.

Kamis, 17 Maret 2016

Teknik Pengolahan Hasil Pertanian: Studi Kasus Pengeringan



Sumber gambar: http//:jitunews.com
Secara umum pertanian merupakan pola dasar dari kehidupan manusia. Pertanian menyediakan bahan pangan, sandang dan kebutuhan air untuk sumber kehidupan.  Hasil pengelolan pertanian dibutuhkan adanya suatu teknik sehingga apa yang diharapkan akan sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh petani. Berbicara mengenai teknik maka pembahasan ini tidak akan jauh dari pengertian dasar mengenai teknik pertanian yang merupakan pendekatan teknik (engineering) secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan transformasi sumberdaya alam secara efisien dan efektif untuk pemanfaatannya oleh manusia. Bidang cakupan teknik pertanian antara lain adalah sebagai berikut : Alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari penggunaan, pemeliharaan dan pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian. Teknik tanah dan air, menelaah persoalan yang berhubungan dengan irigasi, pengawetan dan pelestarian sumberdaya tanah dan air.
Sebagai pembahasan utama dalam tulisan ini ialah teknik pengolahan hasil pertanian. Teknik ini merupakan penerapan dasar-dasar teknik dalam kegiatan pasca panen hasil pertanian yang meliputi pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan pengemasan. Akan tetapi, yang seringkali menjadi permasalahan petani ialah mengenai proses pengeringan gabah hasil panen. Petani terpaksa menjual hasil panen berupa  gabah basah atau gabah kering panen. Kualitas gabah dianggap rendah dan harga  menjadi turun. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini akan membahas mengenai teknik pengolahan hasil pertanian dalam proses pengeringan.
Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat (Daulay, 2005:3). Selain itu ia juga menjelaskan bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran yang memanfaatkan sinar matahari atau dengan cara buatan. Pengeriangan butan di samping untuk mengatasi pengaruh cuaca, kelembaban nisbi yang tinggi sepanjang tahun juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hasil pengeringan.
Secara umum telah diketahui bahwa proses pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara alami dan secara mekanis. Pengeringan secara alami dilakukan dengan menggunakan bantuan sinar matahari, dan hal ini kebanyakan yang digunakan oleh para petani. Hal ini karena mudah dilakukan oleh para petani, namun yang yang menjadi persoalan ialah apabila musim penghujan tiba maka sistem pengeringan yang semacam ini akan menganggu  proses pengeringan.
Selanjutnya ialah proses pengeringan dengan bantuan, hal ini jarang dilakukan oleh petani Indonesia. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam Daulay (2005) menjelaskan bahwa, Pengeringan dengan buatan dapat menggunakan udara dipanaskan. Udara yang  dipanaskan tersebut dialirkan ke bahan yang akan dikeringkan dengan menggunakan alat  penghembus fan (Brandenberg  et al (1982) dalam Daulay 2005). Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis ( pengeringan buatan ) yang  menggunakan tambahan panas memberikan  beberapa keuntungan diantaranya tidak  tergantung cuaca, kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak memerlukan tempat yang luas, serta kondisi pengeringan dapat dikontrol.  Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk memanaskan alat pengering, mengimbangi radiasi panas yang keluar dari alat, memanaskan bahan, menguapkan air bahan serta menggerakkan udara (Kartasapoetra (1994) dalam Daulay 2005). Alat pengering buatan pada umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan kipas, unit pemanas(heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber tenaga untuk mengalirkan udara penggerak dapat digunakan motor bakar atau motor listrik. Untuk alat pengering dengan unit pemanas, beberapa macam sumber energi panas yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi, batubara atau elemen pemanas listrik. salah satu contoh alat pengering buatan ialah Deep Bed tumpukan bahan cukup tebal dan wadah pengeringan mempunyai dasar lantai yang mempunyai lubang-lubang atau kawat anyaman sehingga udara panas dapat mengalir melalui bahan. Besar kecilnya ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan suhu yang rendah dan waktu yang lama ,agar kerusakan pada bahan dapat dihindari.
Gambar. 1. 1 Deep Bed (Daulay 2005)
Tulisan ini semoga bisa menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia khususnya petani untuk mengatasi permasalah ‘pengeringan padi’ sehingga masalah-masalah harga padi menurun karena masalah pengeringan dapat diatasi. Petani mempunyai pola pikir baru untuk mengembangkan alat pengering padi yang ketika panen tiba dijemur kini setelah mengetahui bisa mengembangkan mesin tersebut.


Referensi:
Daulay, Saipul Bahri. 2005. “Pengeringan Padi (Metode dan peralatan)”. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.