Sumber gambar: http//:jitunews.com
Secara umum pertanian merupakan pola dasar dari kehidupan manusia.
Pertanian menyediakan bahan pangan, sandang dan kebutuhan air untuk sumber
kehidupan. Hasil pengelolan pertanian
dibutuhkan adanya suatu teknik sehingga apa yang diharapkan akan sesuai dengan
hasil yang diperoleh oleh petani. Berbicara mengenai teknik maka pembahasan ini
tidak akan jauh dari pengertian dasar mengenai teknik pertanian yang
merupakan pendekatan teknik (engineering)
secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan
transformasi sumberdaya alam secara efisien dan efektif untuk pemanfaatannya oleh manusia. Bidang cakupan teknik pertanian
antara lain adalah sebagai berikut : Alat dan mesin budidaya
pertanian, mempelajari penggunaan, pemeliharaan dan pengembangan alat dan mesin
budidaya pertanian. Teknik tanah dan air, menelaah persoalan yang berhubungan dengan irigasi, pengawetan dan pelestarian sumberdaya tanah dan air.
Sebagai pembahasan utama dalam tulisan ini ialah teknik pengolahan
hasil pertanian. Teknik ini merupakan penerapan dasar-dasar teknik dalam
kegiatan pasca panen hasil pertanian yang meliputi pengangkutan, penyimpanan,
pengolahan dan pengemasan. Akan tetapi, yang seringkali menjadi permasalahan
petani ialah mengenai proses pengeringan gabah hasil panen. Petani terpaksa
menjual hasil panen berupa gabah basah
atau gabah kering panen. Kualitas gabah dianggap rendah dan harga menjadi turun. Oleh sebab itu, dalam tulisan
ini akan membahas mengenai teknik pengolahan hasil pertanian dalam proses
pengeringan.
Pengeringan pada dasarnya adalah proses
pemindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan
tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat (Daulay, 2005:3).
Selain itu ia juga menjelaskan bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan
penjemuran yang memanfaatkan sinar matahari atau dengan cara buatan.
Pengeriangan butan di samping untuk mengatasi pengaruh cuaca, kelembaban nisbi
yang tinggi sepanjang tahun juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hasil
pengeringan.
Secara umum telah diketahui bahwa proses
pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara alami dan secara
mekanis. Pengeringan secara alami dilakukan dengan menggunakan bantuan sinar
matahari, dan hal ini kebanyakan yang digunakan oleh para petani. Hal ini
karena mudah dilakukan oleh para petani, namun yang yang menjadi persoalan
ialah apabila musim penghujan tiba maka sistem pengeringan yang semacam ini
akan menganggu proses pengeringan.
Selanjutnya
ialah proses pengeringan dengan bantuan, hal ini jarang dilakukan oleh petani
Indonesia. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam Daulay (2005) menjelaskan bahwa,
Pengeringan dengan buatan dapat
menggunakan udara dipanaskan. Udara yang dipanaskan tersebut dialirkan ke bahan yang
akan dikeringkan dengan menggunakan alat penghembus fan (Brandenberg et al (1982) dalam Daulay 2005). Pengeringan
dengan menggunakan alat mekanis ( pengeringan buatan ) yang menggunakan tambahan panas memberikan beberapa keuntungan diantaranya tidak tergantung cuaca, kapasitas pengeringan dapat
dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak memerlukan tempat yang luas, serta
kondisi pengeringan dapat dikontrol. Pengeringan
mekanis ini memerlukan energi untuk memanaskan alat pengering, mengimbangi
radiasi panas yang keluar dari alat, memanaskan bahan, menguapkan air bahan
serta menggerakkan udara (Kartasapoetra (1994) dalam Daulay 2005). Alat
pengering buatan pada umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan kipas, unit
pemanas(heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber tenaga untuk
mengalirkan udara penggerak dapat digunakan motor bakar atau motor listrik.
Untuk alat pengering dengan unit pemanas, beberapa macam sumber energi panas
yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi, batubara atau elemen pemanas
listrik. salah satu contoh alat pengering buatan ialah Deep Bed tumpukan
bahan cukup tebal dan wadah pengeringan mempunyai dasar lantai yang mempunyai
lubang-lubang atau kawat anyaman sehingga udara panas dapat mengalir melalui
bahan. Besar kecilnya ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan suhu yang rendah dan waktu yang lama
,agar kerusakan pada bahan dapat dihindari.
Gambar. 1. 1 Deep Bed (Daulay 2005)
Tulisan ini semoga bisa menjadi
referensi bagi masyarakat Indonesia khususnya petani untuk mengatasi permasalah
‘pengeringan padi’ sehingga masalah-masalah harga padi menurun karena masalah
pengeringan dapat diatasi. Petani mempunyai pola pikir baru untuk mengembangkan alat pengering padi yang ketika panen tiba dijemur kini setelah mengetahui bisa mengembangkan mesin tersebut.
Referensi:
Daulay, Saipul Bahri. 2005. “Pengeringan Padi
(Metode dan peralatan)”. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.