Pemanfaatan
Lumpur Lapindo sebagai Bahan Baku
Pembuatan Genteng / Keramik dengan Variasi Suhu Pembakaran
Semburan lumpur Lapindo mengeluarkan
lumpur yang volumenya sangat besar. Lumpur tersebut menggenangi areal persawahan, pemukiman dan kawasan industry
sampai saat ini semburan belum berhenti tetapi lumpur belum
dimanfaatkan.
Oleh sebab itu dicoba memanfaatkan lumpur Lapindo untuk dibuat genteng. Lumpur yang mengandung oksida silika 55,4 %, alumina 16,1 % dan besi 8,9 % dengan komposisi tersebut kemungkinan lumpur dapat dibuat genteng. Lumpur yang sudah kering dihaluskan menjadi ukuran butir 80 mesh selanjutnya ditambah air sampai plastis. Lumpur yang sudah plastis dicetak dengan ukuran 6 x 3 x 3 cm kemudian dikeringkan menggunakan udara sekitar. setelah kering sampel dibakar menggunakan furnance pada suhu bervariasi mulai 500 - 900°C, setelah dingin sampel diuji kuat tekan, modulus patah dan daya serap terhadap air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pembakaran diperoleh kuat tekan yang semakin besar dan daya serap air semakin kecil. Kuat tekan paling besar 142 kg/cm² dan daya serap air paling kecil 0,06 g/cm² pada suhu 900°C. Pada suhu pembakaran 500 sampai 700°C modulus patah turun dari 72,78 menjadi 41,81 kg/cm² sedangkan pada 700 - 900°C modulus patah naik menjadi 126,7kg/cm². Hasil terbaik diperoleh pada suhu pembakaran 800°C dengan modulus patah sebesar 103,18 kg/cm² dan daya serap air 0,08 g/cm². Hasil tersebut memenuhi sarat sebagai genteng tipe 1 menurut SII.0027-81 UDC. 666.74.
Oleh sebab itu dicoba memanfaatkan lumpur Lapindo untuk dibuat genteng. Lumpur yang mengandung oksida silika 55,4 %, alumina 16,1 % dan besi 8,9 % dengan komposisi tersebut kemungkinan lumpur dapat dibuat genteng. Lumpur yang sudah kering dihaluskan menjadi ukuran butir 80 mesh selanjutnya ditambah air sampai plastis. Lumpur yang sudah plastis dicetak dengan ukuran 6 x 3 x 3 cm kemudian dikeringkan menggunakan udara sekitar. setelah kering sampel dibakar menggunakan furnance pada suhu bervariasi mulai 500 - 900°C, setelah dingin sampel diuji kuat tekan, modulus patah dan daya serap terhadap air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pembakaran diperoleh kuat tekan yang semakin besar dan daya serap air semakin kecil. Kuat tekan paling besar 142 kg/cm² dan daya serap air paling kecil 0,06 g/cm² pada suhu 900°C. Pada suhu pembakaran 500 sampai 700°C modulus patah turun dari 72,78 menjadi 41,81 kg/cm² sedangkan pada 700 - 900°C modulus patah naik menjadi 126,7kg/cm². Hasil terbaik diperoleh pada suhu pembakaran 800°C dengan modulus patah sebesar 103,18 kg/cm² dan daya serap air 0,08 g/cm². Hasil tersebut memenuhi sarat sebagai genteng tipe 1 menurut SII.0027-81 UDC. 666.74.
Kata Kunci: Lumpur Lapindo; genteng; variasi suhu.
1. Pendahuluan (Introduction)
Pembangunan yang pesat sekarang ini menyebabkan
meningkatnya kebutuhan bahan bangunan
antara lain genteng. Berdasarkan laporan Pertiwi dan Theresia (2012), Pengujian toksikologi di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo,
Corelab, Bogorlab) diperoleh kesimpulan bahwa
lumpur Sidoarjo tidak
termasuk limbah B3
baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun bahan organik seperti : Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform
dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter
bahan kimia di bawah baku mutu. Lebih
lanjut, analisis bahan
yang terkandung di dalam lumpur Lapindo ditunjukkan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, kandungan Silikat dan aluminium
ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan material keramik.
Setyowati (2009) memanfaatkan lumpur lapindo sebagai campuran dalam pembuatan genteng keramik untuk meningkatkan kekuatan. Namun pada penelitian sebelumnya masih
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar hasil genteng
dapat memenuhi standar. Keramik adalah bahan atau produk dari bahan anorganik kecuali logam atau paduan
logam dengan cara dipanaskan sampai terjadi peleburan sebagian atau seluruh bahan
(Austin, 1996). Industri keramik digolongkan
menjadi keramik halus, bahan bangunan dari tanah, gelas, email, bahan perekat
mortel, bahan tahan api dan abrasive (Astuti, 1997). Tanah liat pada umumnya
dapat dijadikan bahan untuk membuat genteng, kualitas genteng tergantung jenis
tanah liat dan cara pembuatannya. Macam-macam
genteng adalah: Genteng tanah,
genteng beton, genteng
keramik, genteng asbes, genteng
sirap dan genteng
metel. Genteng yang baik adalah genteng yang mempunyai permukaan atas yang
halus, tidak retak dan bentuknya seragam (SII, 1987). Standar genteng
ditunjukkan pada Tabel.2
Tabel 2. Syarat mutu genteng (SII, 1987)
Pada
penelitian ini akan
digunakan variasi temperatur dalam pembuatan
genteng keramik dari
lumpur lapindo agar sesuai dengan
standar SII.
2. Metode Penelitian
2.1 Bahan
Penelitian
Penelitian ini menggunakan bahan lumpur Lapindo dan
air. Lumpur diambil di
area lumpur Sidoarjo dan air diambil dari laboratorium
teknologi keramik UPN
“VETERAN” Yogyakarta.
2.2 Alat
Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven,
jaw crusher, disk mill,ayakan, timbangan, alat pencetak, furnance, alat uji modulus patah
dan alat uji kuat tekan.
2.3 Pembuatan
Keramik
Penelitian ini diawali dengan penyiapan
bahan baku. Lumpur dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian dihancurkan menggunakan
jaw crusher sampai ukuran lebih
kurang 0,5 cm, dilanjutkan dengan disk mill sampai ukuran
lolos 80 mesh.Lumpur yang sudah dihaluskan ditambah air sampai plastis kemudiandicetak dengan ukuran 6x3x3cm. Benda uji
kemudian dikeringkan menggunakan udara di sekeliling. Selanjutnya dilakukan
pembakaran benda uji. Benda uji yang sudah kering dibakar menggunakan furnance pada suhu bervariasi mulai 500 sampai 900°C.
Setelah benda uji dingin selanjutnya diuji kuat tekan, modulus
patah dan daya serap air.
3. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lumpur
Lapindo dapat digunakan sebagai bahan membuat genteng/ keramik. Benda uji dengan suhu pembakaran 800°C
mempunyai modulus patah sebesar 103,18
kg/cm² dan daya serap air 0,08 g/cm². Hasil ini telah memenuhi standard sebagai genteng
tipe I menurut SII. 0027-81 UDC.
666.74. dengan kuat tekan dan modulus patah tersebesar 142 kg/cm² dan
103,18 kg/cm² diperoleh pada suhu 900°C serta daya serap air terkecil sebesar 0,06
gr/cm² diperoleh pada suhu
pembakaran 900°C.
Daftar Pustaka :
Astuti, A.,
1997,
Pengetahuan Keramik, Gajah Mada University Pres, Yogyakarta.
Austin,
G.T. 1984. Shreve’s
Chemical Process industries, 5th ed., Mc Graw Hill, New York :
Budworth,
D.W., 1970, An
Introduction to Ceramic Science, 1 st.ed., Pergamon Press, New York pp 59 –60,
248 – 251.
Pertiwi, D., Theresia
Maria, C.A., 2012. Alternatif penggunaan lumpur
lapindo sebagai pengganti sebagian semen
untuk bahan bangunan.
Jurnal Iptek.16(2): 67-73.
Setyowati,
E.W., 2009. Lapindo
sebagai campuran untuk meningkatkan kekuatan genteng keramik. Jurnal Rekayasa
Sipil. 3(1): 29-35.
SII. 1991,
0021-78 UDC. 666.71,”Mutu dan
Cara Uji Bata Merah Pejal”, Dewan standardisasi
Nasional DSN Jakarta.
SII. 1987,
0447-81 UDC. 666.74,”Mutu dan Cara
Uji Genteng Beton”, Dewan standardisasi Nasional DSN Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.