Pengendalian
kualitas
oleh choirunnisa ( J29-Nisa )
Pengendalian kualitas sangat
dibutuhkan untuk menjamin tingkat kualitas produk atau jasa dari suatu
perusahaan. Tetapi, tetap saja ada produk cacat didalam suatu produksi. Oleh karena
itu, pengendalian kualitas dengan menggunakan metode six sigma bisa diandalkan
untuk mengurangi tingkat cacat produk pada produksi di suatu perusahaan. Feigenbaum (1991) “kualitas
merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,
engineering, manufacture, dan maintenance, atau yang disebut dengan konsep
organization wide total quality control dalam mana produk dan jasa tersebut
dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”.
Tujuan utama adanya pengendalian
kualitas adalah menjamin suatu kualitas produk atau jasa mendapatkan hasil yang
sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan dan mengeluarkan biaya
yang ekonomis. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah menyidiki sebab-sebab
dengan cepat atau pergeseran proses sedemikan hingga penyelidikan terhadap
proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit
yang tidak sesuai diproduksi (Montgomery D.C. 1990).
Pengendalian kualitas adalah proses
yang digunakan untuk menjamin tingkat kualitas dalam produk atau jasa.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, dengan
aktivitas itu kita ukur ciriciri kualitas produk, membandingkannya dengan
spesisifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai
apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. (Montgomery
D.C. 1990).
Six sigma merupakan sebuah metode perbaikan kualitas berbasis statistik
yang memerlukan disiplin tinggi dan dilakukan secara komprehensif yang mengeleminasi
sumber masalah utama dengan
pendekatan DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Six sigma
adalah sebuah metodologi terstruktur untuk
memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi
proses(process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa
yang tidak memenuhi
spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving
tools secara intensif. Metode ini
lebih dikenal sebagai
sebuah metode peningkatan
kualitas dan strategi
bisnis yang tidak
menghasilkan cacat (defect)
melebihi 3,4 per
1 juta kesempatan
Menurut Gaspersz (2005:310) apabila
konsep Six sigma akan ditetapkan dalam bidang manufakturing, terdapat enam
aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Identifikasi karakteristik produk
yang memuaskan pelanggan (sesuai kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2. Mengklasifikasikan semua
karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical To-Quality) individual
3. Menentukan apakah setiap CTQ
tersebut dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin proses kerja
dan lain-lain.
4. Menentukan batas maksimum toleransi
untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan (menentukan nilai UCL dan LCL
dari setiap CTQ). Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan
nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ ).
5. Mengubah desain produk dan / atau
proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma
Daftar
Pustaka :
1. Montgomery, Douglas C. 1990.
Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta.Gadjah Mada University
Press
2. Feigenbaum, A.V. (1991). Total
Quality Control (3 rd edition). New York: McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.