.

Kamis, 17 Maret 2016

Pemanfaatan Lumpur Lapindo sebagai Bahan Baku Pembuatan Genteng (Keramik dengan Variasi Suhu Pembakaran)



Pemanfaatan Lumpur Lapindo sebagai Bahan Baku  Pembuatan Genteng / Keramik dengan Variasi Suhu Pembakaran


Semburan lumpur Lapindo mengeluarkan lumpur yang volumenya sangat besar. Lumpur tersebut  menggenangi areal persawahan, pemukiman dan kawasan  industry  sampai saat ini semburan belum berhenti tetapi lumpur belum dimanfaatkan.
Oleh sebab itu dicoba memanfaatkan  lumpur  Lapindo  untuk  dibuat  genteng.  Lumpur yang mengandung oksida silika 55,4 %, alumina 16,1 % dan besi 8,9 % dengan komposisi tersebut kemungkinan lumpur dapat dibuat genteng. Lumpur yang sudah kering dihaluskan menjadi ukuran  butir  80  mesh selanjutnya ditambah  air  sampai  plastis. Lumpur  yang  sudah  plastis dicetak  dengan ukuran  6 x 3 x 3 cm  kemudian dikeringkan menggunakan udara sekitar. setelah kering sampel dibakar menggunakan furnance pada suhu bervariasi mulai 500 - 900°C,  setelah  dingin sampel diuji  kuat tekan, modulus patah dan daya serap terhadap air. Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  semakin  tinggi  suhu  pembakaran  diperoleh  kuat  tekan yang semakin besar dan daya serap air semakin kecil. Kuat tekan paling besar 142 kg/cm² dan daya serap air paling kecil 0,06 g/cm² pada suhu 900°C. Pada suhu pembakaran 500 sampai 700°C modulus  patah  turun  dari  72,78  menjadi 41,81 kg/cm² sedangkan pada 700 - 900°C modulus patah naik menjadi 126,7kg/cm². Hasil terbaik  diperoleh  pada  suhu pembakaran  800°C  dengan  modulus  patah  sebesar 103,18 kg/cm² dan daya serap air 0,08 g/cm². Hasil tersebut memenuhi  sarat  sebagai  genteng  tipe 1 menurut  SII.0027-81 UDC. 666.74.
 Kata Kunci: Lumpur Lapindo; genteng; variasi suhu.



1.  Pendahuluan (Introduction)
Pembangunan yang pesat sekarang ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan bangunan antara lain genteng. Berdasarkan laporan Pertiwi dan Theresia (2012), Pengujian toksikologi di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab, Bogorlab) diperoleh kesimpulan bahwa lumpur Sidoarjo  tidak  termasuk  limbah  B3  baik untuk  bahan anorganik  seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa,  Sianida Bebas dan sebagainya, maupun bahan organik seperti : Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene,  Chloroform  dan  sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia di bawah baku mutu. Lebih  lanjut,  analisis  bahan  yang terkandung di dalam lumpur Lapindo ditunjukkan  pada Tabel 1.

 

Berdasarkan Tabel 1, kandungan Silikat dan aluminium ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan material keramik. Setyowati (2009) memanfaatkan lumpur lapindo sebagai campuran dalam pembuatan genteng keramik untuk meningkatkan kekuatan. Namun pada penelitian sebelumnya  masih  perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar hasil genteng dapat memenuhi standar. Keramik adalah bahan atau  produk  dari bahan anorganik kecuali logam atau paduan logam dengan cara dipanaskan sampai terjadi peleburan sebagian atau seluruh bahan (Austin, 1996). Industri keramik digolongkan menjadi keramik halus, bahan bangunan dari tanah, gelas, email, bahan perekat mortel, bahan tahan api dan abrasive (Astuti, 1997). Tanah liat pada umumnya dapat dijadikan bahan untuk membuat genteng, kualitas genteng tergantung jenis tanah liat dan cara pembuatannya. Macam-macam  genteng adalah:  Genteng  tanah,  genteng  beton,  genteng  keramik, genteng  asbes, genteng  sirap  dan  genteng  metel. Genteng yang baik adalah genteng yang mempunyai permukaan atas yang halus, tidak retak dan bentuknya seragam (SII, 1987). Standar genteng ditunjukkan pada Tabel.2
Tabel 2. Syarat mutu genteng (SII, 1987)
 

Pada  penelitian  ini  akan  digunakan  variasi  temperatur dalam  pembuatan  genteng  keramik  dari  lumpur  lapindo agar sesuai dengan standar SII.


2.  Metode Penelitian
2.1 Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan bahan lumpur Lapindo dan air. Lumpur  diambil  di  area lumpur  Sidoarjo  dan  air diambil dari  laboratorium  teknologi  keramik  UPN  “VETERAN” Yogyakarta.
2.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, jaw crusher, disk mill,ayakan, timbangan, alat  pencetak, furnance, alat uji modulus patah dan alat uji kuat tekan.
2.3 Pembuatan Keramik
Penelitian ini diawali dengan penyiapan  bahan  baku. Lumpur dikeringkan di bawah sinar  matahari, kemudian dihancurkan menggunakan jaw crusher sampai ukuran lebih  kurang 0,5 cm, dilanjutkan dengan disk mill sampai ukuran lolos 80 mesh.Lumpur yang sudah dihaluskan ditambah air sampai plastis kemudiandicetak dengan ukuran 6x3x3cm. Benda uji  kemudian dikeringkan menggunakan udara di sekeliling. Selanjutnya dilakukan pembakaran benda uji. Benda uji yang sudah kering  dibakar menggunakan furnance pada suhu bervariasi mulai 500 sampai 900°C. Setelah benda uji dingin selanjutnya diuji kuat tekan,  modulus  patah  dan daya serap air.

3. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lumpur Lapindo dapat digunakan sebagai bahan membuat genteng/ keramik. Benda uji dengan suhu pembakaran 800°C mempunyai  modulus patah sebesar 103,18 kg/cm² dan daya serap air 0,08 g/cm². Hasil ini telah memenuhi  standard sebagai  genteng  tipe  I menurut SII. 0027-81 UDC. 666.74. dengan kuat tekan dan modulus patah tersebesar 142  kg/cm² dan  103,18 kg/cm² diperoleh  pada suhu 900°C serta daya serap air terkecil sebesar 0,06  gr/cm² diperoleh  pada suhu  pembakaran 900°C.


Daftar Pustaka :
Astuti, A., 1997, Pengetahuan Keramik, Gajah Mada University Pres, Yogyakarta.
Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process industries, 5th ed., Mc Graw Hill, New York :
Budworth, D.W., 1970, An Introduction to Ceramic Science, 1 st.ed., Pergamon Press, New York pp 59 –60, 248 – 251.
Pertiwi,  D.,  Theresia  Maria,  C.A.,  2012.   Alternatif penggunaan  lumpur  lapindo  sebagai  pengganti sebagian  semen  untuk  bahan  bangunan.  Jurnal Iptek.16(2): 67-73.
Setyowati, E.W., 2009. Lapindo sebagai campuran untuk meningkatkan kekuatan genteng keramik. Jurnal Rekayasa Sipil. 3(1): 29-35.
SII. 1991, 0021-78 UDC. 666.71,”Mutu dan Cara Uji Bata Merah  Pejal”, Dewan  standardisasi  Nasional  DSN Jakarta.
SII. 1987, 0447-81  UDC.  666.74,”Mutu  dan  Cara  Uji Genteng Beton”, Dewan standardisasi Nasional DSN Jakarta
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.