- Judul
Penelitian
Proses Produksi Biodiesel Berbasis Biji Karet
- Nama
Penulis
Soemargono* , Edy Mulyadi (Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur)
- Nama
Jurnal
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011. Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur, dalam link (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=93844&val=300&title=Proses%20Produksi%20Biodiesel%20Berbasis%20Biji%20Karet)
- Latar
Belakang Masalah
Indonesia memiliki perkebunan
karet terbesar di dunia (lebih dari 3 juta ha). Selain menghasilkan karet
sebagai produk utama, perkebunan karet juga berpotensi menghasilkan produk
tambahan berupa biji karet yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak biji
karet. Tingginya potensi biji karet sebagai sumber minyak nabati ditunjukkan
dengan data bahwa satu hektar tanaman karet (populasi sekitar 500 pohon), umur
lebih dari 10 tahun, dapat menghasilkan lebih dari 5 ton biji. Jika kadar lemak
biji karet sebesar 32%, maka dapat dihasilkan sekitar 1,5 ton minyak per
hektar. Jika biji karet dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku biodiesel, maka
lebih dari 4,5 juta liter per tahun biodiesel dapat diproduksi. Sampai saat
ini, pengelolaan biji karet belum tertata dengan baik termasuk pengelolaan
pasca panennya. Kerusakan biji yang terkait dengan penurunan kadar minyak
akibat pengelolaan pasca panen yang kurang tepat dapat berakibat pada rendemen
minyak yang rendah. Untuk itu, perlu Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2,
2011 41 dikembangkan cara pengolahan yang mampu menghasilkan rendemen tinggi,
yaitu dengan mengupas kulit biji sehingga diperoleh kernel lalu diekspeler
untuk mendapatkan minyak mentah (Hidayat dkk., 2009).
- Masalah
Berpijak pada kenyataan bahwa
dalam skala industri masih terdapat beberapa kelemahan, maka perlu diadakan
penyempurnaan terhadap teknologi proses produksi biodiesel. Penyempurnaan itu
berpedoman pada aspek-aspek: perancangan yang tetap kompak, hemat energi, adaptif
terhadap berbagai jenis bahan baku, mudah dioperasikan dan hasil yang memiliki
yield dan kemurnian yang tinggi. Salah satu kemungkinan perbaikan yang bisa
diterapkan adalah penggunaan reaktor osilasi bersekat yang dilengkapi alat
pemurnian vakum. Cara ini dipilih karena tidak memerlukan energi yang tinggi
dan sederhana dalam pengoperasiannya.
- Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pola pemungutan minyak biji karet secara maksimal dan mendapatkan
kondisi proses produksi biodiesel yang memenuhi standar SNI dan ASTM. Disamping
itu, diharapkan diperoleh data rancang bangun proses produksi bio-diesel dari
minyak biji karet dengan reaktor moveable dan hemat energi. Perbaikan proses
produksi biodiesel dilakukan dengan menggunakan prototipe alat berkapasitas 20
L/menit.
- Metode
·
Bahan
Biji
karet diperoleh dari perkebunan di daerah Jember. Biji karet yang telah masak
dan jatuh dari pohon dipungut dan dipilah dari pengotor.
·
Alat
Rangkaian alat penelitian proses produksi
biodiesel ditunjukkan pada Gambar 1 sampai 3.
·
Cara
Penelitian
Pengambilan kernel (biji karet)
dari buah karet dilakukan dengan mesin pengupas kulit berkapasitas 30 kg/jam.
Biji hasil pengupasan lalu dimasukkan ke mesin penghancur yang berkapasitas 20
kg/jam. Sebelum dipastakan, biji karet kernel terlebih dahulu dikenai
penanganan awal yang berbeda-beda, yaitu diperas, disangrai atau dikukus.
Selanjutnya pasta biji karet dimasukkan ke mesin pengepres berkapasitas 30
kg/jam untuk mengeluarkan minyak biji karet yang disebut minyak kasar (crude
oil). Minyak kasar selanjutnya dimasukkan ke dalam centrifuge untuk dipisahkan
dari kotorannya kemudian dianalisis kandungan FFA-nya. Skema alat pemungut
minyak biji karet (ekspeler) disajikan pada Gambar 1.
Sebelum memasuki proses produksi
biodiesel, minyak kasar dimurnikan terlebih dahulu. Pemurnian crude oil
dilakukan dengan proses degumming pada suhu 90°C menggunakan asam phospat
selama 30 menit. Skema alat degumming disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2. Alat
pemurni crude oil. Proses produksi biodiesel dari minyak biji karet yang telah
dimurnikan dijalankan seperti pada Gambar 3. Proses utama pembentukan biodiesel
dijalankan dalam reaktor esterifikasi dan transesterifikasi dengan penambahan
methanol dan katalis dengan perbandingan tertentu. Proses esterifikasi yang
akan dijalankan didasarkan pada kondisi optimum penelitian sebelumnya, yaitu
pada suhu 105°C, waktu 30 menit, dengan menggunakan katalis asam sulfat pekat
dengan dosis katalis 1% berat minyak (Wahyudi dan Mulyadi, 2007). Proses transesterifikasi
dilaksanakan dengan variasi waktu 1 sampai 3 jam dan suhu 40° sampai 70°C
dengan dosis katalis 1% berat minyak dan methanol sebanyak 15% berat minyak.
Karakteristik biodiesel dianalisis dan dibandingkan dengan syarat-syarat
biodiesel yang baik sesuai standar SNI 04-7182-2006.
- Hasil
Penelitian
Minyak biji karet dilakukan
dengan 4 cara pengolahan yaitu biji karet disangrai lalu diperas dengan
ekspeler (Gambar 4a), biji karet langsung dikukus (Gambar 4c), biji karet
dihancurkan, dipilah kulit dan kernelnya lalu disangrai dan diperas dengan
ekspeler (Gambar 4b sampai 4c) serta biji karet dihancurkan dipilah, dikukus
kernelnya dan diekspeler (Gambar 4d dan 4e).
Hasil yang diperoleh dari keempat
perlakuan itu ditunjukkan dalam Gambar 5. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa minyak maksimum diperoleh dengan cara perlakuan pemecahan biji untuk
diambil kernel, dilakukan pengkukusan lalu pengambilan minyak dengan ekspeler.
Jumlah kernel yang peroleh 53% berat biji karet. Kadar minyak dalam kernel 38%.
Recovery minyak maksimum 56% diperoleh dengan proses kukus. Hasil analisis
minyak biji karet menunjukkan karakteristik sebagai berikut: kandungan FFA
rerata 7,4, densitas 0,902 g/cm3 , angka Iod 13, angka penyabunan 198 ππππ πΎππ» π ππππ¦ππ dan nilai panas 9.362 J/g yang
secara lengkap disajikan dalam Tabel 1.
Minyak mentah (crude oil)
selanjutnya dikenai proses degumming dengan kondisi proses mengacu pada
percobaan Mulyadi dan Heru (2007) yaitu suhu 90°C, waktu 30 menit dengan
menggunakan asam pospat pekat 0,1% berat minyak. Analisis minyak biji karet
setelah proses degumming diperoleh nilai angka Iod 7, titik nyala 340°C, titik
didih 198°C, titik beku -1°C, angka penyabunan 128 ππππ πΎππ» π ππππ¦ππ , dan heating value 10.620 J/g.
Minyak yang telah mengalami
proses degumming, selanjutnya masuk dalam reaktor yang secara berturut-turut
dilakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses esterifikasi
dijalankan dalam reaktor alir bersekat miring. Diharapkan reaktor ini
memberikan pencampuran yang sempurna antara katalis dan reaktan, tetapi
mempunyai turbulensi rendah. Hal ini dimaksudkan agar air yang terbentuk dalam
proses esterifikasi tidak tersuspensi sehingga memudahkan dalam pemisahannya.
Untuk proses transesterifikasi
diperlukan turbulensi tinggi, maka pada penelitian ini digunakan rancangan
reaktor osilasi yang berbaffle dilengkapi dengan cap (Mulyadi dkk., 2009).
Proses esterifikasi dijalankan dengan kondisi yang telah ditetapkan (suhu
105°C, waktu 30 menit, katalis asam sulfat pekat 1% berat minyak) dapat
menurunkan FFA minyak biji karet menjadi 0,49%. Hal itu jauh dibawah syarat FFA
maksimum, yaitu 1%. Hasil proses transesterifikasi berupa metil ester (biodiesel)
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat nilai angka asam dan
bilangan iod (Gambar 6 dan 7) memenuhi kriteria biodiesel (menurut SNI, ASTM,
dan biodiesel.org) yang terangkum dalam Tabel 2. Kendatipun perolehan nilai
angka asam dalam rentang kisaran yang cukup besar, yaitu 0,18 sampai 0,9
(Gambar 6), tetapi masih dalam kriteria yang memenuhi syarat sebagai biodiesel
(maksimum 0,8). Untuk bilangan iod yang diperoleh dari berbagai variasi yang
dipelajari baik suhu maupun waktu transesterifikasi terlihat fluktuatif. Namun
demikian bilangan iod yang fluktuatif tersebut berkisar antara 47 sampai 63
(Gambar 7) masih dalam kisaran syarat standar biodiesel (SNI maksimum 115).
Secara keseluruhan, berdasarkan pada bilangan iod biodisel yang diperoleh
memenuhi kriteria biodiesel menurut SNI. Karakteristik biodiesel terbaik yang
dihasilkan, yaitu densitas 0,8565 g/ml, angka asam 0,49 ππππ πΎππ» π ππππ¦ππ , angka iod 62,88, dan kadar
ester 97,2%, flash point 178°C, panas pembakaran 16.183 J/g.
Dari hasil di atas, maka seluruh
data percobaan produk biodiesel telah memenuhi kriteria (Tabel 2), kecuali pada
saat kondisi suhu di atas 70°C dengan waktu proses lebih dari 120 menit, karena
nilai angka asam di atas 0,8 seperti tertera dalam Gambar 6. Hal ini disebabkan
sebagian metoksida lepas dari reaktor, sebab titik didih metanol 68°C. Di
samping itu, proses yang dijalankan pada suhu terendah (suhu sekeliling) masih
memiliki kriteria standar biodiesel. Hal ini menunjukkan kinerja reaktor sekat
miring untuk proses esterifikasi dan reaktor osilasi untuk transesterifikasi
sangat tinggi. Mulyadi dkk. (2009) melakukan proses yang sama untuk bahan baku
(minyak ikan off grade) dengan FFA yang tinggi (rerata 12,7%) dan berhasil
diturunkan hingga 0,9541%, sedangkan pada percobaan ini berhasil menurunkan FFA
dari 7,4% menjadi 0,49%. Dengan demikian reaktor ini mampu digunakan untuk
multi umpan yang memiliki keanekaragaman FFA.
- Review/Komentar
1.
Kernel
yang diperoleh 53% berat biji karet dengan kadar minyak rerata 38% dan
terpungut maksimum 56% dengan proses kukus.
2.
Proses
esterifikasi dapat menurunkan FFA minyak biji karet dari 7,4% menjadi 0,49%
yang jauh dibawah syarat FFA maksimum, yaitu 1%.
3.
Pada
proses transesterifikasi dengan reaktor osilasi, konversi metil ester mencapai
lebih dari 97% dan karakteristik biodiesel kesemuanya memenuhi standar SNI
maupun ASTM, kecuali kondisi proses di atas 70°C. Karakteristik biodiesel yang
dihasilkan sesuai dengan yang distandarisasikan, yaitu densitas 0,8565 g/ml,
angka asam 0,49, angka iod 62,88, dan kadar ester 97,2%, flash point 178°C,
panas pembakaran 16.183 J/g.
4.
Proses
transerterifikasi produksi biodiesel dengan reaktor osilasi bisa berlangsung
pada suhu rendah (30°C)
dan waktu yang relatif singkat (30 menit) sehingga merupakan proses produksi
yang hemat energi.
- Abstrak
Jurnal
Biodiesel tersusun dari berbagai
macam ester asam lemak yang berasal dari minyak nabati. Lebih dari 30 macam
tumbuhan Indonesia potensial menghasilkan minyak nabati. Salah satu minyak
nabati diperoleh dari biji karet. Karenanya, pemanfaatan biji karet (Hevea
Brasiliensis), sebagai sumber bahan baku biodiesel merupakan terobosan yang
tepat untuk meningkatkan nilai tambah perkebunan karet. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menentukan pola pemungutan minyak biji karet secara maksimal
dan mendapatkan kondisi proses produksi biodiesel yang memenuhi standar SNI dan
ASTM.
Proses produksi biodiesel
dilakukan menggunakan prototip alat berkapasitas 20 liter/jam. Proses
esterifikasi dijalankan pada suhu 105°C, penambahan methanol 10% dan katalis asam, waktu
90 menit. Proses transesterifikasi dijalankan dalam reaktor alir osilasi dengan
dosis katalis 1% berat minyak dan methanol sebanyak 15% berat minyak. Variabel
yang dipelajari adalah suhu dan waktu proses. Produk biodiesel dimurnikan
dengan sistem vakum.
Dari hasil penelitian ini
diperoleh rendemen kernel sebanyak 53% dari berat biji karet. Sedangkan minyak
dalam kernel yang dapat dipungut maksimum 56% dari berat kernel. Karakteristik
biodiesel sesuai dengan yang distandarisasikan, yaitu densitas 0,8565 g/ml,
angka asam 0,49, angka iod 62,88, kadar ester 97,2%, flash point 178°C dan
panas pembakaran 16183 J/g.
- Daftar
Pustaka
Hidayat,
R., Mulyadi, E., dan Soemargono, 2009. Optimasi Pengolahan Pasca Panen Biji
Karet Menjadi Minyak Biji Karet, Prosiding Seminar Nasional Revitalisasi
Teknologi Berwawasan Lingkungan, LPPM UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.
Mulyadi,
E., Wahyudi, B., dan Trianna, N. W., 2009. Crude Fish Oils Transesterification
in an Oscillatory Reactor, Subardjo Brotohardjono Seminar, Waste Based Energy
and Chemicals Proceeding.
Mulyadi,
E. dan Heru, D., 2007. Rancang Banggun Pabrik Bio Fuel Kapasitas 6 ton/hari,
Laporan Proyek Rancang Bangun Pabrik Biofuel di Perning-Mojokerto.
Mulyadi,
E. dan Wahyudi, B., 2006. Esterifikasi Pembentukan Biodiesel dari Coconut Fatty
Acid Destilate, Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Teknik, vol. 2, No. 2, hal. 21-29.
Wahyudi,
B. dan Mulyadi, E., 2007. Methanolisis Minyak Jelantah Menjadi Methyl Ester
sebagai Biodiesel, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Broto
Hardjono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.