.

Kamis, 30 April 2020


Geothermal di indonesia
Oleh : Muhammad Zainal Abidin





Geothermal adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi.Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 °C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi "Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan".

Di tengah rencana transisi penggunaan energi terbarukan tersebut, tidak banyak yang sadar bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan geotermal (panas bumi) terbesar di dunia. Sampai saat ini, pemanfaatan potensi tersebut belum maksimal. Posisi Indonesia dalam wilayah tumbukan lempeng tektonik dan garis khatulistiwa membuat negara ini memiliki cadangan energi yang besar. Indonesia memiliki cadangan energi fosil seperti minyak, gas dan batu bara dan cadang energi nonfosil seperti energi geotermal, air, angin, dan matahari. Penggunaan energi fosil bersifat merusak lingkungan dan cadangannya yang terus menipis. Maka ketergantungan terhadap energi fosil harus dikurangi dengan menggantinya dengan energi terbarukan dengan cadangan yang berlimpah, salah satunya geotermal. Jumlah potensi sumber daya geotermal Indonesia sekitar 11.073 Megawatt listrik (MWe) dan cadangannya sekitar 17.506 MWe. Kapasitas pembangkit listrik secara nasional yang pada akhir 2016 memproduksi listrik 59,6 Gigawatt (GWe) atau 59.600 MWe. Maka, jika potensi tersebut digunakan semua sebagai pembangkit listrik, maka menambah kapasitas 18% dari total produksi listrik saat ini. Penyebaran sumber energi geotermal ini hampir merata, bisa ditemukan lebih dari 300 titik dari Sabang sampai Merauke. Energi ini dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik dan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber tenaga listrik. Kebijakan pemanfaatan energi geotermal secara serius akan dapat mengatasi krisis listrik  yang saat ini sangat menghantui masyarakat Indonesia. Dalam Road Map Pengembangan Geotermal yang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia menargetkan mengembangkan energi geotermal sekitar 7000 MW pada 2025. Sebuah program yang cukup ambisius. Karena itu dibutuhkan investasi yang besar, penyiapan teknologi eksplorasi dan produksi, manajemen, penyediaan sumberdaya manusia yang kompeten dengan jumlah yang cukup, serta dukungan iklim investasi yang menarik bagi investor. Energi raksasa bumi Energi geotermal adalah energi panas yang terkandung dalam fluida air (bisa dalam uap, cair, atau campuran keduanya) yang berada pada kedalaman lebih dari 1 kilometer di bawah permukaan bumi. Fluida panas ini memiliki temperatur dan tekanan yang tinggi. Bahkan, ada yang memiliki temperatur lebih dari 300 derajat Celsius. Ini menjadikan geotermal sebagai penyedia energi yang masif.
Menurut atlason R dalam studi nya bahwa maintenance dari sumber energi ini cukup murah karena jarang kerusakan dalam jangka panjang yang dapat merusak pembangkit ini.
Pengembangan terbaru nya datang dari Sullivan JL dalam pengembangan nya ditemukan perhitungan yang lebih efisien untuk dalam menjalankan operasi energi geothermal ini.

menurut Asosiasi panas bumi di indonesia seharus nya panas bumi dapat menjadi sumber energi terbarukan yang dapat membangun perekonomian nasional serta menciptakan lapangan kerja bagi engineer yang memang peminatan nya di dalam hal tersebut

Asosiasi ini juga bekerja sama dengan PLTP geothermal matsukawa dalam pengembangan terbaru energi ini menurut API pengembangan geothermal di indonesia dapat dijadikan sumber ketahanan energi nasional dikarenakan sifat panas bumi yang bisa terbarukan dan jumlah nya cukup melimpah di indonesia dan hal ini harus dapat dimanfaatkan pemerintah indonesia

                                    Daftar Pustaka
  • ·         Atlason R, Oddsson G, Unnthorsson R. Geothermal power plant maintenance: evaluating maintenance system needs using quantitative kano analysis. Energies. 2014;7:4169–84.
  • ·         Clark C, Harto C, Sullivan JL, Wang M. Water use in the development and operation of geothermal power plants (No. ANL/EVS/R-10/5), Argonne, IL (United States): Argonne National Laboratory (ANL). 2010.

Muhammad Zainal Abidin
41417010029
Universitas Mercubuana






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.