ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA PASANG SURUT
Oleh: Agung Saputra (@J15-AGUNG)
ABSTRAK
Krisis energi mengharuskan pemerintah untuk mendorong
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk energi yang memanfaatkan
arus laut, gelombang laut, pasang surut dan perbedaan suhu air laut. Energi
laut mampu menghasilkan listrik yang dapat diakses oleh sektor industri dan
rumah tangga secara luas. Prinsip kerja sama
seperti pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar
turbin dan mengahasilkan energi listrik. ada dua metodologi untuk memanfaatkan
energi pasang surut air laut yaitu Dam pasang surut (tidal barrages) dan Turbin
lepas pantai (offshore turbines).
Kata
Kunci: Energi Terbarukan, Energi laut, Pembangkit
listrik tenaga pasang surut.
PENDAHULUAN
Cadangan minyak bumi, gas alam dan
batu bara didunia akan habis dalam waktu dekat karena eksploitasi dilakukan
tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Untuk itu kita hatus menemukan
alternatif sumber energi yang dapat menghasilkan energi secara kontinu demi
berlangsungnya kehidupan manusia, yaitu menggunakan energi terbarukan yang
tersedia sepanjang tahun. Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya
terdiri dari laut. Sebagai akibatnya Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang
didunia setelah Kanada. Laut yang ada di indonesia memiliki potensi untuk
digali energi gelombangnya karena memiliki gelombang laut yang cukup potensial
dikonversikan menjadi energi listrik sebagai sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar fosil.
PERMASALAHAN
Permasalahan
yang akan dibahas yaitu, bagaimana pasang surut air laut itu terjadi dan
potensi apa saja yang dapat menghasilkan listrik oleh pemanfaatan pasang surut
air laut.
PEMBAHASAN
Pasang surut air laut merupakan
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan (Dronkers, 1964). Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi
tarik terhadap bumi yang besarnya tergantung pada besarnya masa benda yang
saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang
lebih besar dibanding dengan matahari.
Hal ini disebabkan karena masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi
posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya ini menyebabkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut air laut tersebut terbentuk
karena adanya rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini,
yang menyebabkan kenaikan dan penurunan permukaan air laut di wilayah pesisir
secara periodik.
Energi pasang surut (Tidal Energy)
merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan
pasang surut. Prinsip kerja sama seperti pembangkit listrik tenaga air, dimana
air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik. Energi
tersebut diperoleh dari pemanfaatan ketinggian pasang surut permukaan laut
terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi
dengan menangkap energi yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat
pasang surut. Arus Pasang surut dapat menggerakkan air dalam jumlah besar
setiap harinya danbisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi dalam jumlah yang
cukup besar. Dalam satu hari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut
air laut. waktu siklus pasang surut bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5
jam sekali), suplai listrik yang dihasilkan relatif lebih dapat diandalkan dari
pada pembangkit listrik bertenaga ombak. Pada dasarnya ada dua metodologi untuk
memanfaatkan energi pasang surut air laut yaitu Dam pasang surut (tidal
barrages) dan Turbin lepas pantai (offshore turbines).
1.
Dam pasang
surut (tidal barrages)
Teknologi
yang digunakan sebenarnya adalah teknik tradisional hydro-electric, dengan
adanya dam (bendungan) yang melewati suatu teluk. Kemudian dilengkapi
pintu-pintu air dan turbin dipasang sepanjang dam yang memisahkan kolam dan
laut. Teluk yang ujungnya sempit sangat cocok diterapkan. Ketika terjadi air
pasang surut mengakibatkan tingkat ketinggian air yang berbeda di dalam dan di
luar dam, pintu-pintu air akan terbuka, air yang mengalir melewati turbin akan
berputar menjalankan generator untuk menghasilkan listrik. Pemanfaatan energi
ini memerlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air laut.
2.
Turbin lepas pantai (offshore turbines)
Tidal
Turbine seperti turbin angin. Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus
pantai yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knots (4 dan 5,5 m/jam). Pada kecepatan
ini, turbin arus berdiameter 15meter dapat menghasilkan energi sama dengan
turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin lepas pantai ini
tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik
yang dapat dihasilkan menurut perusahaan Marine Current Turbine - Inggris
adalah lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi lainnya yang sangat
berpotensi di Inggris telah teridentifikasi perusahaan ini. selain itu Lokasi
ideal lainnya yang bisa dikembangkan antara lain di Filipina, Cina dan tentunya
Indonesia. Penggunaan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai pembangkit
listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan dam pasang
surut (tidal barrage): lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang
relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun
lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.perusahaan yang
telah mengembangkan teknologi tersebut yaitu, Blue Energy dari Kanada, Swan
Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris.
KESIMPULAN
Energi pasang surut (Tidal Energy)
merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan
pasang surut. Pembangkit listrik tenaga pasang surut sangat unggul karena pasang
surut air dapat diprediksi dengan baik karena dipegaruhi oleh pergerakan bumi
dan serta gravitasi bulan dan matahari. selain itu teknologi tersebut ramah
lingkungan. Untuk diindonesia sendiri Sumber energi terbarukan ternyata belum
dimanfaatkan secara Sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi
berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan sisanya, kurang dari
10%, yang memanfaatkan sumber energi terbarukan.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A. (2007). Energi terbarukan dalam
pembangunan berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, 8(2).
Surinati, D. (2007). Pasang Surut Dan
Energinya. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.