Review Jurnal: Analisa Pengendalian Kualitas Aerosol
Can Dengan Menggunakan Metode Dmaic Pada Line Abm 1 Di
Perusahaan Perkalengan Indonesia
A.
Judul Penelitian
ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS AEROSOL CAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA LINE ABM 1 DI PERUSAHAAN
PERKALENGAN INDONESIA.
B.
Nama Penulis Lengkap Dengan Institusinya
Syaifulloh
Program
Studi Teknik Industri,Universitas Muhammadiyah, Tangerang
C.
Nama Jurnal (lengkap dengan Volume, No, Bulan,
Tahun, Institusi Penebit, dan link jurnal)
Jurnal PASTI Volume VIII No 3, 340 – 348
(2014)
D.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
persaingan industri perkalengan, kualitas suatu kaleng akan mempengaruhi nilai
jual maupun kepuasan konsumen. Dimana dalam pengendalian suatu barang yang dilakukan
oleh suatu produksi pasti akan menghasilkan sebuah produk gagal atau reject
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Didalam jurnal yang saya baca, banyak
indikasi yang menyebabkan suatu produk cacat atau reject. Karena indikasi
produk cacat atau reject berupa scratch banyak terjadi di mesin bodymaker line
ABM 1, maka analisa difokuskan pada
mesin tersebut.
Analisa
yang dilakukan dengan metode DMAIC pada mesin Bodymaker ABM 1 karena pada mesin
tersebut banyak menyebabkan produk cacat berupa scratch.
E.
Masalah/Pertanyaan Penelitian
Evaluasi yang dilakukan adalah dengan mencari dari mana problem yang
membuat produk tersebut cacat berasal. Bagaimana cara mengatasi agar problem
tersebut dapat diminimalisir.
F. Tujuan penelitian
Tujuan
dari penelitian tersebut adalah untuk Mengetahui jumlah reject
yang terjadi dalam proses produksi kaleng Aerosol pada departemen assembly.
Menganalisa proses dalam pembuatan kaleng yang menyebabkan terjadinya kaleng reject.
Serta Memberikan analisa dan
rekomendasi terhadap permasalahan proses produksi yang dijumpai sampai dengan
rencana tindakan perbaikan dengan metode DMAIC ( Define, Measure,
Analize, Improve, Control) beserta tools statistic di dalamnya.
G.
Metode
Metode yang digunakan adalah six sigma dan metode DMAIC.
Sigma adalah unit pengukuran statistikal yang mendeskripsikan distribusi
tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. Six
Sigma adalah sebuah program peningkatan kualitas dan profitabilitas perusahaan.
Six Sigma membantu perusahaan dari semua ukuran untuk meningkatkan kualitas
produk serta menghemat biaya produksi. Kualitas Six Sigma adalah suatu
pengukuran statistik variasi dari suatu hasil yang diharapkan. Pengendalian
kualitas Six Sigma digunakan untuk lingkungan keseluruhan organisasi yang
dilakukan secara terus menerus.
Langkah-Langkah
Penerapan Six Sigma Define (Memaparkan)
Define merupakan langkah
awal dalam program peningkatan kualitas six sigma, pada tahap ini perlu
didefinisikan proyek sig sigma, dimana kita perlu menetapkan prioritas utama
tentang masalah-masalah yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Measure (Mengukur)
Measure merupakan langkah operasional
kedua dalam peningkatan kualitas six sigma, dimana kita mulai menentukan
karakteristik kualitas yang berhubungan langsung dengan spesifikasi pelanggan (Critical
To Quality/CTQ) kemudian melakukan perhitungan kapabilitas proses (Cp)
sampai dengan menentukan level sigma perusahaan.
Analyse (Menganalisa)
Menganalisa data dan informasi yang telah diperoleh untuk
menentukan penyebab timbulnya cacat.
Improve (Meningkatkan)
Tindak
lanjut dari hasil analisa untuk meningkatkan kinerja.
Control (Mengendalikan)
Tahap pengendalian dari improvement yang telah
dilakukan dan pembuatan standarisasi untuk menjadi pedoman kerja.
H.
Hasil
Penelitian.
Tahap Pendefinisian
(Define)
What ( Apa tujuan dari
rencana ini dan apa targetnya?)
When (Menentukan periode
pelaksaan rencana tindakan tersebut)
Who (Siapa
yang bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana tindakan tersebut
Why (Mengapa
rencana tindakan tersebut dipilih)
Where (Pada
proses mana rencana tersebut akan diterapkan)
How (Bagaimana
tindakan itu akan diterapkan)
Tahap Pengukuran
(Measure)
Aktivitas utama dalam tahap measure adalah
mengetahui masalah yang ada serta menghitung kondisi kapabilitas
perusahaan saat ini. Untuk mengetahui bagian proses yang menimbulkan cacat maka
dilakukan pengukuran proses. Data yang digunakan dalam pengolahan ini adalah
data proses produksi pada bulan Februari, Maret dan April 2015.
Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa Scratches
merupakan cacat terbesar yaitu sebanyak 23,16 % atau dengan jumlah reject
sebanyak 68.555 kaleng. Untuk itu cacat Scratches diprioritaskan dalam
penelitian.
Gambar 1. Pareto chart
Defect Per Million
Opportunities (DPMO)
dan Level Sigma
Tabel 2. DPMO dan kapabilitas sigma
Dari hasil perhitungan di atas, tampak DPMO yang cukup
tinggi yaitu: 93.266 yang dapat diinterpretasikan bahwa dari satu juta
kesempatan yang ada akan terdapat 93.266 kemungkinan bahwa proses produksi akan
menghasilkan produk kaleng cacat dan memiliki kapabilitas proses yang masih
rendah yaitu sebesar 1,69 sigma.
Tahap
Analisis (Analyse)
Pembuatan
Fishbone
Gambar 2. Fishbone sebab-akibat
diagram
Penentuan Critical To Quality
(CTQ)
Penentuan
CTQ dilakukan dengan menggunakan cara kuisioner yang diarahkan kepada semua
operator, supervisor, quality control dan mekanik. Hasil yang didapat
yaitu
Tabel 3. CTQ
1.
Cara
setting temperatur curing
2.
Kebersihan
dan kondisi guide steel belt curing
3.
belt
Kondisi sambungan steel curing
Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
Tabel FMEA penyebab scratch
Tahap
Perbaikan
- Cara Setting
Temperatur Curing
- Kondisi
Sambungan Steel Belt Curing
- Kebersihan
dan Kondisi Guide Steel Belt Curing
A.
Review/Komentar
Analisa yang digunakan dengan
menggunakan metode six sigma pada mesin bodymaker line ABM 1 ternyata dapat
membantu mengatasi dan meminimalisir problem scratch/lecet yang sering terjadi
dimesin tersebut. Dengan data yang ada dan metode penerapan yang dilakukan
dapat diketatahui penyebab problem scratch/lecet tersebut terjadi. Penanganan
yang dilakukan untuk mengatasi problem sudah cukup tepat sasaran. Tujuan dari
analisa six sigma adalah mengurangi produk reject tiap bulannya hingga mencapai
8,5%.
Penyebab dari timbulnya problem
scratch tidak hanya dari mesin bodymaker saja tapi juga dari pengaruh manusia.
Dimana pengalaman operator, skill operator
serta kelalaian dalam menjalankan SOP.
Untuk menangani problem scratch
perlu adanya proses quality control. Sehingga proses produksi dapat terkendali
dengan baik serta problem scratch yang terjadi dapat diantisipasi sedini
mungkin agar produk cacat tidak banyak yang terbuang.
B.
Abstrak Jurnal
PT. United Can Company merupakan salah satu Perusahaan Perkalengan
terbesar di Asia yang memproduksi bebagai jenis kaleng. Namun dalam
perjalanannya dalam memperoleh kualitas yang baik tidaklah mudah dan mengalami
berbagai masalah. Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan
perkalengan pada departemen Assembly tempat penulis bekerja adalah
produksi kaleng Aerosol pada saat proses Bodymaker. Upaya penelitian
tugas akhir ini difokuskan pada penurunan tingkat defect yang terdapat pada
proses curing dengan metode Six Sigma. Metode Six Sigma ini disusun berdasarkan
sebuah metodologi penyelesaian masalah yang sederhana-DMAIC, yang merupakan
singkatan dari Define (merumuskan), Measure (mengukur), Analyze (menganalisa),
Improve (meningkatkan/memperbaiki) dan Control (mengendalikan), yang
menggabungkan bermacam – macam perangkat statistik serta pendekatan perbaikan
proses yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh DPMO yang tinggi
yaitu 93.266 dengan nilai sigma 1,69. Dengan Scratches sebagai jumlah reject
terbesar yaitu sebanyak 68.555 pcs atau 23,16% dari total reject
keseluruhan. Dari analisa fishbone diagram dan FMEA didapat 3 penyebab Scratches
yaitu temperature suhu curing, sambungan steel belt curing, kebersihan dan
kondisi guide steel belt curing serta harus dilakukan perbaikan guna mengurangi
jumlah reject.
C.
Daftar
Pustaka
Syaifulloh,
2014, Analisa Pengendalian Kualitas Aerosol
Can Dengan Menggunakan Metode Dmaic Pada Line Abm 1 Di Perusahaan
Perkalengan Indonesia, Jurnal PASTI Volume
VIII No 3, 340 – 348 (2014) diakses dalam link:
29
September 2016.
@C32-ELMAR
BalasHapusPenyebab dari timbulnya problem scratch tidak hanya dari mesin bodymaker saja tapi juga dari pengaruh manusia. Dimana pengalaman operator, skill operator serta kelalaian dalam menjalankan SOP.
Untuk menangani problem scratch perlu adanya proses quality control. Sehingga proses produksi dapat terkendali dengan baik serta problem scratch yang terjadi dapat diantisipasi sedini mungkin agar produk cacat tidak banyak yang terbuang.
@C10-DANU
BalasHapusartikel yang bagus..mengingat problem scratch yang begitu banyak terjadi memang sangat mengganggu proses produksi.selain penyebab scratch yaitu mesin dan operator alangkah baiknya kita juga lebih berkomunikasi dengan lawan shiftnya jika ada problem dengan masalah mengenai mesin dab hasil produksi tersebut..
terima kasih
@C10-DANU
BalasHapusartikel yang bagus..mengingat problem scratch yang begitu banyak terjadi memang sangat mengganggu proses produksi.selain penyebab scratch yaitu mesin dan operator alangkah baiknya kita juga lebih berkomunikasi dengan lawan shiftnya jika ada problem dengan masalah mengenai mesin dab hasil produksi tersebut..
terima kasih