.

Kamis, 29 September 2016

review jurnal : INTEGRASI SIX SIGMA DAN FMEA UNTUK PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI SEPATU



A.    Judul Penelitian

INTEGRASI SIX SIGMA DAN FMEA UNTUK PERBAIKAN
KUALITAS PROSES PRODUKSI SEPATU
B.    Nama penulis lengkap dengan institusinya
Noviyarsi1, Yesmizarti Muchtiar1, Lisa Meirita1
Jurusan Teknik Industri Universitas Bung Hatta
C.   Nama Jurnal (lengkap dengan Volume, No, Bulan, Tahun, Institusi Penebit, dan link jurnal)
Jurnal Teknik Industri – Universitas Bung Hatta, Vol. 2 No. 1, pp. 108-118, Juni 2013
D.   Latar Belakang Masalah
Perhatian penuh kepada kualitas menjadi sangat penting agar pelanggan tidak beralih pada produk pesaing. Selain itu, dengan mengutamakan kualitas juga akan memberikan dua dampak positif yang utama pada pelaku bisnis yaitu dampak terhadap biaya produksi dan keuntungan perusahaan. Salah satu konsep yang berfokus pada metodologi sistematik untuk menganalisa kebutuhan pelanggan dan menyeleksi permasalahan yang akan menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, dalam upaya menghilangkan waste akibat memproduksi
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan adalah melalui konsep Six Sigma.

Konsep Six Sigma merupakan proses closed loop Define-Measure-Analyze- Improvement-Control (DMAIC) untuk menghilangkan langkah-langkah proses tidak produktif, fokus pada penelitian baru dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas. Salah satu Tools yang bisa digunakan dalam Six Sigma adalah FMEA ( Failure Mode And Effect Analysis) yang merupakan suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Industri sepatu merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mempunyai tingkat persaingan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena industri sepatu dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kualitas, kuantitas maupun model dari sepatu yang selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.

E.  Masalah/ Pertanyaan Penelitian
    
     Kepuasan pelanggan merupakan dasar dari kuatnya sebuah perusahaan jika pelanggan terpuaskan dengan kata lain dia tidak akan lari / mencari produsen lain karena telah percaya kepada satu perusahaan, Dan disini penulis telah melakukan analysis terhadap perbaikan kualitas proses produksi sepatu di salah satu perusahaan yang beliau tidak sebutkan.

F.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sekaligus mengamati kualitas produksi sepatu dimana kualitas produksinya selalu terdapat cacat.


G.   Metode

A.    Define

Perusahaan X merupakan industry sepatu handmade. Produk sepatu yang dihasilkan perusahaan X hanya di pasarkan pada daerah Sumatera Barat dan sekitarnya saja. Permintaan yang terbanyak adalah untuk model sepatu kerja pria dan model setengah sepatu wanita. Untuk menjaga kualitas sepatu yang dihasilkan, perusahaan melakukan pemeriksaan ulang sebelum produk dipasarkan/diserahkan kepada konsumen. Jika hasil pemeriksaan sepatu bagus maka sepatu tersebut akan langsung di packing, akan tetapi jika masih terdapat cacat maka sepatu tersebut akan diperbaiki sesuai dengan cacat yang ditemukan pada produk.
Berdasarkan data produksi bulan Juni yang terdapat sepatu yang cacat sebanyak 14 pasang sepatu atau 13,2 % dari produk sepatu sebanyak 106 pasang sepatu.
jenis cacat yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a)           Masih terdapat sisa lem yang ditemukan pada bagian upper sepatu (28.7%)
b)           Masih terlihat lukisan bekas pola di bagian kulit sepatu (21.42%)
c)          Lem yang kurang merekat pada bagian alas sepatu sehingga antara kulit untuk bagian alas sepatu dengan alas sepatu kurang merekat sempurna (50%)




B.    Measure

Berdasarkan hasil pengamatan proses dan fishbone yang di dapatkan, maka didaptkan dua karakteristik kualitas yang berhubungan langsung dengan pembuatan sepatu yaitu :
1.           Pemberian lem yang sedikit dan kurang merata pada bagian alas. Proses pengeleman untuk bagian alas sepatu merupakan proses terakhir yang dilakukan dalam pembuatan sepatu. Dimana pengeleman yang dilakukan bertujuan untuk merekatkan bagian alas sepatu dengan alas yang telah diberi merk. Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang optimal, harus memperhatikan banyaknya pemakaian lem. Jika lem yang digunakan terlalu sedikit hal ini akan menyebabkan hasil pengeleman yang buruk. Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang sempurna seharusnya lem dioleskan secara merata keseluruh permukaan alas sepatu dengan ketebalan  0.5 mm. Jika lem yang dioleskan pada bagian alas memiliki ketebalan kurang dari 0.5 mm, akan menyebabkan lem kurang dapat merekat, dan mudah lepas. Sebaliknya, jika lem ketebalan lem lebih dari 0.5 mm, akibatnya lem akan melebar ke bagian lain yang tidak diinginkan.
2.           Waktu pengepressan pada bagian alas sepatu. Hal yang juga harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil pengeleman yang baik adalah proses pengepressan. Poses pengepressan ini dilakukan selama 3 menit. Hal ini bertujan agar lem dapat merekat dengan baik dan sempurna, dan lem tidak akan mudah lepas untuk pemakaian yang cukup lama. Akan tetapi pada pelaksanaannya, proses pengepressan yang dilakukan rata –rata hanya berkisar 2 menit, atau bahkan kurang. Hal ini tentu saja membuat lem terkadang kurang merekat baik. Pengukuran terhadap baseline kinerja pada tingkat output, didapatkan DPMO 66807 danKapabilitas Sigma = 3,00. Nilai DPMO ini dijadikan dan kapabilitas sigma ini dijadikan baselilne kinerja untuk mengendalikan dan meningkatkan keakuratan proses produksi sepatu menuju target kegagalan nol (zero defect oriented).

C.   Improve

Pada bagian improve akan dibuat suatu rencana tindakan dengan membuat suatu instruksi kerja yang jelas, yaitu instruksi kerja pada stasiun 8 yang merupakan stasiun tempat pengeleman. Beberapa poin yang akan dijadikan perbaikan kerja untuk stasiun pengeleman adalah :

A. Pemeriksaan Kualitas Lem

Pemeriksaan lem dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas lem yang akan digunakan baik atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mencelupkan obeng ke dalam kaleng lem, kemudian lem tersebut diangkat keatas secara perlahan-lahan dengan obeng setinggi  10 – 15 cm. Jika lem tersebut tidak putus menandakan bahwa lem tersebut baik dan memenuhi syarat untuk dipakai. Kualitas lem sangat mempengaruhi hasil pengeleman. Jika lem yang digunakan tidak memenuhi syarat, akan menyebabkan hasil pengeleman menjadi tidak bagus. Selain itu, setelah lem digunakan juga harus dipastikan bahwa kaleng lem telah tertutup rapat. Hal ini juga harus diperhatikan mengingat lem tidak boleh terkena angin. Jika lem terkena angin, maka lem akan mengeras dan tidak dapat digunakan lagi.




B. Proses Pengeleman Bagian Alas Sepatu.

                      i.        Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil sepatu yang akan direkat bagian alasnya. Sebelum dilakukan pengeleman, permukaan yang akan dilem harusla dibersihkan dari debu yang menempel dengan menggunakan lap yang telah disediakan. Hal ini bertujuan agar lem dapat menempel pada permukaan dengan baik. Debu yang menempel pada permukaan dapat menyebabkan lem tidak merekat sempurna, yang nantinya mengakibatkan ada bagian alas yang merenggang.
                     ii.        Setelah semua permukaan bersih dari debu, barulah dilakukan proses pengeleman. Lem diambil dengan menggunakan kuas yang berukuran sedang kemudian disapukan pada permukaan kulit alas sepatu. Proses penyapuan lem ini harus dilakukan dengan perlahan dan hati-hati agar lem tidak mengenai bagian yang tidak diinginkan. Penggunaan lem keatas permukaan bagian kulit alas memiliki ketebalan  0,5 mm. Lem yang digunakan tidak boleh terlalu banyak karena jika terlalu banyak, lem akan melebar ke bagian lain. Setelah lem rata pada seluruh permukaan, diamkan selama 1 menit. Tujuannya adalah agar lem sedikit mengering sehingga kulit alas sepatu dapat merekat sempurna. Barulah kemudian dipasangkan pada
bagian alas sepatu.
                    iii.        Setelah kulit alas sepatu terpasang, diamkan lagi selama 5 menit untuk menunggu lem menjadi kering. Sehingga kulit alas dengan bagian alas sepatu dapat merekat dengan baik pada bagian alas sepatu.
                   iv.        Jika lem telah benar-benar kering, lakukan pemeriksaan terhadap hasil pengeleman. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua bagian telah merekat dengan baik. Akan tetapi jika masih terdapat bagian yang tidak terkena lem, tambahkan lem pada bagian tersebut.
                    v.        Selanjutnya sepatu yang telah terpasang alas tersebut, dibawa ke stasiun pengepressan untuk dilakukan proses pengepressan.



C. Control

Tahap control merupakan tahapan akhir dalam proyek Six Sigma dimana pada tahapan ini dilakukan pengontrolan terhadap perbaikan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Hasil perbaikan pada tahap improve diuji dengan menggunakan perancangan eksperimen. Hasil perancangan eksperimen ini kemdian digunakan untuk membuat instruksi kerja pada bagian pengeleman.

H.  Hasil Penelitian
Analysis data bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak produk yang terjadi di bulan juni untuk produksi sepatu tersebut, Dan data mencatat ada 14 pasang sepatu atau 13,2 % dari produk sepatu sebanyak 106 pasang sepatu.
jenis cacat yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a)           Masih terdapat sisa lem yang ditemukan pada bagian upper sepatu (28.7%)
b)           Masih terlihat lukisan bekas pola di bagian kulit sepatu (21.42%)
c)          Lem yang kurang merekat pada bagian alas sepatu sehingga antara kulit untuk bagian alas sepatu dengan alas sepatu kurang merekat sempurna (50%)

I.    Review / komentar
Masalah yang sering terjadi pada produksi pembuatan sepatu ini adalah lem yang kurang merkat sempurna untuk bagian alas sepatu, tentunya produsen dapat meningkatkan kualitas dengan cara pengepresan bagian sepatu dengan baik dan sesui aturan yang telah ditentukan.

J.   Abstrak Jurnal

Perusahaan X adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuataan sepatu untuk pria dan wanita. Hasil bulan Juni terdapat 13,2 % produk yang cacat. Penelitian bertujuan untuk mengimplementasikan Six Sigma untuk menganalisa penyebab terjadinya cacat dan memberikan solusi terbaik. Pada tahap Define diketahui bahwa lem kurang rekat pada bagian alas merupakan cacat terbanyak yang ditemui, sehingga masalah ini menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Pada tahap Measure diketahui 2 karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang didapatkan untuk cacat lem kurang rekat pada bagian alas yaitu penggunaan lem yang sedikit dan kurang merata pada bagian alas, dan waktu pengepressan pada bagian alas sepatu. Perhitungan nilai DPMO didapatkan sebesar 66037, 74. Analisa menggunakan FMEA dilakukan pada tahap Analyze. Dari hasil analisa, diketahui bahwa resiko kegagalan terbesar terjadi pada stasiun pengeleman. Tahap Improve memberikan penjelasan mengenai poin-poin yang akan dimasukkan dalam instruksi kerja. Pada tahap Control didapatkan suatu instruksi kerja stasiun pengeleman. Dengan adanya suatu instruksi kerja yang jelas pada stasiun pengeleman dan stasiun pengepressan, diharapkan cacat lem kurang rekat pada bagian alas sepatu dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan. Dengan demikian kualitas sepatu yang dihasilkan dapat ditingkatkan.

Kata kunci: Six Sigma, FMEA, Industri Sepatu




K. DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Mirza, 2004, Analisis Kegagalan Proses Penyablonan T-Shirt Dengan
Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Universitas
Islam, Bandung.
Carpinetti, Luiz C.R., Gerolamo, Mateus C., dan Dorta, Marcelo, 2000, A Conceptual
Framework for Deployment of Strategy-related Continuous Improvements, The
TQM Magazine, Volume 12 No.5, pp 340-349
Chien, Te-King, Chang, Tien-Hsiang, dan Su, Chao-Ton, 2003, Did Your Efforts Really Win
Customer’ Satisfaction?, Industrial Management & Data Systems, Volume 104 No.
4, pp.253-262
Emilia, Refi, 2006, Desain Produk Bordir Dengan Metode Quality Function Deployment
(QFD). Universitas Bung Hatta, Padang.
Gaspersz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program Six Sixma Terintegrasi dengan
ISO 9001 : 2000, MNBQA, DAN HACCP, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ginn, D.M., Jones, D.V., Rahnejat, H., and Zairi, M, 1998, The “QFD/FMEA Interface”,
European Journal of Innovation Management, Volume 1 No. 1, pp.7-20
Pun, K.F., Chin, K.S. dan Lau, Hendry, 2000, A QFD/Hoshin Approach for Service Quality
Deployment: A Case Study, Managing Service Quality, Volume 10 No. 3, pp. 156-
169
Saylor, James H., 1992, TQM Field Manual, McGraw Hill, Inc
Stamatis, D.H, 1995, Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Contemporary Consultans.
Walker, Mike, 2002, Customer-driven, Breakthroughs using QFD and Policy Deployment,
Management Decision, Volume 40 No. 3, pp. 246-256

4 komentar:

  1. Dwi muji abako - @C18-Muji

    setelah membaca artikel ini menurut saya artikel ini cukup menarik dan membantu para pengusaha sepatu di Indonesia untuk semakin berkembang dan semakin maju dengan metode dan cara - cara yang ada di artikel ini

    BalasHapus
  2. @C19-HILMAN

    Menurut saya pembuatan artikel ini terlalu panjang dan bertele-tele sehingga membuat pusing pembacanya. Tetapi secara makna dan isi cukup baik dan lengkap.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. @C13-ROHADI,Tugas Tc06 (kuis)

    Berdasarkan artikel yang di angkat di atas, perkembangan kualitas produksi suatu produ memang wajib di lakukan, antara lain dengan menciptakan teknik-teknik baru yang lebih simpel dan hemat biaya.
    Sangat mendukung sekali oleh teknik terbaru yang ditemukan, dan diharapkan diikuti oleh produsen-produsen sepatu lainnya untuk lebih menunjang kualitas demi bersaing dengan pasar global atau produk-produk impor yang sekarang sudah semakin banyak menghiasi pasar lokal. Diharapkan juga dengan harga yang terjangkau dapat lebih menarik minat konsumen lokal yang saat ini banyak memilih produk Import yang harganya lebih mahal hanya saja menang dari segi Brandon dan strategi pemasaran

    Untuk pengangkatan artikel yang di ambil sudah sangat menarik, penyusunan dan bahasa kalimat sudah sesuai dengan kriteria tugas akan tetapi yang kurang adalah mindmapping yang kurang menarik terkesan polos dan lemas, kurang kreatif dan diusahakan lebih berwarna dan penyusunan yang lebih menarik mata pembaca , dengan mind mindmaping yang menarik pembaca akan semakin penasaran dengan isi yang di angkat hingga membacanya hingga akhir kalimat
    Terimakasih mas
    Aturnuhun jang haha

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.