Banyaknya perusahaan jasa pada era sekarang ini menciptakan
suatu kebutuhan terhadap kualitas jasa tersebut untuk bisa lebih bersaing
terhadap perusahaan lainnya.
Kualitas menurut ISO 9000 adalah “derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan”. (Rambat Lupiyoadi, 2013). Jasa juga memiliki banyak pengertian salah satunya menurut Kotler (2005) yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dengan suatu produk fisik. Jadi dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa adalah upaya keunggulan suatu jasa untuk memenuhi keinginan pelanggan agar pelanggan tersebut dapat merasakan kepuasan.
Kualitas menurut ISO 9000 adalah “derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan”. (Rambat Lupiyoadi, 2013). Jasa juga memiliki banyak pengertian salah satunya menurut Kotler (2005) yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dengan suatu produk fisik. Jadi dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa adalah upaya keunggulan suatu jasa untuk memenuhi keinginan pelanggan agar pelanggan tersebut dapat merasakan kepuasan.
Dengan begitu terdapat dua factor utamanya yaitu jasa yang
diharapkan dan jasa yang dirasakan. Jasa yang diterima bila sesuai dengan yang
diharapkan dikatakan sebagai jasa yang positif. Dan jasa yang diterima melebihi
dari yang diharapkan disebut sebagai jasa ideal. Ada juga jasa yang bila
diterima kurang dari yang diharapkan ini disebut jasa negative.
Terdapat banyak penjelasan mengenai dimensi pada kualitas jasa.
Salah satunya, menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (2011), mereka
menyederhanakan kualitas jasa menjadi 5 elemen yaitu, Tangibel (Berwujud), Reliability
(Kehandalan), Responsiviness
(Ketanggapan), Assurance (Jaminan), dan
Empathy (Empati), penjelasannya
sebagai berikut :
1.
Bukti Langsung (Tangible), yaitu : sebagai
fasilitas yang dapat dilihat dan digunakan perusahaan dalam upaya memenuhi
kepuasan pelanggan,seperti gedung kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan
dan lain lain.
2.
Kendala (Reliability), yaitu : kemampuan
memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan yang diharapkan, seperti
kemampuan dalam menempati janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
untuk meminimumkan kesalahan.
3.
Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu sebagai
sikap tanggap, mau mendengarkan dan merespon pelanggan dalam upaya memuaskan
pelanggan, misalnya : mampu memberikan informasi secara benar dan tepat, tidak
menunjukan sikap sok sibuk dan mampu memberikan pertolongan dengan segera.
4.
Jaminan (Assurance), yaitu :kemampuan karyawan
dalam menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan melalui
pengetahuan,kesopanan serta menghargai perasaan pelanggan.
5.
Kepedulian/Empati (Emphaty), yaitu : kemampuan
atau kesediaan karyawan memberikan perhatian yang bersifat pribadi, seperti
bersikap ramah, memahami kebutuhan dan peduli kepada pelanggannya.Dengan
dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa memiliki indikator yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, semuanya dibutuhkan untuk memenuhi
pencapaian pada kualitas jasa.
Dimensi diatas tersebut menjelaskan bahwa dimensi kualitas
jasa memiliki indikator yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Jika
terpisah maka kualitas jasa tidak tampil penuh atau memiliki sesuatu yang tidak
diharapkan. Terdapat pula 6 prinsip mengenai kualitas jasa, diantaranya
:
1.
Kepemimpinan, pihak manajemen harus memimpin
perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya, tanpa adanya kepemimpinan
untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil.
2.
Pendidikan, semua personil perusahaan harus memperoleh
pendidikan mengenai kualitas.
3.
Perencanaan, harus mencakup pengukuran dan
tujuan kualitas yang digunakan.
4.
Review, suatu mekanisme yang menjamin adanya
perhatian yang konstan untuk mencapai tujuan kualitas.
5.
Komunikasi, komunikasi penting dilakukan dengan
karyawan, pelanggan, dan stakeholders.
6.
Penghargaan, setiap karyawan yang berprestasi
baik perlu diberi penghargaan dan presetasinya di akui sehingga dapat
meningkatkan motivasi, moral kerja dan rasa bangga.
Dengan adanya prinsip ini, pencapaian cita cita pada sebuah
kualitas jasa akan semakin terpenuhi. Dan ada juga yang disebut model kesenjangan
pada kualitas jasa yang mengakibatkan buruknya kualitas jasa yang dikemukakan Pasuraman, yaitu :
1.
Kesenjangan antara konsumen dan persepsi
manajemen, seperti pihak manajemen suatu perusahaan tidak
selalu dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara
tepat.
2.
Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap
harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa, seperti pihak
manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan,
tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas.
3.
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan
penyampaian jasa, ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya
karyawan kurang terlatih, beban kerja melampaui batas, dsb.
4.
Kesenjangan antara penyampaian jasa dan
komunikasi eksternal, seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan
pernyataan atau janji yang dibuat oleh perusahaan.
5.
Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa
yang diharapkan, ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja dengan cara
yang berlainan atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
Dengan begitu kualitas jasa memang sangat dibutuhkan dengan
adanya instrument seperti dimensi, prinsip dan juga kesenjangan yang mengakibatkan buruknya suatu kualitas jasa.
Perbaikan pada kualitas jasa dapat dilakukan dengan mengikuti insturmen
tersebut dengan benar.
Daftar Pustaka :
Riadi Muchlisin, 2013, Pengertian dan Kualitas Jasa, http://www.kajianpustaka.com/2013/05/pengertian-dan-kualitas-jasa.html
Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba
Empat, 2013) h. 212
Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2011, Service, Quality & Satisfaction, h. 180
Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry, 1998,
SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service
Quality, Journal of Retailing, Vol. 64, No. 1.
Bagus Denny, 2009, Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Utama
Buruknya Kualitas Service, http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/faktor-faktor-yang-menjadi-penyebab.html
@B21-DJARWOTO
BalasHapusPenjelasan tentang kualitas jasa lengkap.Sebaiknya dijelaskan juga cara mempertahankan kialitas jasa
Muhammad Soim, @B20-SOIM
BalasHapusArtikel ini cukup menarik karena saat ini justtru bidang jasa ini tidak bisa dikesampingkan dalam roda ekonomi diindnesia mengingat pertumbuhannya yang kian membaik.
Saran untuk artikel ini yaitu ditambahkan contoh-contoh perusahaan jasa agar pembaca semakin tertarik dan mengerti terhadap penjelasan yang dimaksud. Apalagi jika ada contoh kasus dalam artikel ini tentunya jugsa semakin memperkuat idea yang dimaksud oleh anda.
@B03-Eddy
BalasHapusArtikel sangat membantu dan sangat mudah di mengerti
Alangkah baik nya menambahkan contoh kasus agar mempermudah sang pembaca mengingat artikel ini