlu ditindaklanjuti, semisal pengalihan arus sungai, pengerukan sungai dan penataan kembali DAS(daerah aliran sungai).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.