.

Rabu, 29 April 2020

pengendalian kualitas


Pengendalian kualitas


oleh choirunnisa ( J29-Nisa )

Pengendalian kualitas sangat dibutuhkan untuk menjamin tingkat kualitas produk atau jasa dari suatu perusahaan. Tetapi, tetap saja ada produk cacat didalam suatu produksi. Oleh karena itu, pengendalian kualitas dengan menggunakan metode six sigma bisa diandalkan untuk mengurangi tingkat cacat produk pada produksi di suatu perusahaan. Feigenbaum (1991) “kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, atau yang disebut dengan konsep organization wide total quality control dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”.
Tujuan utama adanya pengendalian kualitas adalah menjamin suatu kualitas produk atau jasa mendapatkan hasil yang sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan dan mengeluarkan biaya yang ekonomis. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah menyidiki sebab-sebab dengan cepat atau pergeseran proses sedemikan hingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi (Montgomery D.C. 1990).
Pengendalian kualitas adalah proses yang digunakan untuk menjamin tingkat kualitas dalam produk atau jasa. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, dengan aktivitas itu kita ukur ciriciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesisifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. (Montgomery D.C. 1990).
Six  sigma  merupakan sebuah   metode perbaikan kualitas berbasis statistik yang memerlukan disiplin tinggi dan dilakukan secara komprehensif yang mengeleminasi sumber masalah  utama  dengan  pendekatan DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Six sigma adalah sebuah    metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi  variasi  proses(process  variances) sekaligus  mengurangi cacat  (produk/jasa  yang  tidak  memenuhi  spesifikasi)  dengan  menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif.   Metode   ini   lebih   dikenal   sebagai   sebuah   metode  peningkatan  kualitas  dan  strategi  bisnis  yang  tidak  menghasilkan  cacat  (defect)  melebihi  3,4  per  1  juta     kesempatan   
Menurut Gaspersz (2005:310) apabila konsep Six sigma akan ditetapkan dalam bidang manufakturing, terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1.       Identifikasi karakteristik produk yang memuaskan pelanggan (sesuai kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2.       Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical To-Quality) individual
3.       Menentukan apakah setiap CTQ tersebut dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin proses kerja dan lain-lain.
4.       Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan (menentukan nilai UCL dan LCL dari setiap CTQ). Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ ).
5.       Mengubah desain produk dan / atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma

Daftar Pustaka :
1.       Montgomery, Douglas C. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta.Gadjah Mada University Press
2.       Feigenbaum, A.V. (1991). Total Quality Control (3 rd edition). New York: McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.