Pemanfaatan energi hijau atau energy terbarukan
harus mulai digalakkan ddan tidak bisa ditunda lagi , guna menghindari bencana
kekurangan energy akibat habisnya cadangan minyak Indonesia. Cadangan energi
fosil di Indonesia semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam waktu
kurang dari sepuluh tahun.
Potensi pemanfaatan energi hijau di
Indonesia sangat besar , seperti
pemanfaatan panas bumi , energy surya , energy air , energy angina dan energy gelombang
samudra. Sumber terbarukan yang saat ini mulai dikembangkan adalah potensi
tanaman jarak sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Minyak jarak dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti minyak diesel untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
Karena pohon jarak bisa ditanam di hampir semua wilayah Indonesia , maka minyak
jarak sangat efektif untuk membangkitkan energy listrik daerah terpencil dan
minyak ini bisa diproduksi sendiri oleh komunitas yang membutuhkan listrik.
Minyak jarak didapat dari pohon jarak
pagar (Jatropha Curcas L.) yang merupakan tanaman semak keluarga Euphorbiaceae.
Dalam waktu lima (5) bulan tumbuhan yang tahan kekeringan ini mulai berbuah ,
produktif penuh saat berumur 5 tahun dan usia produktifnya sampai umur 50
tahun.
Minyak jarak bisa diperoleh dengan
pemerasan langsung secara sederhana tanpa perlu ditambahkan atau dicampur bahan
lainnya , sehingga minyak jarak berbeda dari Biodiesel dari bahan baku lainnya.
Dalam pemanfaatan untuk membangkitkan listrik tidak perlu menggunakan generator
karena minyak jarak dapat langsung digunakan pada genset yang sudah ada
dipasaran. Jika produksi minyak jarak sudah berjalan lancar , BBM bukan lagi
disiapkan pemerintah bagi rakyat , tetapi rakyat yang menyediakan BBM bagi
dirinya sendiri.
Briket Batu Bara dibanding Minyak Jarak
Penggunaan briket batu bara yang pada
awalnya dicanangkan oleh Pemerintah untuk keperluan rumah tangga penduduk miskin mulai
disubstitusi oleh minyak jarak. Dampak dari penggunaan briket batu bara yang
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker paru – paru dan infeksi saluran
pernafasan membuat pemerintah berpikir ulang mengenai kebijakannya tersebut.
Akibat lain dari penggunaan briket batu bara adalah kerusakan lingkungan
sebagai akibat dari pertambangan.
Selain itu , dari aspek keekonomisan
harga briket batu baru lebih mahal dibanding minyak jarak. Harga briket batu
bara berkisar Rp 1500/kg dan minyak jarak Rp 2000/liter , dipandang dari harga
minyak jarak memang lebih mahal akan tetapi 1 kg briket batu bara hanya
mengandung kalori rata – rata 5.500 kkal sementara 1 liter minyak jarak 9.500
kkal. Jika konsumsi minyak tanah rumah tangga per hari 0.5 liter , maka
keluarga tersebut membutuhkan sekitar 0.8 kg briket batu bara sebagai
penggantinya. Dengan demikian mereka harus mengeluarkan biaya sebesar Rp
432.000 untuk membeli 228 kg briket batu bara per tahun. Sedangkan jika minyak
tanah disubstitusi oleh minyak jarak maka keluarga tersebut membutuhkan 0.47
liter perhari. Dalam satu tahun mereka harus mengeluarkan biaya sebesar Rp
339.000 untuk 170 liter minyak jarak.
35.000 hektar dari sekitar 200.000
hektar lahan kritis di Sumatera Barat akan dikembangkan menjadi kebun tanaman
jarak yang dapa diolah menjadi biodiesel. Pengembangan tanaman jarak lebih
menguntungkan daripada kelapa sawit yang pada akhirnya lebih menimbulkan
kerusakan pada tanah. Pemanfaatan lahan kritis ini juga sebagai program
pengentasan kemiskinan dan juga mengurangi dampak sosial pengangguran yang relative
tinggi di daerah Sumatera Barat. Setidaknya , industri biodiesel menyerap
35.000 tenaga kerja.
Peluang Pengembangan Energi Terbarukan
a. Menipisnya cadangan minyak bumi
Dengan
pola konsumsi saat ini , diperkirakan dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi
dunia akan habis. Keadaan ini bisa diamati dengan kecenderungan meningkatnya
harga minyak di pasar dalam negeri , serta ketidakstabilan harga tersebut di
pasar internasional , karena beberapa Negara maju sebagai konsumen minyak
terbesar mulai melepaskan diri. Sebagai contoh : Pada tahun 1970 negara Jerman
mengkonsumsi minyak bumi sekitar 75% dari total konsumsi energinya , namun pada
tahun 1990 konsumsi tersebut turun hingga tinggal 50%.
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pelestarian lingkungan
Dalam
sepuluh tahun terakhir ini , pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pelestarian lingkungan hidup menunjukkan gejala positif. Masyarakat makin
peduli akan upaya penanggulangan segala bentuk potusi , mulai dari sekedar
menjaga kebersihan lingkungan sampai dengan mengontrol limbah buangan dna sisa
produksi. Banyak pembangunan proyek fisik yang memperhatikan factor pelestarian
lingkungan , sehingga perusakan ataupun pengotoran yang merugikan lingkungan
sekitar dapat dihindari , minimal dikurangi.
Daftar Pustaka
- Djojonegoro,W.,1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya “Bio Mature Unit” (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta.
- Fritzler, M.,1993, Stichwort-Umweltgiffe, Wilhelm Heyne Verlag, Moenchen, Germany.
- Jarass, 1980, Strom aus Wind – Integration einer regenerativen EnergieQuelle, Springer-Verlag, Berlin. Pinske,J.D.,1993, Elektrische Energieerzeugung, 2.vollst. ueberarb. Aufl., BG.Teubner, Stuttgart
- Ramani,K.V., 1992, Rural electnEcation and rural development, Rural electricfication guide book for Asia & Pacific, Bangkok.
- http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1135219550&3
- http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1112492995&5
- http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1104525307&7
- http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1135220883&3
- http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&110108942579
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.