Oleh : Bagus Priyo Amanto (@H42-BAGUS)
Smartphone, Tablet, Console game portable, hingga smartwatch merupakan beberapa contoh perangkat elektronik dengan baterai sebagai sumber daya. Penggunaan baterai pada perangkat modern mulai beralih dari baterai yang dapat diakses hingga ke baterai tanam atau yang tidak dapat diganti oleh pengguna. Beberapa tahun belakangan metode pengisian baterai berkembang menjadi banyak dan salah satu yang populer adalah teknologi Wireless Charging atau teknologi pengisian daya nirkabel.
Wireless charging atau pengisian nirkabel merupakan istilah yang
digunakan untuk mengisi ulang daya baterai tanpa kabel atau nirkabel. Wireless
charging pada dasarnya merupakan transmisi arus listrik dari sumber listrik ke
perangkat penerima tanpa menggunakan koneksi fisik atau kabel. Arus listrik
kemudian digunakan untuk mengalirkan atau mengisi ulang baterai dari perangkat
penerima. Dalam hal ini perangkat penerima bisa apa saja dari smartphone,
tablet atau dapat dipakai untuk forklift industri besar. Teknologi ini umumnya
dapat ditemukan pada tipe-tipe smartphone high-end atau premium.
Wireless charging sudah diperkenalkan kali pertama pada 2009. Smartphone
yang menggunakan fitur tersebut adalah Palm Pre, namun pasar kurang merespons
sehingga produk itu berlalu begitu saja. Saat ini, sejumlah perusahaan besar
(ada 120 perusahaan) termasuk Sony, Nokia, Texas Instruments, dan Samsung telah
membentuk Wireless Power Consortium (WPC) untuk mempromosikan wireless charging
berbasis teknologi induksi. Hasilnya adalah standar Qi (dibaca chi, yang
berasal dari Bahasa Cina yang berarti energi), sehingga teknologi Wireless
charging standar disebut Qi Wireless Charging.
Pengisian nirkabel atau wireless charging didasarkan pada prinsip
wireless daya atau magnetic resonance – yang mana listrik ditransfer antara dua
benda melalui kumparan. Wireless charging terdiri dari kumparan primer sebagai
charger (biasanya berbentuk papan atau silinder tipis), sedangkan kumparan
sekunder terletak pada bagian belakang ponsel.
Cara kerja
Wireless Charging
1. Tegangan listrik diubah
menjadi bolak-balik pada frekuensi tinggi current (AC).
2. Arus bolak-balik (AC) yang
dikirim ke kumparan pemancar oleh rangkaian pemancar. Arus bolak-balik kemudian
menginduksi medan magnet berubah dalam kumparan pemancar.
3. Arus bolak-balik yang
mengalir dalam kumparan pemancar menginduksi medan magnet yang meluas ke
kumparan penerima (ketika dalam jarak tertentu).
4. Medan magnet menghasilkan
arus dalam kumparan penerima perangkat. Proses dimana energi ditransmisikan
antara pemancar dan penerima kumparan juga disebut sebagai kopling magnet atau
resonansi dan dicapai oleh kedua kumparan beresonansi pada frekuensi yang sama.
5. Arus yang mengalir dalam
kumparan penerima diubah menjadi arus searah (DC) dengan rangkaian penerima,
yang kemudian dapat digunakan untuk mengisi baterai.
Kelebihan
Sebagai halnya setiap teknologi, selalu ada kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Wireless Charging adalah kemudahan pengisian daya tanpa kabel,
terhindar dari kerusakan konektor baik Micro USB, lighting cable, maupun USB
Type C. Praktis karena dapat menghentikan charging dengan mudah hanya dengan
meletakkan perangkat dan mengangkatnya dari charging pad, serta memudahkan
penyediaan sarana charger di tempat-tempat umum bagi pemilik, pengembang, dan
pengguna.
Kekurangan
Namun selain beberapa kelebihan tadi, saat ini teknologi Qi Wireless
Charging juga memiliki beberapa kelemahan seperti ; Waktu pengisian daya yang
kurang optimal karena masih teknologi baru, butuh waktu pengisian yang lebih
lama. Penggunaan listrik lebih besar karena konversi energi menjadi panas,
harga charger yang lebih mahal karena lebih rumit, perangkat dengan komponen
wireless charger umumnya lebih tebal dibanding yang tidak memilikinya, serta
area pengisian daya yang terbatas hanya di perangkat saja.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.