Oleh : TAQIYAH RAHMA DINNA
Tahukah kalian seorang pelukis eksentrik yang telah menciptakan lebih dari 2000 karya seni yaitu Vincent van Gogh (1853-1890) ternyata menderita serangan gangguan psikologi berulang selama 2 tahun terakhir hidupnya dan berakhir dengan bunuh diri pada usia 37 tahun ?
Diketahui melalui berbagai biografi mengenainya bahwa ia mengidap epilepsi, depresi, berdelusi dan bipolar. Pada Desember 1888 ia mengalami gangguan psikologi dimana ia mengancam nyawa temannya yang sesama seniman yaitu Paul Gauguin, yang berujung pada moment ia memotong kuping kirinya sendiri.
Tahukah kalian seorang pelukis eksentrik yang telah menciptakan lebih dari 2000 karya seni yaitu Vincent van Gogh (1853-1890) ternyata menderita serangan gangguan psikologi berulang selama 2 tahun terakhir hidupnya dan berakhir dengan bunuh diri pada usia 37 tahun ?
Diketahui melalui berbagai biografi mengenainya bahwa ia mengidap epilepsi, depresi, berdelusi dan bipolar. Pada Desember 1888 ia mengalami gangguan psikologi dimana ia mengancam nyawa temannya yang sesama seniman yaitu Paul Gauguin, yang berujung pada moment ia memotong kuping kirinya sendiri.
Pada kasus
Vincent van Gogh tersebut merupakan salah satu contoh kasus bipolar disorder
yang paling ekstrim di dunia. Bipolar disorder (gangguan bipolar) merupakan
jenis penyakit kejiwaan atau psikologis yang ditandai dengan perubahan mood
(mood swing) yang sangat ekstrem. Mengutip dari laman ekahospital.com bahwa istilah bipolar disorder ini
mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat
bertolak belakang seperti dua kutub (bi-polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa
rasa bahagia (hipomania/mania) dan negatif berupa rasa sedih (depresi) yang
berlebihan.
Namun demikian, kita tidak bisa mendiagnosa seseorang dengan mudah bahwa
ia mengalami gangguan bipolar. Terdapat beberapa kriteria yang menunjukkan
bahwa seseorang mengalami gangguan bipolar. Psikiater Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (UI) di RS Cipto Mangunkusumo dr. Natalia Widiasih SpKJ
(K) MPd. Ked. mengungkapkan, fase maniak ditandai dengan kondisi mood yang
sangat meningkat (hipertimik), sedangkan fase depresi ditandai dengan mood yang
sangat menurun (hipotimik) pada jangka waktu tertentu antara satu hingga dua
minggu.
Jika membandingkan pasien dengan gangguan bipolar pada usia anak-anak
dan dewasa, pasien anak-anak dengan gangguan cenderung lebih hiperaktif
dibandingkan orang dewasa dengan gangguan yang sama. Terdapat sebuah jurnal
yang membahas mengenai perbedaan respon melalui raut wajah penderita bipolar
pada anak-anak dan orang dewasa. Selain itu, penelitian di masa depan harus meneliti
asosiasi antara aktivitas saraf selama pemrosesan informasi emosional,
perilaku, dan karakteristik klinis pada penderitanya.
Belum banyak yang tahu bahwa gangguan bipolar merupakan penyakit kronis
yang diderita manusia. Bahkan sebanyak 15% dari jumlah penderitanya berakhir
dengan bunuh diri. Maka dari itu, deteksi ide bunuh diri (suicidal ideation)
merupakan suatu yang wajib dideteksi pada pasien gangguan bipolar. Pasien
gangguan bipolar pun rentan terhadap resiko kematian akibat penyalahgunaan zat
serta kecelakaan. Keluarga memiliki peran penting dalam mengenali perubahan
perilaku pada pasien gangguan bipolar, misalnya perubahan cara berpakaian,
berdandan dan lainnya. Selain itu, mendeteksi perubahan sejak dini dapat
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Misteri penyebab bipolar hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun
mengenai gejala maniak atau depresi pada penderitanya diduga turut dipicu oleh
beberapa faktor, seperti adanya kelainan pada zat pengantar sinyal di otak.
Faktor pemicu lain adalah stress dan gaya hidup yang tidak baik. Banyak kasus
bipolar terjadi pada penderita yang mengalami tekanan dalam hidupnya dan juga
kecanduan minuman keras serta penyalahgunaan obat-obatan.
Lalu, apakah penyakit bipolar dapat disembuhkan ?
Perlu ditekankan bahwa Bipolar bukan merupakan suatu penyakit yang
menggerogoti tubuh penderitanya, namun Bipolar merupakan gangguan yang diderita
pada kejiwaan seseorang. Hal ini bisa menjadikannya sebagai ciri seseorang.
Sehingga Bipolar Disorder tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan dan terapi psikiatri.
Kambuhnya penyakit gangguan bipolar ini dapat disebabkan karena kurang patuhnya
pasien dalam melakukan terapi. Jika penyakitnya kambuh, maka akan berdampak
buruk kepada dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar, baik untuk masa
sekarang atau jangka panjang.
Berikut adalah langkah-langkah untuk mengatasi gangguan bipolar yang
dipaparkan oleh dr. Ashwin Kandouw SpKJ :
1.
Memperbaiki pola hidup dengan cara berolahraga
yang teratur, tidur yang cukup dan pola makan yang sehat.
2.
Dirujuk ke rumah sakit jika gejala semakin parah
dan dikhawatirkan perilakunya dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang
lain, misalnya bunuh diri.
3.
Memberikan obat-obatan yang dikombinasikan
dengan penanganan lain.
4.
Terapi psikologis mencakup dukungan dari
keluarga pasien.
5.
Pemberian obat dan terapi jangka panjang untuk
menurunkan frekuensi fase maniak dan depresi agar dicapai kehidupan normal bagi
penderita gangguan bipolar dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
Dalam hal ini, keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh dalam
memberikan dorongan kepada pasien gangguan bipolar agar mereka lebih optimis
dalam menjalani kehidupan. Berikan kasih sayang dan juga perhatian khusus
kepada mereka. Simpati dan empati dapat memberikan kekuatan bagi penderita
gangguan bipolar.
“Never
give up on someone with a mental illness. When ‘I’ is replaced by ‘We’. Illness
become wellness” –Shannon L. Alder.
Daftar Pustaka
:
Afrianti,
Adisti Nur. “Bipolar Disorder”. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016. https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Bipolar+Disorder
Eka Hospital. “Mengenal
Bipolar Disorder”. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016. http://www.ekahospital.com/mengenal-bipolar-disorder/
Gumulya, Daria
Rani. “Apa Itu Bipolar Disorder ?”. Diakses pada tanggal 09 Maret 2016. http://www.femina.co.id/article/apa-itu-bipolar-disorder-
Mardiani, Dewi.
2015. “ Menguak Masalah Gangguan Bipolar”. Republika: Jakarta.
Pilyoung, Kim.
dkk. 2012. Differing Amygdala Responses to Facial Expressions in Children and
Adults With Bipolar Disorder”. Am J Psychiatry 169: 642-649.
Terimakasih, cukup Informatif dan memberikan pembelajaran bagi masyarakat mengenai salah satu penyakit kejiwaan....
BalasHapusTerimakasih, cukup Informatif dan memberikan pembelajaran bagi masyarakat mengenai salah satu penyakit kejiwaan....
BalasHapus