Sejarah dan Perkembangan Kopi di Indonesia
Kopi merupakan minuman
yang banyak diminati oleh sebagian orang. Oleh karena itu, permintaan terhadap
kopi akan selalu ada. Menurut sejarah, tanaman kopi mulai dikenal dibenua
Afrika dan awalnya tanaman kopi tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi.
Penyebaran awal kopi ke berbagai wilayah cukup lambat karena tanaman kopi hanya
berkhasiat sebagai penghangat badan, tetapi dengan adanya perkembangan
pengolahan kopi, tanaman kopi menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai
wilayah di Eropa, Asia, dan Amerika (Suwarto et al., 2014).Di
Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara
tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-coba, tetapi karena
hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi
perdagangan, maka VOC menyebarkan ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya
(Suwarto et al., 2014).
Sejarah
perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan yaitu pada tahun terjadi
ledakan penyakit Hemileia
vastatrix(HV)
yang menyerang daun tanaman kopi dan sangat membahayakan. Untuk mengatasi
kerusakan terhadap serangan penyakit Hemileia
vastatrix (HV) tersebut pada tahun 1875 didatangkan jenis Liberika yang
berasal dari Afrika Barat yang diduga lebih tahan terhadap penyakit Hemileia vastatrix (HV) tetapi kenyataannya
juga tidak tahan (Rahardjo, 2012). Pada tahun 1900, didatangkan kopi Robusta dari
Brussel yang dapat tumbuh baik dan lebih tahan penyakit Hemileia vastatrix (HV) walaupun tidak 100%. Akhirnya banyak
pengusaha yang menggantikan kopi Liberika dan Arabika dengan kopi Robusta. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Rahardjo (2012) bahwa kopi Robusta bukan
hanya tahan terhadap serangan penyakit HV tetapi juga relatif mudah ditanam serta
memiliki daya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan kopi Arabika. Pada saat
ini tanaman kopi Robusta di Indonesia lebih dari 95%, sedangkan selebihnya adalah
kopi Arabika dan jenis lain. Meskipun kopi Robusta ini semula ditanam dan
diusahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini telah
lebih banyak menjadi tanaman rakyat.
2.2 Tanaman Kopi
Menurut Suwarto et al.,(2014), kopi termasuk dalam
kingdom Plantae, divisi Spermatophyta dengan sub divisi
Angiospermae. Kopi juga tergolong dalam kelas Dicotyledonae yang
memiliki ordo Rubiales; famili Rubiaceae; genus Coffea
dan spesies Coffea sp.
Perakaran tanaman kopi adalah
akar tunggang sehingga tidak mudah rebah dimana akar tunggang tersebut hanya
dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung
(okulasi) (Suwarto et al., 2014). Tanaman
kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop tumbuh ke arah
vertikal dan cabang plagiotrop tumbuh ke arah horizontal serta memiliki daun berbentuk
lonjong dengan tulang daun yang tegas dan berwarna hijau mengkilap yang tumbuh
berpasangan dengan berlawanan arah (Rahardjo, 2012). Tanaman kopi membutuhkan
waktu 3 tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi tanaman berbunga dan
menghasilkan buah kopi. Semua spesies kopi berbunga berwarna putih dan beraroma
wangi yang muncul pada ketiak daunnya. Rahardjo (2012) menyatakan bahwa buah
kopi tersusun dari kulit buah (epicarp),
daging buah (mesocarp) dikenal dengan
sebutan pulp, dan kulit tanduk (endocarp).
Buah yang terbentuk akan matang selama 7-12 bulan. Setiap buah kopi memiliki
dua biji kopi.
Di
Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi. Berikut adalah jenis-jenis
kopi menurut Prastowo et al., (2010):
1. Kopi
Arabika
Kopi ini merupakan kopi yang paling banyak dan paling
dahulu perkembangannya di dunia maupun di Indonesia. Namun, kopi ini sangat
tidak tahan terhadap penyakit Hemileia
vastatrix, sehingga jenis tersebut banyak digantikan dengan jenis lain yang
tahan terhadap penyakit tersebut. Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Daun kecil, halus dan
mengkilat, panjang daun + 12-15 cm dan lebar + 6 cm
b. Biji buah lebih besar, berbau
harum dan rasanya lebih enak.
c. Di Indonesia, kopi ini dapat
berproduksi baik pada ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut.
d. Curah hujan yang optimal
sekitar 1.500-2.250 mm/tahun
e. Memerlukan angin yang tenang.
Karena
terjadinya mutasi, maka banyak kopi yang termasuk golongan Arabika. Jenis-jenis
kopi tersebut adalah kopi Arabika varietas Bourbon, jenis Catura, jenis Marago, jenis Pasumah, terdapat di
Sumatera, dan jenis
Congensis, asal dari Congo.
2. Kopi Robusta
Kopi jenis ini
berasal dari hutan khatulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai Uganda, dan
dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1.700 m. Ketinggian yang
optimal sekitar 300-800 m dengan curah hujan 1.250-2.500 mm/tahun. Sifat khusus
dari jenis Robusta adalah :
A.Bentuk yang
tumbuh tegak ke atas atau bentuk Robusta
B.Bentuk
melebar. Bila tidak dipangkas, bentuk tanaman ini akanmenjadi perdu dan daunnya
tumbuh lebih kecil
C. Bau dan
rasanya tidak seenak kopi Arabika, namun produksinya lebih tinggi
D. Pemeliharaannya
lebih mudah dan hemat.
E.Daun lebih kecil dengan
permukaan berombak dan dari batangnya banyak tumbuh cabang
F. Tahan terhadap Hemileia vastatri
DAFTAR
PUSTAKA
Setyaningrum.2015.Cerita Dibalik Secangkir Kopi Liberika Ibu (online). http://www.kompasiana.com/setyaningrum/cerita-dibalik-secangkir-kopi-liberika-ibu_55619d13719373dd35284aa9.
Diakses pada 30 April 2020
Prastowo
B., Elna K., Rubijo, Siswanto, Chandra I., Joni, M. 2010. Budidaya dan Pascapanen Kopi. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.
Suwarto et al. 2014. Top 15 Tanaman
Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.