Pada era globalisasi seperti saat ini kebutuhan manusia akan
transportasi amatlah penting, karena dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing individu.
Berbagai alat transportasi yang dapat menunjang kebutuhan
manusia diantaranya transportasi darat, laut, maupun udara. Dalam transportasi
darat yang dapat menampung banyak penumpang adalah kereta api. Perusahaan milik
pemerintah ini dikelola oleh PT. KAI. Perusahaan yang menjalankan bisnisnya
dalam sektor jasa ini banyak membantu kebutuhan manusia dengan waktu tempuh
yang cukup efisien dibandingkan dengan trasportasi darat lainnya.
Pada transportasi
darat di jalan terbuka/open road, Desai & Haque (2006) berpendapat bahwa
kecelakaan terjadi akibat dari penurunan tinkgat kewaspadaan. Tingkat
kewaspadaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk,
kelelahan (fatigue), distrkasi atau selingan dan keadaan psikofisiologi
(keadaan dari dalam diri manusia dimana menghasilkan reaksi emosional mulai
dari kegembiraan sampai pada emosi yang dapat mengakibatkan konflik).
Pada variabel tingkat kantuk terdapat 3 variabel indikator, yaitu ritme
sirkadian, kualitas tidur dan waktu tidur. Dalam penelitian ini menggunakan
variabel indikator kualitas tidur, mengingat pentingnya pengukuran kualitas
tidur responden yang hanya memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam per hari.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh PT. KAI dengan mengeluarkan sertifikat
kelayakan guna meminimasi terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh SDM.
Karena
jam kerja pada masinis cenderung monoton yang disebabkan oleh perjalanan yang
lurus dan kosong tanpa hambatan menyebabkan konsentrasi masinis berkurang yang
dapat menimbulkan rasa kantuk tiba-tiba. Berdasarkan dari hasil kusioner
pendahuluan sebanyak 72% responden menyatakan bahwa waktu tidur hanya 6 –7 jam
perhari, pernah mengalami rasa kantuk sebanyak 1 – 2 kali, merasakan ngantuk
ketika 3 jam perjalanan, kewaspadaan menurun yang disebabkan oleh rasa kantuk,
perjalanan yang dilalui sangatlah monoton. Kantuk merupakan faktor resiko
terbesar dalam cidera yang serius dan kematian pada kejadian kecelakaan ketika
mengemudi (Kaida.dkk, 2007).
Dari kelima
faktor yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk, keadaan psikofisiologi, distraksi
dan kelelahan kerja mempengaruhi kemampuan kognitif pengemudi. Identifikasi
variabel yang mempengaruhi masinis dan asisten masinis dalam mengemudikan
kereta api merupakan suatu langkah untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan.
Menurut Desai & Haque (2006) kecelakaan terjadi sebagai akibat dari
menurunnya tingkat kewaspadaan. Variabel yang mempengaruhi tingkat kewaspadaan
yaitu keadaan monoton, tingkat kantuk, psikofisiologi, distraksi dan kelelahan
kerja. Pada variabel tingkat kantuk terdapat 3 variabel indikator, yaitu ritme
sirkadian, kualitas tidur dan waktu tidur. Dalam penelitian ini menggunakan
variabel indikator kualitas tidur, mengingat pentingnya pengukuran kualitas
tidur responden yang hanya memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam per hari.
Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh wiwik, dkk (2016) dapat disimpulkan bahwa
masinis dan asisten masinis diantaranya:
- Keadaan monoton memiliki pengaruh secara individual terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,613 dan signifikansi sebesar 0,547 sedangkan untuk sesudah jam dinas sebesar 0,006 dan signifikansi sebesar 0,995.
- Kualitas tidur berpengaruh secara individual terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar 1,172 dan signifikansi sebesar 0,256 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai - 0,694 dan signifikansi sebesar 0,496. Variabel kualitas tidur merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas dengan memiliki nilai standar koefisien sebesar 0,271.
- Keadaan psikofisiologi berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,707 dan signifikansi sebesar 0,488 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar 0,934 dan signifikansi sebesar 0,362.
- Distraksi berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar - 0,216 dan signifikansi sebesar 0,831 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar -2,015 dan signifikansi sebesar 0,058.
- Kelelahan kerja berpengaruh secara individu terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,725 dan signifikansi sebesar 0,477 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar 1,237 dan signifikansi sebesar 0,231.
Berdasarkan
hasil penelitian diatas pengaruh keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiolois,
distraksi, dan kelelahan kerja berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi
masinis dan asisten masinis. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa setiap
variabel memiliki besar pengaruh yang
bervariasi. Berdasarkan uji t,
sebelum bekerja, variabel
Independen yang berpengaruh paling besar adalah kualitas
tidur, yaitu sebanyak
27,1%. Sedangkan ketika sesudah
bekerja, variabel
independen yang paling
berpengaruh adalah kelelahan kerja sebanyak 25,5%. Nilai tersebut
dilihat dari nilai standardization coefficient (Beta) terbesar
diantara variabel independen
lain. Untuk sisanya merupakan faktor –faktor yang lain.
Daftar
pustaka
Budiawan, Wiwik; Prastawa, Heru; Kusumaningsari, Aldisa; Novita, Sari Diana.
(2016). PENGARUH MONOTON, KUALITAS TIDUR, PSIKOFISIOLOGI, DISTRAKSI, DAN
KELELAHAN KERJA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN. JURNAL TEKNIK INDUSTRI. Volume 11, No. 1. Januari. Diunduh
pada 22 september 2016 dari http://id.portalgaruda.org/?ref=search&mod=document&select=title&q=PENGARUH+MONOTON%2C+KUALITAS+TIDUR%2C+PSIKOFISIOLOGI%2C+DISTRAKSI%2C+DAN+KELELAHAN+KERJA++TERHADAP+TINGKAT+KEWASPADAAN&button=Search+Document
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.