A.
Judul Penelitian
INTEGRASI SIX SIGMA DAN
FMEA UNTUK PERBAIKAN
KUALITAS PROSES PRODUKSI SEPATU
B.
Nama penulis lengkap dengan institusinya
Noviyarsi1,
Yesmizarti Muchtiar1, Lisa Meirita1
Jurusan
Teknik Industri Universitas Bung Hatta
C. Nama Jurnal (lengkap dengan Volume,
No, Bulan, Tahun, Institusi Penebit, dan link jurnal)
Jurnal Teknik Industri – Universitas Bung Hatta,
Vol. 2 No. 1, pp. 108-118, Juni 2013
D.
Latar
Belakang Masalah
Perhatian penuh kepada kualitas
menjadi sangat penting agar pelanggan tidak beralih pada produk pesaing. Selain
itu, dengan mengutamakan kualitas juga akan memberikan dua dampak positif yang
utama pada pelaku bisnis yaitu dampak terhadap biaya produksi dan keuntungan
perusahaan. Salah satu konsep yang berfokus pada metodologi sistematik untuk
menganalisa kebutuhan pelanggan dan menyeleksi permasalahan yang akan menjadi
prioritas utama untuk diselesaikan, dalam upaya menghilangkan waste akibat
memproduksi
produk
yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan adalah melalui konsep
Six Sigma.
Konsep Six Sigma merupakan
proses closed loop Define-Measure-Analyze- Improvement-Control (DMAIC)
untuk menghilangkan langkah-langkah proses tidak produktif, fokus pada
penelitian baru dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas. Salah
satu Tools yang bisa digunakan dalam Six Sigma adalah FMEA ( Failure
Mode And Effect Analysis) yang merupakan suatu prosedur terstruktur untuk
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Industri
sepatu merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mempunyai
tingkat persaingan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena industri
sepatu dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kualitas,
kuantitas maupun model dari sepatu yang selalu berkembang dan berubah dari waktu
ke waktu.
E. Masalah/ Pertanyaan Penelitian
Kepuasan pelanggan merupakan dasar dari
kuatnya sebuah perusahaan jika pelanggan terpuaskan dengan kata lain dia tidak
akan lari / mencari produsen lain karena telah percaya kepada satu perusahaan,
Dan disini penulis telah melakukan analysis terhadap perbaikan kualitas proses
produksi sepatu di salah satu perusahaan yang beliau tidak sebutkan.
F.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari sekaligus mengamati kualitas produksi sepatu dimana
kualitas produksinya selalu terdapat cacat.
G.
Metode
A.
Define
Perusahaan
X merupakan industry sepatu handmade. Produk sepatu yang dihasilkan
perusahaan X hanya di pasarkan pada daerah Sumatera Barat dan sekitarnya saja.
Permintaan yang terbanyak adalah untuk model sepatu kerja pria dan model
setengah sepatu wanita. Untuk menjaga kualitas sepatu yang dihasilkan, perusahaan
melakukan pemeriksaan ulang sebelum produk dipasarkan/diserahkan kepada
konsumen. Jika hasil pemeriksaan sepatu bagus maka sepatu tersebut akan
langsung di packing, akan tetapi jika masih terdapat cacat maka sepatu
tersebut akan diperbaiki sesuai dengan cacat yang ditemukan pada produk.
Berdasarkan
data produksi bulan Juni yang terdapat sepatu yang cacat sebanyak 14 pasang
sepatu atau 13,2 % dari produk sepatu sebanyak 106 pasang sepatu.
jenis
cacat yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a)
Masih
terdapat sisa lem yang ditemukan pada bagian upper sepatu (28.7%)
b)
Masih
terlihat lukisan bekas pola di bagian kulit sepatu (21.42%)
c)
Lem
yang kurang merekat pada bagian alas sepatu sehingga antara kulit untuk bagian
alas sepatu dengan alas sepatu kurang merekat sempurna (50%)
B. Measure
Berdasarkan hasil pengamatan proses
dan fishbone yang di dapatkan, maka didaptkan dua karakteristik kualitas yang
berhubungan langsung dengan pembuatan sepatu yaitu :
1.
Pemberian
lem yang sedikit dan kurang merata pada bagian alas. Proses pengeleman untuk
bagian alas sepatu merupakan proses terakhir yang dilakukan dalam pembuatan
sepatu. Dimana pengeleman yang dilakukan bertujuan untuk merekatkan bagian alas
sepatu dengan alas yang telah diberi merk. Untuk mendapatkan hasil pengeleman
yang optimal, harus memperhatikan banyaknya pemakaian lem. Jika lem yang
digunakan terlalu sedikit hal ini akan menyebabkan hasil pengeleman yang buruk.
Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang sempurna seharusnya lem dioleskan
secara merata keseluruh permukaan alas sepatu dengan ketebalan 0.5 mm. Jika
lem yang dioleskan pada bagian alas memiliki ketebalan kurang dari 0.5 mm, akan
menyebabkan lem kurang dapat merekat, dan mudah lepas. Sebaliknya, jika lem ketebalan
lem lebih dari 0.5 mm, akibatnya lem akan melebar ke bagian lain yang tidak
diinginkan.
2.
Waktu
pengepressan pada bagian alas sepatu. Hal yang juga harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil pengeleman yang baik adalah proses pengepressan. Poses
pengepressan ini dilakukan selama 3 menit. Hal ini bertujan agar lem dapat
merekat dengan baik dan sempurna, dan lem tidak akan mudah lepas untuk
pemakaian yang cukup lama. Akan tetapi pada pelaksanaannya, proses pengepressan
yang dilakukan rata –rata hanya berkisar 2 menit, atau bahkan kurang. Hal ini
tentu saja membuat lem terkadang kurang merekat baik. Pengukuran terhadap
baseline kinerja pada tingkat output, didapatkan DPMO 66807 danKapabilitas
Sigma = 3,00. Nilai DPMO ini dijadikan dan kapabilitas sigma ini dijadikan
baselilne kinerja untuk mengendalikan dan meningkatkan keakuratan proses
produksi sepatu menuju target kegagalan nol (zero
defect oriented).
C.
Improve
Pada bagian improve akan dibuat suatu
rencana tindakan dengan membuat suatu instruksi kerja yang jelas, yaitu
instruksi kerja pada stasiun 8 yang merupakan stasiun tempat pengeleman.
Beberapa poin yang akan dijadikan perbaikan kerja untuk stasiun pengeleman
adalah :
A. Pemeriksaan Kualitas Lem
Pemeriksaan lem dilakukan untuk
mengetahui apakah kualitas lem yang akan digunakan baik atau tidak. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara mencelupkan obeng ke dalam kaleng lem, kemudian lem
tersebut diangkat keatas secara perlahan-lahan dengan obeng setinggi 10 – 15
cm. Jika lem tersebut tidak putus menandakan bahwa lem tersebut baik dan
memenuhi syarat untuk dipakai. Kualitas lem sangat mempengaruhi hasil
pengeleman. Jika lem yang digunakan tidak memenuhi syarat, akan menyebabkan
hasil pengeleman menjadi tidak bagus. Selain itu, setelah lem digunakan juga
harus dipastikan bahwa kaleng lem telah tertutup rapat. Hal ini juga harus
diperhatikan mengingat lem tidak boleh terkena angin. Jika lem terkena angin,
maka lem akan mengeras dan tidak dapat digunakan lagi.
B. Proses Pengeleman Bagian Alas
Sepatu.
i.
Hal
pertama yang dilakukan adalah mengambil sepatu yang akan direkat bagian
alasnya. Sebelum dilakukan pengeleman, permukaan yang akan dilem harusla
dibersihkan dari debu yang menempel dengan menggunakan lap yang telah
disediakan. Hal ini bertujuan agar lem dapat menempel pada permukaan dengan
baik. Debu yang menempel pada permukaan dapat menyebabkan lem tidak merekat
sempurna, yang nantinya mengakibatkan ada bagian alas yang merenggang.
ii.
Setelah
semua permukaan bersih dari debu, barulah dilakukan proses pengeleman. Lem
diambil dengan menggunakan kuas yang berukuran sedang kemudian disapukan pada
permukaan kulit alas sepatu. Proses penyapuan lem ini harus dilakukan dengan
perlahan dan hati-hati agar lem tidak mengenai bagian yang tidak diinginkan.
Penggunaan lem keatas permukaan bagian kulit alas memiliki ketebalan 0,5 mm.
Lem yang digunakan tidak boleh terlalu banyak karena jika terlalu banyak, lem
akan melebar ke bagian lain. Setelah lem rata pada seluruh permukaan, diamkan
selama 1 menit. Tujuannya adalah agar lem sedikit mengering sehingga kulit alas
sepatu dapat merekat sempurna. Barulah kemudian dipasangkan pada
bagian alas sepatu.
iii.
Setelah
kulit alas sepatu terpasang, diamkan lagi selama 5 menit untuk menunggu lem
menjadi kering. Sehingga kulit alas dengan bagian alas sepatu dapat merekat
dengan baik pada bagian alas sepatu.
iv.
Jika
lem telah benar-benar kering, lakukan pemeriksaan terhadap hasil pengeleman.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua bagian telah merekat dengan baik.
Akan tetapi jika masih terdapat bagian yang tidak terkena lem, tambahkan lem
pada bagian tersebut.
v.
Selanjutnya
sepatu yang telah terpasang alas tersebut, dibawa ke stasiun pengepressan untuk
dilakukan proses pengepressan.
C. Control
Tahap control merupakan tahapan
akhir dalam proyek Six Sigma dimana pada tahapan ini dilakukan
pengontrolan terhadap perbaikan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Hasil perbaikan pada tahap improve diuji dengan menggunakan perancangan eksperimen.
Hasil perancangan eksperimen ini kemdian digunakan untuk membuat instruksi
kerja pada bagian pengeleman.
H. Hasil
Penelitian
Analysis data bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak produk yang
terjadi di bulan juni untuk produksi sepatu tersebut, Dan data mencatat ada 14 pasang sepatu atau 13,2 % dari
produk sepatu sebanyak 106 pasang sepatu.
jenis cacat yang
ditemukan adalah sebagai berikut :
a)
Masih
terdapat sisa lem yang ditemukan pada bagian upper sepatu (28.7%)
b)
Masih
terlihat lukisan bekas pola di bagian kulit sepatu (21.42%)
c)
Lem
yang kurang merekat pada bagian alas sepatu sehingga antara kulit untuk bagian
alas sepatu dengan alas sepatu kurang merekat sempurna (50%)
I.
Review
/ komentar
Masalah yang sering terjadi pada
produksi pembuatan sepatu ini adalah lem yang kurang merkat sempurna untuk
bagian alas sepatu, tentunya produsen dapat meningkatkan kualitas dengan cara
pengepresan bagian sepatu dengan baik dan sesui aturan yang telah ditentukan.
J.
Abstrak
Jurnal
Perusahaan X adalah perusahaan yang
bergerak dibidang pembuataan sepatu untuk pria dan wanita. Hasil bulan Juni
terdapat 13,2 % produk yang cacat. Penelitian bertujuan untuk
mengimplementasikan Six Sigma untuk menganalisa penyebab terjadinya
cacat dan memberikan solusi terbaik. Pada tahap Define diketahui bahwa
lem kurang rekat pada bagian alas merupakan cacat terbanyak yang ditemui,
sehingga masalah ini menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Pada tahap Measure
diketahui 2 karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang didapatkan untuk cacat
lem kurang rekat pada bagian alas yaitu penggunaan lem yang sedikit dan kurang
merata pada bagian alas, dan waktu pengepressan pada bagian alas sepatu.
Perhitungan nilai DPMO didapatkan sebesar 66037, 74. Analisa menggunakan FMEA
dilakukan pada tahap Analyze. Dari hasil analisa, diketahui bahwa resiko
kegagalan terbesar terjadi pada stasiun pengeleman. Tahap Improve memberikan
penjelasan mengenai poin-poin yang akan dimasukkan dalam instruksi kerja. Pada
tahap Control didapatkan suatu instruksi kerja stasiun pengeleman.
Dengan adanya suatu instruksi kerja yang jelas pada stasiun pengeleman dan
stasiun pengepressan, diharapkan cacat lem kurang rekat pada bagian alas sepatu
dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan. Dengan demikian kualitas sepatu
yang dihasilkan dapat ditingkatkan.
Kata kunci: Six
Sigma, FMEA, Industri
Sepatu
K. DAFTAR
PUSTAKA
Aditya, Mirza, 2004, Analisis Kegagalan Proses
Penyablonan T-Shirt Dengan
Menggunakan Metode Failure Mode And
Effect Analysis (FMEA),
Universitas
Islam, Bandung.
Carpinetti, Luiz C.R., Gerolamo, Mateus C., dan Dorta,
Marcelo, 2000, A Conceptual
Framework for Deployment of
Strategy-related Continuous Improvements, The
TQM Magazine, Volume 12 No.5, pp 340-349
Chien, Te-King, Chang, Tien-Hsiang, dan Su, Chao-Ton,
2003, Did Your Efforts Really Win
Customer’ Satisfaction?, Industrial
Management & Data Systems, Volume 104 No.
4, pp.253-262
Emilia, Refi, 2006, Desain Produk Bordir Dengan Metode
Quality Function Deployment
(QFD). Universitas Bung Hatta, Padang.
Gaspersz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program
Six Sixma Terintegrasi dengan
ISO 9001 : 2000, MNBQA, DAN HACCP, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ginn, D.M., Jones, D.V., Rahnejat, H., and Zairi, M,
1998, The “QFD/FMEA Interface”,
European Journal of Innovation
Management, Volume 1
No. 1, pp.7-20
Pun, K.F., Chin, K.S. dan Lau, Hendry, 2000, A QFD/Hoshin
Approach for Service Quality
Deployment: A Case Study, Managing
Service Quality, Volume 10 No. 3, pp. 156-
169
Saylor, James H., 1992, TQM Field Manual, McGraw
Hill, Inc
Stamatis, D.H, 1995, Failure Mode And Effect Analysis
(FMEA), Contemporary Consultans.
Walker, Mike, 2002, Customer-driven, Breakthroughs using
QFD and Policy Deployment,
Management Decision, Volume 40 No. 3, pp. 246-256
Dwi muji abako - @C18-Muji
BalasHapussetelah membaca artikel ini menurut saya artikel ini cukup menarik dan membantu para pengusaha sepatu di Indonesia untuk semakin berkembang dan semakin maju dengan metode dan cara - cara yang ada di artikel ini
@C19-HILMAN
BalasHapusMenurut saya pembuatan artikel ini terlalu panjang dan bertele-tele sehingga membuat pusing pembacanya. Tetapi secara makna dan isi cukup baik dan lengkap.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus@C13-ROHADI,Tugas Tc06 (kuis)
BalasHapusBerdasarkan artikel yang di angkat di atas, perkembangan kualitas produksi suatu produ memang wajib di lakukan, antara lain dengan menciptakan teknik-teknik baru yang lebih simpel dan hemat biaya.
Sangat mendukung sekali oleh teknik terbaru yang ditemukan, dan diharapkan diikuti oleh produsen-produsen sepatu lainnya untuk lebih menunjang kualitas demi bersaing dengan pasar global atau produk-produk impor yang sekarang sudah semakin banyak menghiasi pasar lokal. Diharapkan juga dengan harga yang terjangkau dapat lebih menarik minat konsumen lokal yang saat ini banyak memilih produk Import yang harganya lebih mahal hanya saja menang dari segi Brandon dan strategi pemasaran
Untuk pengangkatan artikel yang di ambil sudah sangat menarik, penyusunan dan bahasa kalimat sudah sesuai dengan kriteria tugas akan tetapi yang kurang adalah mindmapping yang kurang menarik terkesan polos dan lemas, kurang kreatif dan diusahakan lebih berwarna dan penyusunan yang lebih menarik mata pembaca , dengan mind mindmaping yang menarik pembaca akan semakin penasaran dengan isi yang di angkat hingga membacanya hingga akhir kalimat
Terimakasih mas
Aturnuhun jang haha