Apa itu Base Transceiver Station?
"Dikutip dari Jurnal Nurul Puspa Rani"
Perkembangan di dunia teknologi berkembang begitu pesat, salah satunya perkembangan dibidang telekomunikasi yang berjalan seiring dengan kebutuhan masyarakat akan telekomunikasi untuk kebutuhan masyarakat, untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Base Transceiver Station atau BTS adalah salah satu bagian dari sistem telekomunikasi yang berupa antena atau pemancar yang menerima dan meneruskan sinyal dari operator seluler ke pelanggan atau sebaliknya. Berkembangnya tower BTS sebagai sarana penunjang telekomunikasi dalam rangka mengakomodir kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat.
- Tower BTS (Base Transceiver Station)
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segiempat atau segitiga, atau hanya berupa pipa panjang/tongkat, yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Tower BTS sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) listrik PLN.
- Bagian-bagian BTS (Base Transceiver Station)
BTS terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Tower, Shelter, dan Feeder. Tower adalah sebuah tiang pemancar dari sebuah BTS. Fungsi tower mancarkan dan menerima sinyal, baik dari MS (Mobile Station) maupun menuju ke BSC (Base Station Control). Feeder adalah kabel yang menghubungkan antara antena dengan shelter. Pada bagian tower terdapat sebuah bangunan berukuran 3x3 meter, yang disebut shelter. Shelter BTS adalah suatu tempat penyimpanan perangkat-perangkat telekomunikasi yang akan terhubung ke sebuah sentral atau pusat perangkat
- Penentuan Lokasi BTS (Base Transceiver Station)
penentuan lokasi menara BTS juga haruslah diperhitungkan dengan tepat dari segi bisnis, dikarenakan biaya instalasi yang yang mahal dan tidak semua titik memiliki nilai strategis yang baik. Apabila perancanaan buruk maka, menara BTS yang dibangun tidak akan memberikan profit yang menguntungkan bahkan bisa juga merugikan operator tersebut.
- Dampak Menara BTS (Base Transceiver Station)
Pertumbuhan menara BTS menjadi infrastruktur utama dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang sangat dibutuhkan untuk pelayanan dan peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi dimasyarakat.Penambahan jumlah dan lokasi menara menjadi suatu keharusan bagi sejumlah operator seluler agar mampu melayani kebutuhan layanan dan jaringan telekomunikasi. Di satu sisi, peningkatan jumlah lokasi menara akan mendukung tercapainya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap layanan telekomunikasi. namun di sisi lain, penempatan menara tanpa perencanaan dan penataan serta koordinasi yang tepat akan dapat mengganggu estetika lingkungan, tata ruang suatu wilayah dan radiasi gelombang radio yang tidak terkontrol.
- Penataan Menara BTS (Base Transceiver Station)
Penataan menara/BTS merupakan proses master plan untuk penataan menara telekomunikasi seluler berdasarkan estetika dan kesesuaian yang berlaku dengan KKOP ( Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan ) dan tata ruang wilayah suatu daerah guna mendapatkan jumlah menara yang optimal di suatu wilayah agar menara BTS tertata Rapih.
- Kesimpulan
Base Transceiver Station (BTS) berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. BTS berhubungan langsung dengan mobile station (MS) dengan melalui interface, banyak sekali faktor pendukung untuk kinerja BTS seperti: antena, tower, penangkal petir, lampu, combiner, duplexer, alarm, shelter. BTS sebagai menyediakan jaringan (interface) berupa sinyal radio gelombang elektromagnetik. Dalam proses koneksi menuju BTS, BTS lain harus melalui tahapan koneksi, tidak memungkinkan BTS yang satu langsung berkomunikasi ke BTS yang lainnya meski bertetangga.
Daftar Pustaka :
Nurul Puspa Rani
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/justin/article/download/9980/9751
Nanang Ismail, Maharoni, Innel Lindra
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/download/172/188
M.Aan Auliq1) , Kukuh Susilo Prasojo2)
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/SENSEI17/article/download/1060/852
David Andica P. Sinaga1* , Edy Budiman2 , Rofilde Hasudungan3
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/SAKTI/article/viewFile/229/pdf
Djul Fikry Budiman, Sholeh Hadi Pramono, Onny Setyawati
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/E-JAEI/article/download/2343/2175/
Wahyu Adi Prijono
https://jurnaleeccis.ub.ac.id/index.php/eeccis/article/view/103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.