.

Selasa, 05 Mei 2020

Pentingnya Pendidikan Karekter Menjadi Pengaruh Perilaku Manusia

Pentingnya Pendidikan Karekter Menjadi Pengaruh Perilaku Manusia






@J30-Bendy, Kuis 09

Pembahasan
Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan bangsa dan proses pemerdekaan manusia tetapi mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas (Saksono, 2010: 76). Pengaruh globalisasi yang sedang dan akan berlangsung akan berpengaruh terus-menerus sampai waktu yang tidak ditentukan dan ini semakin sulit untuk diatasi. Melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang, rasanya sangat berat sehingga bangsa Indonesia harus secara serius menangani masalah ini.
Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran tujuan pendidikan nasional dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang menguasai scientia. Dengan penguasaan scientia dinilai mengarahkan peserta didik kepada hasil yang bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang membekali peserta didiknya dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta sifatsifat kemanusiaan dan moral luhur sebagai warga negara (Saksono, 2010: 76). Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memprihatinkan. Demoralisasi mulai merambah di dunia pendidikan seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri, kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan santun (Sutiyono dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2010: 42).
Kompleksitas permasalahan seputar karakter atau moralitas telah menjadi pemikiran sekaligus keperihatinan bersama. Krisis karakter atau moralitas ditandai oleh meningkatnya kejahatan tindak kekerasan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba), pornografi dan pornoaksi, serta pergaulan bebas yang sudah menjadi patologi dalam masyarakat. Adapun krisis moral lainnya yang sungguh nyata telah terjadi ialah perilaku korup yang telah mentradisi di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, krisis kepercayaan pun terjadi pada kelompok elit masyarakat, yakni perilaku korup yang semakin mengkhawatirkan. Demoralisasi ini karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas tekstual semata dan kurang mempersiapkan pembelajar untuk menyikapi kehidupan yang kontradiktif tersebut (Zubaedi, 2011: v). Menangani persoalan tersebut, maka implementasi pendidikan karakter menjadi suatu keniscayaan. Pendidikan karakter bukanlah suatu topik yang baru dalam pendidikan. Pada kenyataannya, pendidikan karakter ternyata sudah seumur dengan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para pembelajar untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku berbudi (Lickona, 2013: 7).
Schwartz (2008) dalam Samani & Hariyanto (2013: 168-175) menguraikan prinsip-prinsip pendidikan karakter yang efektif, yaitu:
·         Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai inti (ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukkan karakter yang baik
·         Karakter harus dapat dipahami secara komperhensif termasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku
·         Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti ke semua fase kehidupan
·         Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli
·         Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral;
·         Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua pembelajar dan membantu mereka untuk mencapai sukses
·        Pendidikan karakter harus secara nyata mengembangkan motivasi pribadi siswa

Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga) untuk menghadapi masa depan (Samani & Hariyanto, 2013:37). Dengan demikian, karakter yang ingin dibangun melalui pendidikan karakter bersifat inside-out, dalam arti bahwa perilaku yang terjadi karena dorongan dari dalam, bukan paksaan dari luar (Zubaedi, 2011: 191). Sehingga desain pendidikan karakter meliputi pengembangan potensi manusia dalam pengembangan karakter yang baik.

Karakter dibentuk oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, menurut Aushop (2014: 3) faktor-faktor yang dapat berpengaruh teradap pembentukkan karakter peserta didik diantaranya:
·         Corak nilai yang ditanamkan
·         Keteladanan sang idola
·         Pembiasaan
·         Ganjaran dan hukuman
·         Kebutuhan

Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses sadar yang dilakukan kepada peserta didik guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Diskursus tentang pendidikan senantiasa dikaitkan dengan upaya pembentukan karakter. Pada sisi lain, karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah prinsip, desain, strategi, dan model belajar yang dipengaruhi lingkungannya.

Daftar Pustaka
Amri, S., Jauhari, A., & Elisah, T. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran: Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa dalam Proses Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakarata.
Henricus, Suparlan. 2015. FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN SUMBANGANNYA BAGI PENDIDIKAN INDONESIA. Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1, Februari 2015.
Samani, M., & Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.