BENDUNG
Oleh: Rifaldi Panjaitan (@J11-RIFALDI)
(Sumber: Penulis, 2020)
Bendung
merupakan bangunan melintang sungai yang dibangun untuk mengubah karakteristik
aliran sungai guna untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Mawardi dan Memet (2010)
dalam Sembiring, CE. (2016) mengatakan bahwa fungsi utama dari bendung adalah
untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure). Fungsi lain adalah untuk mengendalikan aliran, angkutan
sedimen, dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman,
efisien, dan optimal. (Pangestu,
A. D., & Astuti, S. A. Y. 2018)
1. Bendung
Tetap
Menurut
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Direktorat Irigasi
dan Rawa (2013), bangunan air ini dengan
kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk
meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir
dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan maksud untuk meredam
energi.
Ada
2 tipe atau jenis bendung tetap dilihat dari bentuk struktur ambang
pelimpahannya, yaitu:
1. Ambang
tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya as ambang tersebut
berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai.
2. Ambang
tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe seperti ini diperlukan
bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang
kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan menggunakan tipe ini akan didapat
panjang ambang utama yang lebih besar, dengan demikian akan didapatkan
kapasitas pelimpahan debit yang besar. Mengingat bentuk fisik ambang dan
karakter hidrolisnya, disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada saluran.
Dalam
hal diterapkan di sungai harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Debit
relatif stabil
2. Tidak
membawa material terapung berupa batang-batang pohon
3. Efektivitas
panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan tertentu.
Contoh
Bendung Toliwang (Berdasarkan sumber dari:
Taims, Awin. 2011)
Gambar
1. Bendung Toliwang
(Sumber: Taims, 2011)
(Sumber: Taims, 2011)
Bendung
Toliwang merupakan bendung tetap sehingga muka air banjir tidak dapat diatur
elevasinya. Perencanaan bendung toliwang telah dilakukan sejak tahun 1994,
kemudian dimulai proses pelaksanaan fisiknya pada tahun 1999 hingga tahun 2003.
Pembangunan bendung toliwang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertanian dengan berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya.
Seperti
yang telah didefinisikan sebelumnya, bendung adalah suatu bangunan yang
dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan atau
membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan
secara grafitasi ke daerah yang membutuhkanya.
Ditinjau
dari segi fungsinya, bendung toliwang termasuk bendung penyadap, dimana bendung
ini digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk keperluan irigasi. Sedangkan
dari segi sifatnya merupakan bendung permanen.
Bentuk
dari pelimpah bendung toliwang adalah pelimpah lurus yang umum digunakan pada
bendung tetap. Dibangun melintang di palung sungai dan tegak lurus antara
tembok pangkal dan pilar pembilas bendung.
Terdapat
beberapa komponen utama bendung toliwang antara lain:
1. Tubuh
Bendung.
Tubuh
bendung terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan peredam
energinya.
Tubuh
bendung terbuat dari beton dengan ketinggian dihitung dari elevasi lantai udik
hingga elevasi mercu setinggi 3,5 meter dengan panjang / lebar bentang bendung
30 meter dihitung dari jarak antar dua tembok pangkal.
Bentuk
mercunya bulat dengan satu jari- jari pembulatan. Bentuk ini umum digunakan
karena bentuknya yang sederhana sehingga mudah dalam pelaksanaanya. Selain itu
juga bentuk mercunya yang besar sehingga lebih tahan terhadap benturan dan juga
tahan terhadap goresan atau abrasi karena terbuat dari beton.
Pada
tubuh bendung juga terdapat bangunan peredam energi bendung. Bangunan peredam
energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung yang
terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok
pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir. Fungsi dari bangunan
peredam energi adalah untuk meredam energi air akibat pembendungan, agar air di
hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan
struktur. Tipe dari bangunan peredam energi bendung toliwang adalah tipe lantai
hilir mendatar dengan ambang akhir dimana kolam olaknya terdiri atas lantai
hilir mendatar.
Gambar
2. Tubuh Bendung Toliwang
(Sumber: Taims, 2011)
(Sumber: Taims, 2011)
2. Bangunan
Intake
Bangunan
intake bendung toliwang terdiri dari lantai/ ambang dasar, pintu,
dinding banjir, pilar penempatan pintu, jembatan pelayan, dan rumah pintu. Untuk
intake-nya merupakan intake biasa dengan pintu berlubang satu dan
terletak tegak lurus terhadap sumbu sungai.
Gambar
3. Bangunan Intake Bendung Toliwang
(Sumber: Taims, 2011)
(Sumber: Taims, 2011)
3. Bangunan
Pembilas
Tipe
bangunan pembilas bendung toliwang adalah tipe pembilas undersluice,
yakni merupakan satu kesatuan dengan bangunan intake-nya. Pintu pembilas
diletakkan segaris dengan sumbu bendung. Bangunan diletakkan di sisi luar tubuh
bendung dekat tembok pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung. Mulut undersluice
mengarah ke udik.
Komponen-komponen
pada bangunan pembilas diantaranya:
Ø Undersluice
dan perlengkapanya
Ø Pintu
pembilas
Ø Pilar-pilar
penempatan pintu
Ø Tembok
baya-baya
Ø Jembatan
pelayanan
Ø Rumah
pintu
Ø Sponing
pintu
Ø Tembok
pangkal
Ø Tangga
Gambar
4. Bangunan Pembilas Bendung Toliwang
(Sumber: Taims, 2011)
(Sumber: Taims, 2011)
4. Bangunan
Perlengkapan
Bangunan
perlengkapan lainya seperti tembok pangkal, sayap bendung, dan lantai udik.
5. Kantong
Lumpur
Kantong
lumpur merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai panjang tertentu
untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk
mengendap. Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran tersebut
diperdalam atau diperlebar. Bentuk dari kantong lumpur toliwang adalah
kombinasi antara persegi dan trapezium terbalik. Lebar dasar saluran kantong
lumpur b, = 2,5 m dengan perbandingan kemiringan ½. Untuk pembersihan endapan
sedimen ini dilakukan baik secara periodik maupun tergantung kondisi lapangan.
Gambar
5. Kantong Lumpur Bendung Toliwang
(Sumber: Taims, 2011)
(Sumber: Taims, 2011)
2. Bendung
Karet (Bendung Gerak Horisontal)
Menurut
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Direktorat Irigasi
dan Rawa (2013), bendung karet memiliki 2 bagian pokok, yaitu :
1. Tubuh
bendung yang terbuat dari karet.
2. Pondasi
beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu
ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang
dan mengempisnya tabung karet.
Bendung
ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan
menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat
dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara
atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara
atau air (manometer).
Bendung
karet dapat diumpamakan sebagai kantong karet yang dipasang melintang sungai
atau saluran air. Dengan memompa air/udara kedalamnya, bendung karet akan
menggelembung sehingga menahan aliran serta dapat menaikan tinggi muka air di
sungai/saluran tersebut. Sebaliknya dengan mengempiskan secara manual atau
otomatis akan dapat dibuat rata penuh dengan dasar sungai/saluran. Dan
diinginkan dapat dikempiskan sebagian.
Keunggulan:
1. Waktu
pelaksanaan relatif cepat, sederhana / mudah
2. Bentang
dapat lebih panjang (maksimum 100 m),
tanpa/ sedikit pilar.
3. Tubuh
bendung fleksibel dapat mengikuti bentuk pondasi
4. Konstruksi
sub struktur (pondasi) relatif lebih ringan sehingga biaya lebih murah dan
flesibel terhadap nurunan tanah dan pondasi.
5. Operasi
dan pemeliharaan tanpa membutuhkan dayayang besar, biaya rendah,tidakperlu
pengecatan dan tidak korosi.
Contoh
Bendung Karet Kalijajar (Berdasarkan sumber dari:
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (PUSDATARU) Provinsi
Jawa Tengah)
Gambar
6. Bendung Karet Kalijajar
(Sumber: Dinas PUSDATARU Jateng)
(Sumber: Dinas PUSDATARU Jateng)
Gambar
7. Bendung Karet Kalijajar
(Sumber: Dinas PUSDATARU Jateng)
(Sumber: Dinas PUSDATARU Jateng)
Kecamatan
Bonang Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah seluas kurang lebih 8.3244 Ha
terdiri dari 5.970 ha sawah, 248 Ha tegalan, 877 Ha tambak/kolam, 1.229 Ha
pekarangan dan prasarana umum. Jumlah penduduk 52.414 jiwa (1994) dengan mata
pencariaan sebagai petani 21.935 jiwa (42%0 nelayan 6.582 jiwa (12%) sisanya sebagai
pedagang, pekerja, pegawai dan anak sekolah. Dari tanah sawah seluas 5.970 Ha
82% berupa sawah tadah hujan dan sisanya sawah non teknis sehingga setiap tahun
hanya mampu bercocoktanam satu kali padi dan selanjutnya bero. Dalam musim
kemarau mereka membuat bendung darurat dari trucuk kayu dan dinding bambu diisi
tanah dengan maksud menahan air laut agar tidak masuk ke hulu sungai dan
mengempang air tawar dibagian hulu untuk keperluan sehari-hari. Bendungan
darurat tersebut dibongkar kembali pada awal musim hujan agar tidak menimbulkan
malapetaka banjir di bagian hulunya. Biaya untuk pembuatan dan pembongkaran
bendung darurat ini membebani warga desa dan Pemda setempat. Untuk mengganti
sistem bendung darurat tersebut Pemerintah Pusat melalui Proyek Pengembangan
Wilayah Sungai Jratunseluna Ditjen. Pengairan Departemen Pekerjaan Umum
membantu membangun bendung karet Kalijajar di desa Jatirogo. Dengan dibangunnya
bendung karet ini biaya yang disediakan oleh Pemerintah daerah setiap tahunnya
dapat dialihkan untuk membangun prasarana umum lainnya.
Lokasi
Bendung
Karet Kalijajar terletak di Kalijajar, Desa Jatirogo Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak Propinsi Jawa Tengah, 7 km arah Utara kota Demak (jurusan Wedung) 5,5 km
dari muara laut Jawa.
Bendung
Karet Kalijajar dibangun dengan maksud dan tujuan:
1. Mencegah
intrusi air laut di daerah pantai di sekitar Kalijajar pada daerah pertanian
produktif, pemukiman terutama di musim kemarau, sehingga dapat memperbaiki
lingkungan hidup di daerah tersebut
2. Menyediakan
air tawar untuk keperluaan sehari-hari bagi penduduk sekitar Kalijajar sebesar
425 liter/detik atau 13.402.800 m3 /tahun
3. Menyediakan
air irigasi pedesaan seluas 500 Ha untuk sawah di sekitarnya.
4. Menambah
kesejahteraan masyarakat desa di Kecamatan Bonang sejumlah kurang lebih 21.000
jiwa.
Perencanaan
Dipilih
Bendung karet sebagai alternatif utama karena beberapa pertimbangan antara
lain:
1. Dari
segi Hydraulis, pengoperasian lebih mudah, terutama untuk mengatasi banjir
dengan mengempiskan secara penuh sehingga debit banjir kurang lebih 355 m3/dt
dapat cepat mengalir.
2. Dari
sgi teknis, waktu pelaksanaan lebih cepat dan mudah,relatif lebih ringan
sehingga pondasi tidak besar/'berat, tahan terhadap pengaruh gempa, tahan
terhadap penutunan pondasi/tanah, tidak terjadi rebesan air melalui samping
maupun bawah tubuh bendung dan dapat dipasang pada bentang yang cukup lebar.
3. Dari
segi ekonomis, harga bangunan lebih murah karena dapat dibuatdengan cepat dan
ringan dibandingkan dengan type kontruksi lainnya.
Pelaksanaan
Waktu
pelaksanaan mulai bulan Juli 1994 sampai dengan Maret 1995.
Biaya
Pelaksanaan
Biaya
pelaksanaan dari APBN Rp 7.227.101.000 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel
1. Biaya Pelaksanaan Bendung Karet Kalijajar
(Sumber:
Dinas PUSDATARU Jateng)
Peran
Serta Masyarakat
Untuk
memanfaatkan lebih luas jaringan irigasi dari bandung karet Kalijajar ini
dikembangkan Irigasi Desa (PID) yang melibatkan petani di Kecamatan Bonang di
desa Sarangan seluas 200 Ha pada tahun 1994/1995 dan 164 ha pada tahun 1995/1996.
PT.
Wijaya Karya salah satu BUMN Departemen Pekerjaan Umum, untuk mengatasi
kesulitan penyediaan air bersih menyumbang pembangunan Instalasi Penjernihan
Air (IPA) mempergunakan Tenaga Surya Sebagai penggerak Pompa dengan kapasitas
2,5 Liter/detik di desa Jatirogo dan pengelolaan selanjutnya diserahkan kepada
karang taruna Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
Hasil
Yang Telah Dicapai
Untuk
sawah tadah hujan telah ditingkatkan menjadi sawah iriasi teknis dengan pola
tanam semula padi bero-bero menjadi padi padi polowijo dan produksi beras dari
2 ton/ha/tahun menjadi 10 tom/ha/tahun. Dengan dibangunnya IPA berkapasitas 2,5
liter/detik masyarakat desa Jatirogo dan sekitarnya sejumlah 300 KK dapat
menikmati air bersih untuk keperluaan air minum terutama dimusim kemarau.
Data
Teknis
1. Bendung
a. Type
: Karet isi air
b. Panjang
: 2 x 37,75 m
c. Tinggi
(isi Penuh) : 3 meter
d. Lebar
(isi Penuh) : 5,5 meter
e. Tebal
karet : 10,5 mm
2. Pondasi
Tiang pancang
beton d = 500 mm dalam = 28 meter
3. Lantai
Dasar Beton Bertulang tebal = 800 mm
4. Elevasi
muka air di hulu bendung : +2,13 mm
5. Elevasi
Mercu Bendung (isi Penuh) : +1,27 m
6. Elevasi
air laut pasang : +1,16 m
7. Elevasi
dasar sungai : - 1,73 m
8. Volume
tampungan : ± 1,450.000 m3
9. Kolam
penyendap lumpur : 80 x 4,80 m
DAFTAR
PUSTAKA
Dinas
Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (PUSDATARU) Provinsi Jawa
Tengah. Bendung Karet Kalijajar. Demak.
Kementrian
Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Direktorat Irigasi dan Rawa.
2013. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama
(Head Works) KP-02. Jakarta.
Pangestu, A. D., & Astuti, S. A. Y. (2018).
STUDI GERUSAN DI HILIR BENDUNG KOLAM OLAK TIPE VLUGHTER DENGAN PERLINDUNGAN
GROUNDSILL. Jurnal Teknisia, 23(1), 463-473.
Sembiring,
CE. (2016). Analisis Debit Air Irigasi (Suplai dan Kebutuhan) di Sekampung Sistem.
Tugas Akhir. Universitas Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.