.

Rabu, 29 April 2020

ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT


ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT

Oleh: Agung Saputra (@J15-AGUNG)


ABSTRAK
Krisis energi mengharuskan pemerintah untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk energi yang memanfaatkan arus laut, gelombang laut, pasang surut dan perbedaan suhu air laut. Energi laut mampu menghasilkan listrik yang dapat diakses oleh sektor industri dan rumah tangga secara luas. Prinsip kerja sama seperti pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik. ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut air laut yaitu Dam pasang surut (tidal barrages) dan Turbin lepas pantai (offshore turbines).
Kata Kunci: Energi Terbarukan, Energi laut, Pembangkit listrik tenaga pasang surut.

PENDAHULUAN
            Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara didunia akan habis dalam waktu dekat karena eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Untuk itu kita hatus menemukan alternatif sumber energi yang dapat menghasilkan energi secara kontinu demi berlangsungnya kehidupan manusia, yaitu menggunakan energi terbarukan yang tersedia sepanjang tahun. Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya terdiri dari laut. Sebagai akibatnya Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang didunia setelah Kanada. Laut yang ada di indonesia memiliki potensi untuk digali energi gelombangnya karena memiliki gelombang laut yang cukup potensial dikonversikan menjadi energi listrik sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.

PERMASALAHAN
            Permasalahan yang akan dibahas yaitu, bagaimana pasang surut air laut itu terjadi dan potensi apa saja yang dapat menghasilkan listrik oleh pemanfaatan pasang surut air laut.


PEMBAHASAN
           Pasang surut air laut merupakan fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan (Dronkers, 1964).  Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi tarik terhadap bumi yang besarnya tergantung pada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding dengan matahari.  Hal ini disebabkan karena masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya ini menyebabkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.  Pasang surut air laut tersebut terbentuk karena adanya rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang menyebabkan kenaikan dan penurunan permukaan air laut di wilayah pesisir secara periodik.
            Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Prinsip kerja sama seperti pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik. Energi tersebut diperoleh dari pemanfaatan ketinggian pasang surut permukaan laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap energi yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat pasang surut. Arus Pasang surut dapat menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya danbisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam satu hari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut air laut. waktu siklus pasang surut bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listrik yang dihasilkan relatif lebih dapat diandalkan dari pada pembangkit listrik bertenaga ombak. Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut air laut yaitu Dam pasang surut (tidal barrages) dan Turbin lepas pantai (offshore turbines).
1. Dam pasang surut (tidal barrages)
Teknologi yang digunakan sebenarnya adalah teknik tradisional hydro-electric, dengan adanya dam (bendungan) yang melewati suatu teluk. Kemudian dilengkapi pintu-pintu air dan turbin dipasang sepanjang dam yang memisahkan kolam dan laut. Teluk yang ujungnya sempit sangat cocok diterapkan. Ketika terjadi air pasang surut mengakibatkan tingkat ketinggian air yang berbeda di dalam dan di luar dam, pintu-pintu air akan terbuka, air yang mengalir melewati turbin akan berputar menjalankan generator untuk menghasilkan listrik. Pemanfaatan energi ini memerlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air laut.
2. Turbin lepas pantai (offshore turbines)
Tidal Turbine seperti turbin angin. Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus pantai yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knots (4 dan 5,5 m/jam). Pada kecepatan ini, turbin arus berdiameter 15meter dapat menghasilkan energi sama dengan turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin lepas pantai ini tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik yang dapat dihasilkan menurut perusahaan Marine Current Turbine - Inggris adalah lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi lainnya yang sangat berpotensi di Inggris telah teridentifikasi perusahaan ini. selain itu Lokasi ideal lainnya yang bisa dikembangkan antara lain di Filipina, Cina dan tentunya Indonesia. Penggunaan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan dam pasang surut (tidal barrage): lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.perusahaan yang telah mengembangkan teknologi tersebut yaitu, Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris.

KESIMPULAN
            Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Pembangkit listrik tenaga pasang surut sangat unggul karena pasang surut air dapat diprediksi dengan baik karena dipegaruhi oleh pergerakan bumi dan serta gravitasi bulan dan matahari. selain itu teknologi tersebut ramah lingkungan. Untuk diindonesia sendiri Sumber energi terbarukan ternyata belum dimanfaatkan secara Sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan sisanya, kurang dari 10%, yang memanfaatkan sumber energi terbarukan.

DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A. (2007). Energi terbarukan dalam pembangunan berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan8(2).
Surinati, D. (2007). Pasang Surut Dan Energinya. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.