Hari Purnomo ,Dian
Janari
Jurusan Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang KM.14.4, Besi, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
ABSTRAK
Penggunaan serat alam sebagai bahan baku industri mempunyai
beberapa kelebihan yaitu mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses,
densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi. Salah
satu serat alam yang banyak terdapat di Indonesia yaitu serat sabut kelapa.
Potensi sabut kelapa sangat besar, akan tetapi belum dapat dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kegiatan produktif karena kurangnya teknologi alat yang dapat
memisahkan komponen-komponen buah kelapa. Tujuan penelitian ini adalah membuat
mesin pengolah sabut kelapa tiga tahap dengan fungsi pengupas, penghancur sabut
dan pengayak serat dalam satu konstruksi mesin menggunakan pendekatan ergonomi
partisipatori. Hasil penelitian desain pengolah sabut kelapa dirancang dengan menggunakan
penggerak mesin diesel 8 HP sebagai pengganti motor listrik, ukuran panjang
pengayak 2m, menggunakan reducer UCF 50 untuk mengurangi kecepatan putaran
menjadi 50 rpm, jaring pengayak dengan ukuran 2 cm agar pengayakan serat pendek
menjadi lebih cepat, panjang handle dengan ukuran 11 cm, diameter handle dengan
ukuran 3,5 cm dan tinggi handle dengan ukuran 140 cm. Rancangan mesin yang
dibuat mampu mengolah 30 butir kelapa dengan waktu 43 menit atau sekitar 42
butir kelapa per jam.
Kata kunci: Sabut kelapa, mesin pengolah sabut kelapa,
ergonomi partisipatori.
PENDAHULUAN
Produk dengan bahan baku serat alam telah dikembangkan
sebagai upaya pemanfaatan bahan alam yang memiliki nilai rendah menjadi
bernilai tinggi. Penggunaan serat alam saat ini masih dimanfaatkan untuk bahan
kerajinan dengan teknologi rendah dan harga murah. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan bahan dari serat alam.
Pengembangan produk berbasis serat alam memiliki peluang sangat terbuka, karena
serat alam memiliki kegunaan yang cukup luas (Syakir, 2011). Serat alam juga
mempunyai beberapa kelebihan antara lain mudah didapatkan dengan harga yang murah,
mudah diproses, densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan
secara biologi (Kusumastuti, 2009). Serat alam yang sering dimanfaatkan oleh
para pengrajin adalah serat sabut kelapa. Ketersediaan serat sabut kelapa yang
melimpah dikarenakan Indonesia mempunyai total areal perkebunan kelapa mencapai
3,29 juta ha atau sekitar 31,2 % dari total areal perkebunan kelapa dunia
(Prastowo et al., 2007). Jumlah produksi sebesar 15,5 milyar butir kelapa per
tahun menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia
(Darmanto, 2011). Buah kelapa terdiri dari sabut, tempurung dan daging, dimana
sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35% dari
bobot buah kelapa (Bahtiar, 2012).
METODE PENELITIAN
A. Objek penelitian
Objek penelitian adalah rancang bangun mesin pengolah sabut
kelapa tiga tahap yang merupakan kelanjutaan penelitian terdahulu. Rancang
bangun mesin pengolah sabut kelapa yang dilakukan dengan menggabungkan tiga
fungsi yaitu pengupas, penghancur sabut dan pengayak serat dalam satu konstruksi
mesin. Pengupas sabut kelapa berfungsi untuk memisahkan sabut kelapa dari
tempurungnya dan penghancur sabut kelapa berfungsi untuk meghancurkan cocofiber
dengan cocopeat sedangkan pengayak berfungsi untuk memisahkan antara cocofiber
dengan cocopeat.
B. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dan
studi pustaka. Wawancara, dulakukan dengan mengajukan pertanyaan secara umum
kepada pemakai tentang kebutuhan terhadap mesin pengolah sabut kelapa,
sedangkan studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari beberapa
referensi sepertiliteratur, laporan penelitian dan tulisan ilmiah lain yang
dapat mendukung penelitian. Studi pustaka ditujukan untuk membandingkan dan
memperbaiki rancangan yang dibuat.
C. Proses perancangan
Perancangan mesin pengolah sabut kelapa dilakukan dengan
beberapa tahapan proses perancangan yaitu : (1) Proses pengembangan konsep
berbasis partisipatori. Pada tahap ini dengan melibatkan pihak-pihak terkait
seperti ahli ergonomi, teknik mesin, pengguna, dan pekerja bengkel.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengembangan konsep meliputi : (a)
Pemilihan anggota tim partisipatori yang terdiri dari satu orang dari teknik
mesin, ahli ergonomi, pengguna dan perwakilan dari bengkel, (b) Melakukan Focus
Group Discussion (FGD) dengan anggota tim partisipatori untuk mempelajari
konsep desain yang telah dibuat pada penelitian terdahulu, (c) evaluasi dan
memperbaiki konsep desain hasil dari FGD, (d) Melakukan perbaikan konsep hingga
mendapatkan desain konsep yang disetujui oleh seluruh tim partisipatori; (2)
Proses perancangan konsep. Proses perancangan pada tahap ini, dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek antropometri sesuai dengan dimensi tubuh pengguna.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa
rancangan mesin pengupas, penghancur dan pengayak sabut kelapa dirancang
menggunakan penggerak mesin diesel 8 HP sebagai pengganti motor listrik, ukuran
panjang pengayak 2 m, menggunakan reducer UCF 50 untuk mengurangi kecepatan
putaran menjadi 50 rpm, menggunakan jaring pengayak dengan ukuran 2 cm agar
pengayakan serat pendek menjadi lebih cepat, panjang handle dengan ukuran 11
cm, diameter handle dengan ukuran 3,5 cm dan tinggi handle dengan ukuran 140
cm. Rancangan mesin yang dibuat mampu mengolah dengan rerata 30 butir kelapa
dalam waktu 43 menit. Dengan demikian dapat diketahui kapasitas produksi mesin
pengolah sabut kelapa sekitar 42 butir kelapa per jam.
SARAN
Hasil penelitian ini disadari masih banyak kekurangan
terutama pada dimensi pengayak dan peralatan yang digunakan. Saran peneliti
terkait dengan keberlanjutan rancang bangun mesin pengolah sabut kelapa tiga
tahap berbasis ergonomi partisipatori adalah :
a. Perlu dilakukan perbaikan terkait dengan ukuran pengayak
yang terlalu panjang
b. Perlu dianalisis kembali proses pengupasan dengan
mempertimbangkan kecepatan putar dan kualitas material.
c. Perlu ditinjau kembali ukuran alat secara keseluruhan
disesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja dengan memperkecil ukuran mesin.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bahtiar, A. D. M. (2012). Aplikasi Serat Serabut Kelapa
Bermatrik Sagu dan Gliserol Sebagai Pengganti Kemasan Makanan Dari Stereofoam.
Dibaca tanggal 30 Januari 2013. Tersedia di http://www.poltek-kediri.ac.id/
[2] Darmanto. (2011). Peningkatan Kekuatan Serat Serabut
Kelapa Dengan Perlakuan Silane. Dibaca tanggal 30 Januari 2013. Tersedia di
http://eprints.undip.ac.id/
[3] Ferdinan. (2009). Perencanaan dan Pembuatan Mesin
Pengurai Serabut Kelapa. Dibaca tanggal 15 juni 2012. Tersedia di.
http://digilib.petra.ac.id/
[4] Ilmi, A. R. (2009). Rancang Bangun Pengupas Sabut pada
Alat Pengolah Sabut Kelapa. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
[5] Imada, A. (2000). Participatory Ergonomics: a strategy
for creating human-centred work. Journal of Science of Labour, 76 (3 Pt.2),
25-31.
[6] Kustaman, P. H. (2005). Analisis Respon Penawaran Ekspor
Serat Sabut Kelapa Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekstensi Manajemen
Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.