Tiap produk, apapun jenisnya, pasti akan mengalami
kegagalan. Banyak hal yang mempengaruhi dan beragam pula mekanisme yang
menyebabkan terjadinya kegagalan tersebut.
Umumnya, kegagalan ini akan menyebabkan banyak sekali ketidak-nyamanan sebagai tambahan terhadap dampak ekonomisnya. Tak sedikit pula, beberapa dari kegagalan ini meningkatkan perhatian terhadap keselamatan manusia, terlepas dari ada atau tidaknya kecelakaan fatal yang diakibatkannya.
Umumnya, kegagalan ini akan menyebabkan banyak sekali ketidak-nyamanan sebagai tambahan terhadap dampak ekonomisnya. Tak sedikit pula, beberapa dari kegagalan ini meningkatkan perhatian terhadap keselamatan manusia, terlepas dari ada atau tidaknya kecelakaan fatal yang diakibatkannya.
Keandalan (reliability) didefinisikan sebagai probabilitas
bahwa suatu komponen atau sistem akan melakukan fungsi yang diinginkan
sepanjang suatu periode waktu tertentu bilamana digunakan pada kondisi-kondisi
pengoperasian yang telah ditentukan. Dalam pengertian lain, keandalan merupakan
probabilitas dari ketidak-gagalan terhadap waktu.
Rekayasa keandalan
(reliability engineering) merupakan elemen penting dari suatu industri, karena
penerapan rekayasa keandalan dalam industri tersebut akan menjamin kualitas
produk yang dihasilkan sehingga mampu bersaing di pasaran.
Rekayasa keandalan
(reliability engineering) berupaya untuk melakukan studi, karakterisasi,
pengukuran, dan analisis terhadap berbagai kegagalan dan aktivitas
perbaikan-kembali dari komponen atau sistem dalam rangka meningkatkan penggunaan
operasionalnya. Peningkatan ini dilakukan melalui design life, eliminasi atau
reduksi kemungkinan munculnya berbagai kegagalan dan resiko keselamatan, yang
karenanya akan meningkatkan waktu pengoperasian yang tersedia.
Tiga langkah yang
dapat dilakukan untuk mencapai rekayasa keandalan adalah dengan memaksimasi
kendalan produk, meminimasi variasi proses produksi untuk menjamin konsistensi
keandalan produk, serta menggunakan variasi teknik keandalan yang besar
Tahapan lain yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
·
Penguraian dari struktur produk berdasarkan
pendekatan terhadap berbagai fungsi yang harus dilakukan oleh produk,
subsistem, dan tiap komponennya. Ini diilutrasikan melalui konstruksi dari
Function Block Diagram (FBD). Tahapan ini akan secara definitif menjelaskan
pengertian operasional dari kegagalan
·
Penguraian dari arsitektur produk dalam bentuk
komposisional dari konfigurasi berbagai komponen, secara serial atau paralel,
yang membentuk produk bersangkutan. Ini selanjutnya akan dituangkan secara
diagramatis dalam Reliability Block Diagram (RBD).
·
Asesmen terhadap tingkat keandalan dari tiap
komponen (reliability estimation) yang berdasarkan RBD pada tahapan sebelumnya
akan menghasilkan estimasi dari tingkat keandalan produk (reliability
prediction).
·
Upaya peningkatan keandalan dari produk akan
dilakukan dengan analisis statistikal terhadap karakteristik kegagalan pada
tiap tahapan bathtub curve nya, yang kemudian bisa dioptimasi secara stokastik
atau dengan simulasi monte-carlo.
·
Perwujudan peningkatan ini bisa saja mengarah
pada perlu diubahnya engineering design dari produk bersangkutan atau bahkan
pada arsitektur produk tersebut. Ini tentu saja perlu dikaji kembali
berdasarkan kelayakan secara teknis dan ekonomisnya.
Konteks sistem dan kegagalan
Secara umum sistem didefinisikan sebagai kumpulan
sejumlah sub-sistem atau komponen yang berhubungan satu sama lain guna
menjalankan fungsi tertentu. Sistem rekayasa (engineering systems) pada buku
ini diterjemahkan sebagai berbagai jenis sistem yang ada dalam proses rekayasa.
Karena itu, pengertian sistem rekayasa adalah multi-disipliner, meliputi sistem
elektrik, sistem mekanik, sistem pneumatik, sistem hidrolik, sistem dalam
proses kimia dsb.
Klasifikasi sistem menjadi sangat bervariasi tergantung
konteks sistem yang dicakup. Pada buku ini sistem cenderung dikelompokkan
menjadi dua kelompok yakni mission orinted systems (MOS) dan continuous
operated system (COS). MOS memiliki karakter bahwa sistem yang terus beroperasi
secara kontinyu selama rentang waktu yang menjadi misinya. Kegagalan komponen
dalam sistem ini tidak akan menyebabkan terhentinya kerja sistem. Komponen yang
ada didalam sistem ini akan dioperasikan kontinyu sampai komponen tersebut mengalami
kegagalan. Jika gagal, maka komponen akan di perbaiki atau diganti dalam
konteks repairable systems atau komponen tersebut akan dibiarkan gagal karena
tidak akan menyebabkan kegagalan fungsi sistem dalam konteks nonrepairable
systems.
MOS itu sendiri dikelompokkan menjadi dua kelompok
yakni:
·
Sistem dimana pola operasinya dimulai dari
kondisi sistem diketahui beroperasi melalui pengecekan. Sebagai contoh, pesawat
terbang adalah salah satu sistem yang dapat dikelompokan dalam kelas ini.
Pesawat terbang akan diterbangkan jika setelah di cek semua sistem didalamnya
berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, pesawat terbang diharapkan dapat
beroperasi hingga misinya berakhir tanpa kegagalan, atau dengan peluang
terjadinya kegagalan dibawah tingkat yang dapat diterima.
·
Sistem dimana terdapat periode idle diantara
waktu dimana sistem dalam keadaan beroperasi. Sebagai contoh, sistem alarm
memiliki karakter seperti ini, dimana sistem akan berada pada posisi idle
hingga nantinya berfungsi saat terjadi penyimpangan dari toleransi operasional
yang diijinkan. Kegagalan sistem bisa terjadi saat sistem idle ataupun saat
sistem harus beroperasi namun gagal difungsikan.
Penilaian kualitatif dan kuantitatif
Diawal pengembangannya, rekayasa
keandalan lebih banyak didekati dengan pendekatan kualitatif, dimana disain, operasi,
analisa kegagalan lebih banyak dianalisa dengan menggunakan acuan atas
pengalaman-pengalaman sebelumnya atau lebih sering disebuit dengan istilah
engineering judgement. Pendekatan kualitatif ini menjadi tidak cocok ketika
kita harus melakukan perbandingan antara dua disain dengan konfigurasi komponen
yang berbeda atau ketika kita melakukan analisa ekonomi terhadap dua disain
tersebut.
Keandalan adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sebuah sistem atau produk, dengan demikian parameter
disain dan proses evaluasinya haruslah merupakan proses integral dari proses
disainnya. Agar ini dapat terpenuhi, maka tidak ada jalan lain kecuali
mengekspresikan keandalan dalam terminologi kuantitatif. Hal ini bukanlah
konsep yang unik mengingat hampir semua parameter aspek rekayasa adalah
berbasiskan numerik dan penilaian dilakukan dengan membandingkan secara
kuantitatif baik itu disain maupun parameter operasinya. Sehingga ekspresi
”sistem ini tidak akan gagal”, atau ”sistem ini sangat andal, sistem ini lebih
andal dibandingkan sistem lainnya” menjadi tidak terlalu bermakna karena sulit
menentukan indikator keandalannya.
Namun demikian bukan berarti
bahwa penilaian kualitatif harus serta merta digantikan oleh penilaian
kuantitatif. Penilaian kualitatif akan sangat berfungsi manakala kita mencoba
untuk melakukan analisa proses kegagalan sebuah sistem, konsekuensi dari
kegagalan, penilaian resiko, serta manakala kita menghubungkan kualitas sistem
dengan analisa ekonomi atau investasi. Lebih jauh lagi, penilaian kuantitatif
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja terdahulu sebuah
sistem (past performance) serta memprediksi perilaku atau kinerja sistem dimasa
mendatang. Fungsi pertama yang diesbutkan diatas sudah sangat lumrah dilakukan
oleh oranisasi yang mengoperasikan proses apapun. Akan tetapi fungsi yang kedua
diatas membutuhkan dukungan data-data dari pengoperasian sistem sebelumnya,
yang kemudian dengan menggunakan teori statistik untuk dapat memprediksi
perilaku sistem dimasa yang akan datang.
Penilaian terhadap past
performance menjadi sangat bermanfaat dalam rangka untuk dapat:
mengidentifikasi kelemahan disain yang mungkin membutuhkan modifikasi,
mengidentifikasi perubahan perilaku (trend ) keandalan sistem, menentukan
indeks keandalan saat ini sebagai acuan dalam penilaian keandalan di periode
berikutnya, memungkinkan kita untuk membandingkan kinerja terdahulu dengan
kondisi operasi yang sebenarnya serta dasar dalam memonitor respon jika
dilakukan perubahan-perubahan terhadap disain sistem.
Sementara itu, penilaian terhadap
kinerja sistem di periode berikutnya (future system performance) menjadi
penting karena memungkinkan kita untuk memprediksi: bagaimana perilaku sistem
dimasa yang akan datang, bagaimana efek dari kebijakan pemeliharaan dan operasional
yang baru, bagaimana perilaku sistem jika dilakukan perubahan disain, hubungan
antara keandalan terhadap biaya, manfaat, dan indikator kinerja sistem lainnya.
Definisi keandalan, indeks dan parameter keandalan
Berbagai literatur memberikan
definisi yang beragam terhadap keandalan. Namun demikian, ada beberapa kesamaan
di dalam definisi tersebut, khususnya parameter tetap yang terkandung dalam
definisi tersebut. Parameter tersebut adalah peluang, sistem/komponen, tidak
gagal, waktu, dan kondisi operasi.
Jika kita berbicara keandalan
kuantitatif, maka kita berbicara dalam konteks peluang (probability). Peluang
yang merepresentasikan indeks keandalan memiliki rentang nilai 0 (nol) sampai
dengan 1 (satu). Keandalan sistem/komponen bernilai 0 berarti memiliki peluang
sukses (tidak gagal) 0% dan keandalan sistem/komponen bernilai 1 memiliki
peluang sukses 100%. Nilai keandalan ini adalah fungsi waktu, artinya keandalan
sebuah sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu dimana evaluasi
keandalan tersebut dilakukan. Sistem/komponen yang sama dan diukur saat waktu
operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan yang berbeda jika kondisi
operasi kedua sistem/komponen sejenis tersebut berbeda.
Pengertian keandalan yang sampai
saat ini sering digunakan adalah:
Probabilityof a device performing
its purpose adequately for the period of time intended and under the operating
conditions encountered. Atau dengan kata lain,
Peluang suatu sistem/komponen
untuk dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya dalam rentang waktu dan kondisi
operasi tertentu.
Keandalan (reliability) dan Ketersediaan (availability)
Terminologi keandalan
(reliability) dan ketersediaan (availability) sering diinterpretasikan tidak
tepat, walaupun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat
mendasar, khususnya menyangkut obyek yang dibahas/dianalisa.
Pengertian tersebut menyangkut
kemampuan sistem/komponen untuk dapat berfungsi tanpa kegagalan dalam rentang
waktu tertentu, atau dengan kata lain kemampuan sistem/komponen untuk dapat
menyelesaikan misinya secara memuaskan. Dengan demikian, penilaian keandalan
tepat untuk mengkuantifikasi kemampuan sistem/komponen untuk mission oriented
system (MOS). Atau, dengan kata lain, keandalan adalah peluang komponen/sistem
tetap berada pada kondisi beroperasi (operating state) tanpa kegagalan.
Dengan demikian, pada kasus
continuous operated system (COS), penilaian keandalan akan menjadi kurang
tepat, karena COS bisa mentolerir kegagalan. Penilaian untuk sistem dengan
karakter COS adalah ketersediaan (availability) yakni peluang sistem/komponen
berada pada kondisi operasi (operating state) atau peluang sistem ditemukan
dalam kondisi operasi pada waktu tertentu.
Teknik-teknik Penilaian Keandalan
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, indeks keandalan dapat ditentukan dengan menggunakan teori
probabilitas. Namun demikian, tidak ada satu formula pun yang dapat mewakili
semua kasus dalam penilaian keandalan. Pendekatan yang digunakan dan formula
yang dihasilkannya pun sangat tergantung pada permasalahan serta asumsi-asumsi
yang digunakan.
Hal ini sangat umum pada
penyelesain permasalahan dalam bidang yang lain yang melibatkan pendekatan
probabilitas maupun statistik. Namun demikian, satu hal umum yang bisa dipakai
adalah bahwa validitas dari penilaian dan evaluasi keandalan dari sebuah sistem
secara langsung tergantung pada validitas model yang digunakan untuk mewakili
sistem tersebut. Distribusi kegagalan tertentu pada kondisi tertentu dapat
dengan tepat digunakan dalam analisa, namun kesalahan kerap muncul pada proses
simplifikasi yang berlebihan terhadap sistem pada model yang mewakilinya.
Selain itu, aspek yang paling
penting dalam melakukan penilaian keandalan sistem adalah pengertian yang
komprehensif dan menyeluruh terhadap implikasi rekayasa dari sistem yang
dianalisa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori probabilitas adalah
hanya sebuah alat (tool) yang memungkinkan mereka yang melakukan penilaian
keandalan untuk mentransformasikan perilaku sistem yang sudah ada saat ini
menjadi prediksi terhadap perilaku sistem dimasa mendatang. Dengan kata lain,
pengertian terhadap perilaku sistem adalah sayarat mutlak dalam menentukan
teknik penilaian keandalan yang sesuai. Secara garis besar, penilaian keandalan
dilakukan dalam proses umum berikut:
(1) Mengertikan dengan seksama
bagaimana pola operasi sistem
(2) Mengidentifikasi proses
sistem menjadi gagal
(3) Menguraikan konsekuensi dari
kegagalan tersebut
(4) Membuat model yang dapat
mewakili karakteristik diatas
(5) Memilih teknik penilaian keandalan
yang sesuai.
Teknik penilaian keandalan secara
garis besar dikelompokkan menjadi dua yakni dengan pendekatan analitis dan
dengan pendekatan simulasi. Pendekatan analitis menggunakan model matematis
untuk melakukan penilaian indeks keandalan sistem. Pendekatan simulasi dalam
menentukan indeks keandalan mensimulasikan proses aktual dan perilaku acak
(random behaviour), salah satunya dengan menggunakan simulasi Monte Carlo.
Pendekatan simulasi ini membutuhkan waktu komputasi yang relatif lebih panjang
dibandingkan dengan pendekatan matematis, dan sering dijadikan sebagai opsi
kedua jika pendekatan analitis susah dilakukan.
Perbaikan Keandalan Sistem
Pada dasarnya ada dua cara yang
bisa dilakukan untuk memperbaiki keandalan sistem (meningkatkan indeks keandalan).
Cara pertama adalah memperbaiki kualitas, dalam hal ini adalah kualitas dari
komponen penunjang sistem. Cara yang kedua adalah redundansi (redundancy).
Perbaikan kualitas tidak hanya
ditentukan oleh kualitas material dari komponen yang dipakai di dalam sistem,
namun juga termasuk kualitas proses manufaktur, kalibrasi, transportasi,
instalasi dan operasi. Proses ini tentunya melibatkan unsur manusia didalamnya.
Sehingga faktor manusia (human faktor), lingkungan kerja, dan ergonomi akan
menjadi sangat dominan dalam melakukan penililaian keandalan sistem. Namun
demikian faktor-faktor tersebut memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dalam penilaiannya dibandingkan dengan penentuan indeks keandalan secara
matematis. Berbagai riset telah dilakukan hingga saat ini untuk dapat melakukan
penilaian yang lebih akurat terhadap faktor-faktor tersebut.
Sementara itu, konsep redundansi
didasarkan atas kenyataan bahwa sistem dapat gagal kapan saja. Dengan demikian
pada komponen tertentu yang dianggap kritis akan dibutuhkan komponen cadangan
(backup) yang akan berfungsi jika komponen utama gagal. Komponen yang gagal
bisa tetap pada kondisi gagal pada nonrepairable system ataupun akan
diperbaiki/diganti pada repairable system.
Jenis redundansi ada dua yakni
redundansi aktif dan redundansi standby. Redundansi aktif memiliki pengertian
bahwa kerja sistem pada fungsi tertentu dilakukan oleh lebih dari satu komponen
secara bersamaan, dan jika salah satu komponen gagal, maka komponen aktif
lainnya akan mengambil alih fungsi kerja tersebut. Redundansi aktif ini sering
disebut parallel redundancy. Sementara itu standby redundancy memiliki komponen
yang jumlahnya lebih dari satu pada fungsi tertentu, dan satu atau lebih
komponen aktif sementara komponen lainnya akan bekerja jika komponen aktif
tersebut gagal melalui sebuah proses switching.
Konsep lain yang sering
dipergunakan adalah diversity, yakni konsep redundansi dengan menggunakan
komponen yang tidak sejenis. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan jika
komponen utama telah diketahui memiliki kelemahan yang bisa dikompensasi dengan
menggunakan komponen yang melakukan fungsi yang sama namun memilki
karakteristik kerja yang lebih unggul.
Konsep perbaikan keandalan sistem
lainnya adalah penyediaan suku cadang dan perawatan pencegahan (preventive
maintenance). Penyediaan suku cadang ini tentunya membutuhkan pertimbangan
bukan hanya teknis saja, namun juga ekonomis dimana lewat proses optimasi bisa
ditentukan jumlah suku cadang yang paling optimum untuk menjamin kelangsungan
kerja sistem pada tingkat biaya yang paling minimum. Perawatan pencegahan harus
dilakukan jika komponen sudah memasuki masa akhir dari fungsi operasi
optimumnya atau saat kegagalan tertentu mulai dialami oleh komponen tersebut.
Waktu optimum melakukan perawatan pencegahan ini membutuhkan proses yang agak
panjang dan susah dilakukan.
Penilaian Keandalan Pada Tahap Desain
Keandalan hendaknya sudah menjadi
salah satu pertimbangan dalam tahap disain sebuah sistem. Penilaian keandalan
setelah sistem dibuat akan sangat tidak ekonomis. Kita juga sadari bahwa setiap
produk atau sistem memiliki apa yang disebut dengan inherent reliability
(keandalan bawaan). Inherent reliability sangat ditentukan oleh kontrol
kualitas sejak proses manufaktur produk tersebut, atau dengan kata lain,
kontrol kualitas yang jelek akan sangat menurunkan inherent reliability,
sekalipun kontrol kualitas yang terjamin pun tidak akan keandalan melebihi
inherent reliability. Dengan demikian inherent reliability dan kontrol kualitas
sangat terkait satu sama lain.
Aplikasi konsep keandalan pada
proses disain seperti pada gambar tersebut diterjemahkan melalui
pengalaman-pengalaman disain sistem yang sejenis dan operasinya. Beberapa
aktivitas di dalamnya meliputi:
(1) Mengidentifikasi kelemahan
disain
(2) Membandingkan konfigurasi
sistem dengan alternatif lainnya
(3) Membandingkan pendekatan
terhadap konseptual disain
(4) Mengidentifikasi kebutuhan
akan redundansi
(5) Menentukan kebutuhan akan
informasi hasil pengujian
(6) Menentukan jenis pengujian yang
perlu dilakukan
(7) Mengestimasi kebutuhan
redundansi, standby, suku cadang, dll
(8) Mengidentifikasi permasalahan
potensial yang ada dan usaha mitigasinya.
Reliability Economics
Seperti yang telah disampaikan
diawal keandalan sangat terkait dengan biaya dan faktor-faktor ekonomi lainnya.
Sistem akan menjadi lebih andal jika komponen-komponen kritis pada sistem
diberi redundansi. Namun ini secara langsung akan menyebabkan biaya investasi
sistem, biaya pemeliharaan serta biaya operasinya juga akan menjadi lebih
mahal.
Pertanyaan mendasar yang muncul
berkaitan dengan faktor ekonomi ini adalah Dari uraian diatas jelas bahwa
keandalan dan faktor-faktor ekonomi merupakan seberapa besarkah investasi harus
dilakukan terhadap sistem untuk mendapat keuntungan peningkatan indeks
keandalan yang diharapkan?.
Tentunya ini adalah pertanyaan yang sulit
untuk dijawab khususnya untuk sistem yang kompleks dengan berbagai opsi disain
dan alternatif komponen yang ada. pertimbangan yang terintegrasi satu sama lain
di dalam proses pengambilan keputusan.
Data Keandalan
Dalam konteks keandalan, data
menjadi salah satu faktor penting untuk dimiliki dan salah satu faktor yang
paling sulit untuk didapat. Data dapat diperoleh lewat dua jalan yakni,
pengujian/eksperimen (data primer) dan data operasi di lapangan (data
sekunder). Data yang pertama dapat diperoleh untuk komponen yang sederhana saja
yang tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pengujiannya. Data yang kedua
juga sering susah didapatkan mengingat tidak tercatatnya hal-hal penting dari
pengoperasian sistem sebelumnya, atau tidak tercatatnya data dari peralatan
sejenis yang bisa dijadikan acuan atau sumber data peralatan yang kita analisa.
Data juga bisa diperoleh dari organisasi tertentu yang mengumpulkan data
perawatan dan operasi peralatan tertentu kemudian melakukan analisa statistik
terhadapnya dan hasilnya dipublikasikan dalam bentuk data handbook atau data
bank.
Penutup
Dengan semakin meningkatnya
kesadaran akan keselamatan dan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen, maka
mau tidak mau pihak manufaktur harus memperhatikan dan mempertimbangkan dengan
sangat mendalam aspek keandalan dari produk yang dihasilkannya. Ini menjadi
penting untuk bisa mewujudkan kepuasan konsumen (customer satisfaction).
Sumber
http://personal.its.ac.id/files/material/328-ketutbuda-pendahuluan.pdf
(diunduh tanggal 23 september 2016)
http://idrel.blogspot.co.id/2005/06/rekayasa-keandalan-produk.html
(diunduh tanggal 23 september 2016)
@B12-RIZKY
BalasHapusrekayasa keandalan memang sangat perlu untuk perusahaan dalam memproduksi sesuatu sehingga dapat bersaing dengan produk lain tetapi komponen dan bahan yang di gunakan harus sesuai standar agar tidak membuang waktu dalam proses pengujiannya
@B09-YUSUF
BalasHapusArtikel yg bermanfaat, proses produksi yg biasanya waste waktu, material, tenaga bisa lebih di hemat dengan rekayasa produksi.
Saran. Tulisan harusnya lebih bisa di minimalkan untuk menghindari kejenuhan pembaca. Terimakasih