Abstrak
Kinerja merupakan salah satu aspek yang dapat diukur
dalam Supply Chain Management SCM). Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka
untuk melakukan perbaikan yang
performa yang dilakukan dengan metode Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dengan Analytichal Hierarchy Processs (AHP). Metode
SCOR dalam penelitian digunakan untuk mendefinisikan metrik-metrik yang
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Metrik-metrik ini terdefinisikan dalam
tiga level dimana selanjutnya metrik akan diolah guna mendapatkan nilai
kinerja. Perhitungan metrik akan dilakukan pada level 1 hingga 3. Setelah
didapat nilai kinerja selanjutnya akan dilakukan benchmark. AHP akan digunakan
untuk melihat performance attributes mana yang dipentingkan oleh perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa nilai kinerja Supply
Chain di PT. Indofarma Global Medika serta mengetahui performance attribute
mana yang paling dipentingkan oleh PT.Indofarma Global Medika.
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Ukuran kinerja yang diunakan dalam manajemen tradisional
adalah ukuran keuangan. Kinerja lain, seperti peningkatan kepercayaan customer
terhadap layanan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen personel,
kedekatan hubungan kemitraan perusahaan dengan pemasok, dan peningkatan
produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis yang digunakan untuk melayani
customer, diabaikan oleh manajemen karena sulit pengukurannya. Dalam manajemen
modern, konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) dapat mewakili
sebagai salah satu konsep yang bisa digunakan sebagai Landasan pengukuran
kinerja. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan SCM, dapat dilakukan dengan
dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mengukur reability,
responsiveness, flexibility, cost dan asset. Dalam penelitian akan dilakukan
sebuah pengukuran kinerja dengan menggunakan metode SCOR pada PT. Indofarma
Global Medika Yogyakarta. Metode SCOR digunakan dalam penelitian dengan
pertimbangan metode SCOR membreakdown proses yang ada pada metrik-metrik. yang
dapat digunakan untuk pengukuran performa. Scorecard yang ada pada metode SCOR berbentuk
metrik-metrik pengukuran. AHP akan digunakan untuk melihat performance attributes
mana yang dipentingkan oleh perusahaan (pada level 1). Setelah didefinisikan metrik-metrik
SCOR yang sesuai dengan perusahaan dan didapatkan nilai performa, maka selanjutnya
dilakukan benchmark antara hasil pengukuran performa dengan target perusahaan.
Rumusan
Masalah
1. Berapa besar nilai pengukuran performa supply
chain di PT.Indofarma Global Medika?
2. Performance Attribute mana yang menjadi prioritas
oleh PT.Indofarma Global Medika?
Tujuan
Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa nilai performa Supply
Chain di PT. Indofarma Global
Medika apabila diukur dengan metode Supply Chain
SCOR (Supply Chain
Operations Refference).
2. Mengetahui performance attribute mana yang paling
dipentingkan oleh PT.Indofarma Global Medika.
Manfaat penelitian
1. Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh pada bangku
perkuliahan dan mengetahui
masalah-masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan.
2. Mengetahui nilai performa Supply Chain di PT.
Indofarma Global Medika apabila
diukur dengan metode Supply Chain SCOR (Supply Chain
Operations Refference).
Batasan
Penelitian
1. Pengukuran performa dengan model Supply Chain
Operation Reference (SCOR)
mencakup level 1-3.
2. Benchmarking dilakukan dengan membandingkan nilai
pengukuran performa
perusahaan dengan target yang ditetapkan oleh
perusahaan.
3. Pengukuran performa dilakukan berdasarkan produk
komoditi PT. IGM.
II.
Landasan Teori
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai SCOR telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya yang telah memaparkan penelitian dengan SCOR dan
mengintergrasikannya dengan metode AHP ataupun ANP. Perbedaan penelitian
Luthfiana (2012) dengan penelitian lainnya adalah adanya perhitungan nilai
performa pada level 1 hingga 3 sehingga didapati nilai performa yang lebih
detail sebagai bahan analisis.
Supply Chain Management
Menurut Simchi-Levi et al. (2000), supply chain
management adalah serangkaian pendekatan yang digunakan untuk menintegrasikan
pemasok, produsen, gudang dan took sehingga barang yang akan diproduksi dan
didistribusikan ada pada jumlah dan waktu yang tepat untuk meminimalisasikan
baiaya ketika memuaskan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi biaya
produksi serta pemenuhan kebutuhan.
Pengukuran Performa Rantai Pasokan Seperti halnya
keuangan, manajer rantai pasokan memerlukan standar (atau metric sebagai mana
sering disebut) untuk mengevaluasi kinerjanya. Evaluasi terhadap rantai pasokan
penting bagi manajer rantai pasokan karena menghabiskan sebagian besar uang perusahaan.
Terlebih lagi, mereka membuat jadwal dan keputusan yang menentukan jumlah aset
yang berbentuk persediaan. Hanya dengan metrik yang efektif, seorang manajer
dapat menentukan seberapa baik kinerja rantai pasokan dan seberapa baik
aset-asetnya dimanfaatkan (Haizer dan Render, 2008).
Menurut Pujawan (2005), salah satu aspek fundamental
dalam manajemen rantai pasokam adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara
berkelanjutan. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan
sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara
holistik. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk :
a. Melakukan pengawasan dan pengendalian
b. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke
fungsi-fungsi pada rantai pasokan.
c. Mengetahui posisi suatu organiasasi terhadap pesaing
maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai.
d. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan
keunggulan dalam bersaing.
Supply Chain Operation Reference (SCOR) SCOR
merupakan salah satu model dari operasi supply chain. Metode SCOR ini dikemukakan
oleh Supply Chain Council pada tahun 1996. Supply Chain Council merupakan sebuah
not-for-profit corporation yang didirikan oleh enam puluh sembilan pendiri baik
perusahaan maupun perseorangan . Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah
satu model acuan dari operasi rantai pasokan. Model SCOR mengintegrasikan tiga
elemen utama dalam manajemen, yaitu business process reengineering,
benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi supply
chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Business process reengineering pada hakekatnya
menerapkan proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang
diinginkan.
2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan
data kinerja operasional dari perusahaan sejenis.
3. Process measurement berfungsi untuk mengukur,
mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.