.

Sabtu, 01 Oktober 2016


Review Jurnal: Analisa Pengendalian Kualitas Aerosol Can Dengan Menggunakan Metode Dmaic Pada Line Abm 1 Di Perusahaan Perkalengan Indonesia


A.   Judul Penelitian
ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS AEROSOL CAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA LINE ABM 1 DI PERUSAHAAN PERKALENGAN INDONESIA.

B.   Nama Penulis Lengkap Dengan Institusinya
Syaifulloh
Program Studi Teknik Industri,Universitas Muhammadiyah, Tangerang

C.    Nama Jurnal (lengkap dengan Volume, No, Bulan, Tahun, Institusi Penebit, dan link jurnal)
Jurnal PASTI Volume VIII No 3, 340 – 348 (2014)

D.   Latar Belakang Masalah
Dalam persaingan industri perkalengan, kualitas suatu kaleng akan mempengaruhi nilai jual maupun kepuasan konsumen. Dimana dalam pengendalian suatu barang yang dilakukan oleh suatu produksi pasti akan menghasilkan sebuah produk gagal atau reject yang disebabkan oleh berbagai faktor. Didalam jurnal yang saya baca, banyak indikasi yang menyebabkan suatu produk cacat atau reject. Karena indikasi produk cacat atau reject berupa scratch banyak terjadi di mesin bodymaker line ABM  1, maka analisa difokuskan pada mesin tersebut.

Analisa yang dilakukan dengan metode DMAIC pada mesin Bodymaker ABM 1 karena pada mesin tersebut banyak menyebabkan produk cacat berupa scratch.

E.    Masalah/Pertanyaan Penelitian

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan mencari dari mana problem yang membuat produk tersebut cacat berasal. Bagaimana cara mengatasi agar problem tersebut dapat diminimalisir.

F.    Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk Mengetahui jumlah reject yang terjadi dalam proses produksi kaleng Aerosol pada departemen assembly. Menganalisa proses dalam pembuatan kaleng yang menyebabkan terjadinya kaleng reject. Serta  Memberikan analisa dan rekomendasi terhadap permasalahan proses produksi yang dijumpai sampai dengan rencana tindakan perbaikan dengan metode DMAIC ( Define, Measure, Analize, Improve, Control) beserta tools statistic di dalamnya.

G.   Metode

Metode yang digunakan adalah six sigma dan metode DMAIC. Sigma adalah unit pengukuran statistikal yang mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. Six Sigma adalah sebuah program peningkatan kualitas dan profitabilitas perusahaan. Six Sigma membantu perusahaan dari semua ukuran untuk meningkatkan kualitas produk serta menghemat biaya produksi. Kualitas Six Sigma adalah suatu pengukuran statistik variasi dari suatu hasil yang diharapkan. Pengendalian kualitas Six Sigma digunakan untuk lingkungan keseluruhan organisasi yang dilakukan secara terus menerus.
Langkah-Langkah Penerapan Six Sigma Define (Memaparkan)

Define merupakan langkah awal dalam program peningkatan kualitas six sigma, pada tahap ini perlu didefinisikan proyek sig sigma, dimana kita perlu menetapkan prioritas utama tentang masalah-masalah yang perlu ditangani terlebih dahulu.

Measure (Mengukur)

Measure merupakan langkah operasional kedua dalam peningkatan kualitas six sigma, dimana kita mulai menentukan karakteristik kualitas yang berhubungan langsung dengan spesifikasi pelanggan (Critical To Quality/CTQ) kemudian melakukan perhitungan kapabilitas proses (Cp) sampai dengan menentukan level sigma perusahaan.

Analyse (Menganalisa)

Menganalisa data dan informasi yang telah diperoleh untuk menentukan penyebab timbulnya cacat.

Improve (Meningkatkan)
Tindak lanjut dari hasil analisa untuk meningkatkan kinerja.

Control (Mengendalikan)
           
Tahap pengendalian dari improvement yang telah dilakukan dan pembuatan standarisasi untuk menjadi pedoman kerja.

H.   Hasil Penelitian.

Tahap Pendefinisian (Define)

What ( Apa tujuan dari rencana ini dan apa targetnya?)
When (Menentukan periode pelaksaan rencana tindakan tersebut)

Who (Siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana tindakan tersebut
Why (Mengapa rencana tindakan tersebut dipilih)
Where (Pada proses mana rencana tersebut akan diterapkan)
How (Bagaimana tindakan itu akan diterapkan)



Tahap Pengukuran (Measure)

Aktivitas utama dalam tahap measure adalah mengetahui masalah yang ada serta menghitung kondisi kapabilitas perusahaan saat ini. Untuk mengetahui bagian proses yang menimbulkan cacat maka dilakukan pengukuran proses. Data yang digunakan dalam pengolahan ini adalah data proses produksi pada bulan Februari, Maret dan April 2015.


Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa Scratches merupakan cacat terbesar yaitu sebanyak 23,16 % atau dengan jumlah reject sebanyak 68.555 kaleng. Untuk itu cacat Scratches diprioritaskan dalam penelitian.


Gambar 1. Pareto chart

Defect Per Million Opportunities (DPMO) dan Level Sigma

Tabel 2. DPMO dan kapabilitas sigma

Dari hasil perhitungan di atas, tampak DPMO yang cukup tinggi yaitu: 93.266 yang dapat diinterpretasikan bahwa dari satu juta kesempatan yang ada akan terdapat 93.266 kemungkinan bahwa proses produksi akan menghasilkan produk kaleng cacat dan memiliki kapabilitas proses yang masih rendah yaitu sebesar 1,69 sigma.

Tahap Analisis (Analyse)

Pembuatan Fishbone


Gambar 2. Fishbone sebab-akibat diagram


            Penentuan Critical To Quality (CTQ)

Penentuan CTQ dilakukan dengan menggunakan cara kuisioner yang diarahkan kepada semua operator, supervisor, quality control dan mekanik. Hasil yang didapat yaitu


Tabel 3. CTQ

1.      Cara setting temperatur curing
2.      Kebersihan dan kondisi guide steel belt curing
3.      belt Kondisi sambungan steel curing

Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)

Tabel FMEA penyebab scratch


 Tahap Perbaikan
    • Cara Setting Temperatur Curing

    • Kondisi Sambungan Steel Belt Curing
    • Kebersihan dan Kondisi Guide Steel Belt Curing

A.   Review/Komentar
Analisa yang digunakan dengan menggunakan metode six sigma pada mesin bodymaker line ABM 1 ternyata dapat membantu mengatasi dan meminimalisir problem scratch/lecet yang sering terjadi dimesin tersebut. Dengan data yang ada dan metode penerapan yang dilakukan dapat diketatahui penyebab problem scratch/lecet tersebut terjadi. Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi problem sudah cukup tepat sasaran. Tujuan dari analisa six sigma adalah mengurangi produk reject tiap bulannya hingga mencapai 8,5%.

Penyebab dari timbulnya problem scratch tidak hanya dari mesin bodymaker saja tapi juga dari pengaruh manusia. Dimana pengalaman operator, skill operator  serta kelalaian dalam menjalankan SOP.

Untuk menangani problem scratch perlu adanya proses quality control. Sehingga proses produksi dapat terkendali dengan baik serta problem scratch yang terjadi dapat diantisipasi sedini mungkin agar produk cacat tidak banyak yang terbuang.

B.   Abstrak Jurnal
PT. United Can Company merupakan salah satu Perusahaan Perkalengan terbesar di Asia yang memproduksi bebagai jenis kaleng. Namun dalam perjalanannya dalam memperoleh kualitas yang baik tidaklah mudah dan mengalami berbagai masalah. Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan perkalengan pada departemen Assembly tempat penulis bekerja adalah produksi kaleng Aerosol pada saat proses Bodymaker. Upaya penelitian tugas akhir ini difokuskan pada penurunan tingkat defect yang terdapat pada proses curing dengan metode Six Sigma. Metode Six Sigma ini disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian masalah yang sederhana-DMAIC, yang merupakan singkatan dari Define (merumuskan), Measure (mengukur), Analyze (menganalisa), Improve (meningkatkan/memperbaiki) dan Control (mengendalikan), yang menggabungkan bermacam – macam perangkat statistik serta pendekatan perbaikan proses yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh DPMO yang tinggi yaitu 93.266 dengan nilai sigma 1,69. Dengan Scratches sebagai jumlah reject terbesar yaitu sebanyak 68.555 pcs atau 23,16% dari total reject keseluruhan. Dari analisa fishbone diagram dan FMEA didapat 3 penyebab Scratches yaitu temperature suhu curing, sambungan steel belt curing, kebersihan dan kondisi guide steel belt curing serta harus dilakukan perbaikan guna mengurangi jumlah reject.
           
C.   Daftar Pustaka
Syaifulloh, 2014, Analisa Pengendalian Kualitas Aerosol Can Dengan Menggunakan Metode Dmaic Pada Line Abm 1 Di Perusahaan Perkalengan Indonesia, Jurnal PASTI Volume VIII No 3, 340 – 348 (2014) diakses dalam link:
29 September 2016.





3 komentar:

  1. @C32-ELMAR


    Penyebab dari timbulnya problem scratch tidak hanya dari mesin bodymaker saja tapi juga dari pengaruh manusia. Dimana pengalaman operator, skill operator serta kelalaian dalam menjalankan SOP.

    Untuk menangani problem scratch perlu adanya proses quality control. Sehingga proses produksi dapat terkendali dengan baik serta problem scratch yang terjadi dapat diantisipasi sedini mungkin agar produk cacat tidak banyak yang terbuang.

    BalasHapus
  2. @C10-DANU

    artikel yang bagus..mengingat problem scratch yang begitu banyak terjadi memang sangat mengganggu proses produksi.selain penyebab scratch yaitu mesin dan operator alangkah baiknya kita juga lebih berkomunikasi dengan lawan shiftnya jika ada problem dengan masalah mengenai mesin dab hasil produksi tersebut..

    terima kasih

    BalasHapus
  3. @C10-DANU

    artikel yang bagus..mengingat problem scratch yang begitu banyak terjadi memang sangat mengganggu proses produksi.selain penyebab scratch yaitu mesin dan operator alangkah baiknya kita juga lebih berkomunikasi dengan lawan shiftnya jika ada problem dengan masalah mengenai mesin dab hasil produksi tersebut..

    terima kasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.