ABSTRAK
Indonesia telah mengenal konsep produktivitas sejak
tahun 1958 waktu konsep itu diperkenalkan di ITB dalam program teknik
produksi di bagian mesin. Yang dipelajari waktu itu adalah produktivitas pabrik
dan stasiun kerja. Dalam buku “Production Handbook” karangan Alford
and Bangs dapat ditemukan pembahasan tentang topik itu.
Namun, karena pada waktu itu suatu universitas atau perguruan tinggi dipandang sebagai pusat “texbook thinkers” seperti diucapkan oleh presiden Soekarno, maka dunia usaha tidak menaruh perhatian pada issue produktivitas. Lebih-lebih lagi bila diperhatikan sistem ekonomi terpimpin yang dilaksanakan, yang berkebijaksanaan “berdikari” tanpa kesiapan yang memadai untuk itu, menghasilkan struktur pasar yang “sellersmarket” dengan kelangkaan barang yang sangat mencolok di pasar akibatnya sudah jelas bahwa harga-harga barang meningkat dengan tajam. Tahun 1963 muncul inisiatif swasta untuk mendirikan Lembaga Produktivitas Indonesia, dengan tokoh Drs. Liem Siang Hien Ginting. Inisiatif inipun kandas dihantam badai inflasi Indonesia. Pembangunan Indonesia dilakukan dengan mengacu kepada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan dilaksanakan dengan pelita-pelita, maka atas dasar pengharapan bahwa pembangunan itu akan bejalan dengan baik dan berhasil pemerintah menyadari diperlakukannya alat-alat monitor yang baik. Salah satu diantaranya adalah diadakannya dengan keppres No. 15/1968 suatu pusat Produktivitas Nasional, dengan pengarahan diberikan oleh suaatu lembaga pengarahan yang terdiri atas unsur-unsur tripatrite (Pemerintah-Pengusaha-Buruh) dengan diketahui oleh Menteri Tenaga Kerja Pusat tersebut ditempatkan di Departemen Tenaga Kerja. Bulan Nopember 1983 dicapai kata sepakat untuk memasyarakatkan “Produktivitas” keseluruhan lapisan masyarakat selama lima tahun dengan disertai sedikit kegiatan percobaan “Pengukuran dan Usaha Perbaikan Produktivitas” di beberapa perusahaan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa peningkatan produktivitas menghasilkan penurunan biaya produksi dan usaha. Dan jika ia disertai dengan peningkatan kualitas produk, ketepatan waktu penyerahan dan pemberian pelayanan teknis pasca jual, maka daya saing usaha akan kuat.
Namun, karena pada waktu itu suatu universitas atau perguruan tinggi dipandang sebagai pusat “texbook thinkers” seperti diucapkan oleh presiden Soekarno, maka dunia usaha tidak menaruh perhatian pada issue produktivitas. Lebih-lebih lagi bila diperhatikan sistem ekonomi terpimpin yang dilaksanakan, yang berkebijaksanaan “berdikari” tanpa kesiapan yang memadai untuk itu, menghasilkan struktur pasar yang “sellersmarket” dengan kelangkaan barang yang sangat mencolok di pasar akibatnya sudah jelas bahwa harga-harga barang meningkat dengan tajam. Tahun 1963 muncul inisiatif swasta untuk mendirikan Lembaga Produktivitas Indonesia, dengan tokoh Drs. Liem Siang Hien Ginting. Inisiatif inipun kandas dihantam badai inflasi Indonesia. Pembangunan Indonesia dilakukan dengan mengacu kepada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan dilaksanakan dengan pelita-pelita, maka atas dasar pengharapan bahwa pembangunan itu akan bejalan dengan baik dan berhasil pemerintah menyadari diperlakukannya alat-alat monitor yang baik. Salah satu diantaranya adalah diadakannya dengan keppres No. 15/1968 suatu pusat Produktivitas Nasional, dengan pengarahan diberikan oleh suaatu lembaga pengarahan yang terdiri atas unsur-unsur tripatrite (Pemerintah-Pengusaha-Buruh) dengan diketahui oleh Menteri Tenaga Kerja Pusat tersebut ditempatkan di Departemen Tenaga Kerja. Bulan Nopember 1983 dicapai kata sepakat untuk memasyarakatkan “Produktivitas” keseluruhan lapisan masyarakat selama lima tahun dengan disertai sedikit kegiatan percobaan “Pengukuran dan Usaha Perbaikan Produktivitas” di beberapa perusahaan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa peningkatan produktivitas menghasilkan penurunan biaya produksi dan usaha. Dan jika ia disertai dengan peningkatan kualitas produk, ketepatan waktu penyerahan dan pemberian pelayanan teknis pasca jual, maka daya saing usaha akan kuat.
Bab 1.
PENDAHULUAN
Produktivitas
merupakan gabungan dari 2 kata yaitu product + activity. Adapun artinya
merupakan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) yang lenih
tinggi atau lebih baik. Menurut J. Ravianto, bahwa : Produktivitas adalah
sesuatu konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil kerja dengan sesuatu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja. Menurut Payaman
Simanjuntak : Produktivitas adalah berbandingan antarta hasil yang dicapai
(keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan)yang terdiri dari beberapa
faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang
merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas tergantung pada
kemampuan tentang manusia. Maka dpaat disimpulkan produtivitas adalah suatu
perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. Keefektifan ini
dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dibandingkan dengan hasil
yang dicapai. Konsep produktivitas merupakan perbandingan dari output terhadap
input. Semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti semakin banyak hasil
(output) yang dicapai.
Bab 2.
LANDASAN TEORI
2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas :
Kemampuan, adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan,
lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
Sikap, sesuatu yang menyangkut perangai kerja yang
banyak dihubungkan dengan moral dan semangat kerja.
Upah, upah atau
gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat menyebabkan
penurunan produktivitas.
2.2 Metode penelitian :
1. Objective Matrix adalah suatu sistem pengukuran
produktivitas parsial ynag dikembangkan untuk memantau produktivitas disuatu
perusahaan atau ditiap bagian saja dengan kriteria produktivitas yang sesuai
dengan keberadaan bagian tersebut.
2. Pendekatan rasio output/input
1. Pengukuran produktivitas parsial, produktivita faktor
utama total maupun produktivita total dapat menggunakan satuan fisik dari
output dan input (ukuran berat, panjang , isi, dll) atau satuan moneter dari
output dan input. (dolar,rupiah, dll).
2. Jika output dan input diukur dinyatakan dalam nilai
uang, maka ukuran ini dinamakan ukuran finansial.
Bab 3.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan rekayasa produktivitas merupakan faktor yang harus diperhatikan
dalam suatu perusahaan. Produktivitas bersangkutan dengan input dan output
suatu perusahaan.
3.2 SARAN
Segala bentuk
produktivitas harus tetap diperhatikan agar segala yang dilakukan dapat
berlangsung secara baik dan benar.
NAMA : WINDI
NIM : 41614010005
INSTANSI : UNIVERSITAS MERCU BUANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.