Gambar 1. Mind Map |
Menurut
Prihanto (2008), spasial adalah ruang fisik yang terbentuk pada lingkungan
permukiman, rumah tinggal dan bentuk bangunan yang terjadi karena faktor yang
berkembang di lingkungan masyarakat.
Secara
teoritis, ruang terbentuk dari elemen-elemen ruang dan relasi antar elemen
membentuk pola tertentu yang disebut pola spasial (spatial pattern). Menurut Purbadi (2015) ruang adalah wadah dari
relasi-relasi berpola dan fudamental dari elemen-elemen ruang, yaitu ruang
antar manusia dengan lingkungan fisik disekitarnya. Hal tersebut menegaskan
bahwa pengertian spasial adalah relasi fudamental antar elemen-elemen ruang,
baik manusia dengan manusia, manusia dengan benda, dan antara benda dengan
benda.
Menurut
Kustianingrum, dkk (2015) pola spasial dapat dikatakan bentuk keruangan yang
dalam hal ini bentuk fisik daerah atau kawasan tertentu dalam hal konteks suatu
kota atau desa. Pola spasial permukiman terbentuk akibat dari bentuk-bentuk
massa bangunan pada suatu permukiman yang terbangun sehingga menghasilkan suatu
ruang kosong berupa jalan dan ruang terbuka. Pada pola spasial permukiman
umumnya terdapat elemen-elemen pembentuk citra kawasan yang menjadikan kawasan
tersebut khusus atau spesial. Pola spasial terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Permukiman memusat, yakni yang rumahnya mengelompok (agglomerated rural settlement), dan merupakan dukuh atau dusun yang terdiri dari kurang dari 40 rumah, dan kampung yang terdiri dari 40 rumah atau lebih.
- Permukiman terpencar, yaitu yang rumahnya terpencar menyendiri (disseminated rural settlement).
1. Tata Letak
Menurut
Mu’awanah, dkk (2013), tata letak dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi
faktor lingkungan alam, lingkungan binaan, hubungan kekerabatan,
kepercayaan/keyakinan, sosial masyarakat dan aktivitas penghuni yang dimana
akan membentuk batas-batas wilayah, pembagian beberapa area, dan elemen-elemen
pembentuk pola spasial pada kawasan tersebut. Tata letak dibagi menjadi 2,
yaitu tata letak makro dan tata letak mikro.
2. Sirkulasi
Menurut
Mu’awanah, dkk (2013) salah satu ciri utama yang dapat merepresentasikan
struktur permukiman terdapat pada pola jalan dan sirkulasi lingkungan suatu
permukiman. Sistem sirkulasi merupakan aspek penting yang menentukan hubungan
lingkungan di dalam dan di luar permukiman. Unsur-unsur yang terkandung dalam
sirkulasi adalah pencapaian bangunan, jalan masuk ke dalam bangunan, dan
konfigurasi bentu jalan.
3. Setting Spasial
Menurut
Munawwaroh (2003) tata ruang adalah penataan segala sesuatu yang berada di
dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan. Tata ruang merupakan
lingkungan fisik dimana terdapat hubungan organisatoris antara berbagai macam
obyek dan manusia yang terpisah dalam ruang tertentu. Sedangkan menurut
Agusintadewi (2016), setting spasial merupakan organisasi ruang yang termasuk
hubungan antar ruang, orientasi, pola hubungan antar ruang, bentuk, fasade,
dll.
4. Lingkungan Alam
Menurut
Mu’awanah, dkk (2013), terbentuknya permukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan alam yang dapat dilihat dari batas wilayah maupun elemen fisik yang
mempengaruhinya.
5. Setting Perilaku
Menurut
Laurens (2004) setting perilaku adalah kombinasi yang stabil dan tetap antara
aktivitas dan ruang. Ciri-cirinya antara lain.
- Aktivitas yang berulang, yaitu suatu pola perilaku yang memiliki satu atau lebih pola perilaku ekstraindividual.
- Setting perilaku berkombinasi dengan lingkungan yang berkaitan dengan pola perilaku
- Adanya hubungan yang harmonis antara aktivitas dan ruang.
- Dilakukan pada periode waktu yang spesifik.
Sedangkan menurut
Agusintadewi (2016), setting perilaku dapat dilihat dari tradisi atau
kebiasaan, hubungan sosial dan kekerabatan dalam keluarga maupun masyarakat
setempat.
6. Setting Sosial Ekonomi
Menurut
Mu’awanah, dkk (2013), dalam suatu kawasan para penghuni melakukan pembagian
kerja. Setiap bidang pekerjaan ada penanggung jawabnya, pembagian penanggung
jawab disesuaikan dengat minat dan bakat penghuni.
7. Setting Budaya
Menurut
Agusintadewi (2016), setting budaya merupakan salah satu faktor penting pembentuk
pola spasial suatu permukiman, yang di dalamnya terdapat sistem kepercayaan,
sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Djarot Purbadi (2015). KESADARAN DAN KECERDASAN SPASIAL. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Dwi Kustianingrum, Bening Embunpagi, Riska Nur Azizah, Dyah Indraswari (2015). Pola Spasial Permukiman Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta. Jurnal Reka Karsa, 3(1).
Joyce Marcella Laurens (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo, from http://arsibook.blogspot.com/2016/11/setting-perilaku.html
Ni Ketut Agusintadewi (2016). Pola Spasial Permukiman Bali Aga di Desa Sekardadi, Kintamani. Jurnal RUAS, 14(2) 1693-3702.
Nina Munawwaroh (2003). PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG DALAM PENYUSUNAN USULAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN CIAMIS. Published master’s thesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Saidatul Mu’awanah, Sri Utami, Harini Subekti (2013). Pola Spasial Permukiman Kampung 99 Pepohonan di Cinere, Depok. Indonesian Green Technology Journal, 2(1), 2338-1787.
Teguh Prihanto (2008). PENGARUH
KEHIDUPAN SOSIO-KULTURAL TERHADAP SPASIAL PERMUKIMAN DI KELURAHAN SEKARAN
SEBAGAI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG. Jurnal
Teknik Sipil & Perencanaan, 10(2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.