Abstrak
Pandemic
Covid 19 atau
dikenal sebagai Corona Virus,
pada saat ini dampaknya bukan hanya kepada kesehatan. Tetapi dampaknya mulai terasa pada sektor bahan makanan. Dimana saat pandemic Covid
19 banyak
sekali perilaku masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan moral
dikarenakan perilaku masyarakat yang ingin mencari keuntungan
sendiri yang tidak memikirkan nasib orang lain serta tidak imemikirkan dampaknya
kedepannya terutama pada sektor makanan. Dimana perilaku panic buying yang dilakukan
masyarakat terutama mengenai bahan makanan ini menyebabkan naiknya harga bahan
makanan serta masyarakat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dimana sudah seharusnya pemerintah memperhatikan permasalahan tersebut dengan
memperhatikan stok bahan makanan dan mengambil tindakan tegas kepada pedagang
yang memanfaatkan kondisi pandemic Covid 19 ini dengan sengaja menjual harga bahan
makanan diatas harga normal.
Pendahuluan
Penyakit Coronavirus 2019 ( COVID-19 )
adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan ,
ibu kota provinsi Hubei China, dan
sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi
koronavirus 2019-20 yang sedang berlangsung . Pada tanggal
27 April 2020, lebih dari 3 juta kasus telah
dilaporkan di 185 negara dan wilayah, yang mengakibatkan lebih dari 208.000 kematian . Lebih
dari 878.000 orang telah pulih.
Langkah-langkah yang disarankan untuk mencegah infeksi termasuk
sering mencuci tangan , menjaga jarak fisik dari orang lain (terutama
dari mereka yang memiliki gejala), menutupi batuk, dan menjaga tangan yang
tidak dicuci menjauh dari wajah. Selain itu, penggunaan penutup wajah
direkomendasikan bagi mereka yang curiga memiliki virus dan pengasuh mereka. Rekomendasi
untuk penggunaan penutup wajah oleh masyarakat umum berbeda-beda, dengan
beberapa pihak berwenang merekomendasikan penggunaannya, beberapa
merekomendasikan penggunaannya, dan yang lain membutuhkan penggunaannya. Saat
ini, tidak ada cukup bukti untuk atau menentang penggunaan masker (medis atau
lainnya) pada individu sehat di komunitas yang lebih luas. Juga masker yang
dibeli oleh publik dapat berdampak pada ketersediaan penyedia layanan
kesehatan
Permasalahan
Banyaknya korban virus
corona yang oleh WHO diberi nama resmi Covid-19, tak memberikan
greget, kesadaran akan pentingnya melakukan pencegahan. Salah satunya, CTPS -- Cuci Tangan Pakai Sabun, sesuai anjuran
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang
masih dimaknai sekadar slogan.
Jumlah kasus yang terkonfirmasi, Minggu (16/02/20), sebanyak 69.031
dengan jumlah kematian sebanyak 1.666 (Kompas.com/South China Morning Post).
Bila alasannya tak ada fasilitas, tak sepenuhnya benar. Di tempat-tempat
umum, seperti rumah makan, toilet dan lainnya yang memungkinkan banyak kuman,
masih saja ditemukan para pengunjung yang tidak melakukan kebiasaan Cuci Tangan
Pakai Sabun - CTPS, meski telah tersedia.
Cuma CTPS 20 detik saja, memungkinkan terbebas dari ancaman virus
corona, Covid-19, dan mereka-mereka santai saja banyak yang merasa tak harus
melakukannnya.
Dikatakan mungkin, karena CTPS hanyalah satu dari sekian banyak anjuran
Kementerian Kesehatan dan WHO, seperti konsumsi makanan bergizi seimbang, rajin
olahraga dan istirahat cukup, menjaga kebersihan lingkungan, tidak merokok,
gunakan masker bila batuk atau tutup mulut dengan lengan atas bagian dalam.
Selain itu, minum air mineral 8 gelas/hari, makan makanan yang dimasak
sempurna dan jangan makan dari daging hewan yang berpotensi menularkan, bila
demam dan sesak nafas segera ke fasilitas kesehatan, dan jangan lupa berdoa.
Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun -- CTPS merupakan perilaku mudah yang
sangat sulit dibiasakan. Pasalnya, dampak buruknya tak langsung dirasakan,
hingga diabaikan dan dilupakan bahwa jalan masuk kuman termasuk virus, paling
mudah melalui sentuhan tangan.
Tangan yang telah melakukan kegiatan bersentuhan dengan benda-benda
hidup maupun mati, pastinya banyak mengandung kuman atau virus, yang salah
satunya mungkin saja Covid-19.
Pada saat tangan kotor, tak melakukan CTPS, dan menyentuh kulit wajah,
mata, bibir dan hidung kita, tak sadar diri bahwa kita telah memindahkan kuman
atau virus memasuki tubuh.
Adapun gejala virus corona : demam, batuk pilek, gangguan pernafasan,
sakit tenggorokan dan letih lesu. Nampaknya virus mulai bekerja pada saat demam.
Diikuti batuk kering, dan seminggu kemudian napas terasa berat, dan beberapa
pasien akan butuh perawatan rumah sakit.
Pengalaman yang tersimpul, ketika di sebuah industri pengolahan makanan
-- minuman, yang bertahun-tahun tak berhasil menyadarkan karyawannya harus cuci
tangan sebelum memasuki ruangan produksi, terpaksa menggunakan kamera pemantau.
Daftar Pustaka:
penyakit virus covid-19 https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019
CTPS, Sadarkan bahya virus covid-19 https://www.kompasiana.com/stalgijk/5e490531d541df7d9d0597b2/ctps-sadarkan-bahaya-virus-covid-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.